MAKALAH
TEORI BELAJAR KOGNITIF MENURUT
PIAGET
OLEH KELOMPOK 1
RESKI RAMADANI (1447040006)
MARDIA (1447041001)
FAIS AQRAM (1447041006)
ADI
MUKARRAM (1247042188)
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR
Assalamua'laikum Wr, Wb.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
taufik dan inayah-Nya serta nikmat sehat sehingga penyusunan makalah guna
memenuhi tugas mata kuliah PPKn ini dapat selesai sesuai dengan yang
diharapkan. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW dan semoga kita selalu berpegang teguh pada sunnahnya Amiin...
Dalam penyusunan makalah ini tentunya hambatan selalu mengiringi namun
atas bantuan, dorongan dan bimbingan dari orang tua, dosen pembimbing dan
teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu akhirnya semua hambatan
dalam penyusunan makalah ini dapat teratasi.
Makalah ini kami susun dengan tujuan sebagai informasi serta untuk
menambah wawasan khususnya materi Teori Belajar Menurut Piaget yang kami susun
ini dalam bentuk makalah.Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
sebagai sumbangsih pemikiran khususnya untuk para pembaca dan tidak lupa kami
mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan baik dalam
kosa kata ataupun isi dari keseluruhan makalah ini. Kami sebagai penulis sadar
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu kritik dan saran
sangat kami harapkan demi kebaikan kami untuk kedepannya.
Makassar, Oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………… i
DAFTAR ISI ………………………………………………… ii
BAB I :
PENDAHULUAN ………………………………. 1
A. LatarBelakang ………………………………………. 1
B. RumusanMasalah ………………………………………. 2
C. Tujuan ………………………………………………. 2
BAB
II : PEMBAHASAN ……………………………… 3
A.
PengertianKognitifMenurut Piaget
…………………… . 3
B.
TahapPerkembanganAnak
…………………………….. 4
C.
Tahap
Proses Belajar …………………………………… 7
D.
Cara PembelajaranKognitifMenurut Piaget
…………… 9
BAB
III : PENUTUP ……………………………… 13
1.
Kesimpulan …..……………………………………… 13
2.
Saran ……………………………………………… 13
DAFTAR
PUSTAKA ……………………………………… 14
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Teori-teori belajar bermunculan seiring dengan perkembangan
teori psikologi. Salah satu diantara teori belajar yang terkenal adalah teori
belajar behaviorisme dengan tokohnya B.F. Skinner, Thorndike, Watson, Piaget
dan lain-lain. Dikatakan bahwa, teori-teori belajar hasil eksperimen mereka
secara prinsipal bersifat behavioristik dalam arti lebih menekankan timbulnya
perilaku jasmaniah yang nyata dan dapat diukur.Namun seiring dengan kemajuan
zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan, teori tersebut mempunyai beberapa
kelemahan, yang menuntut adanya pemikiran teori belajar yang baru. Dikatakan
bahwa, teori-teori behaviorisme itu bersifat otomatis-mekanis dalam
menghubungkan stimulus dan respon, sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau
robot, padahal setiap manusia memiliki kemampuan mengarahkan diri
(self-direction) dan pengendalian diri (self control) yang bersifat kognitif,
dan karenanya ia bisa menolak respon jika ia tidak menghendaki, misalnya karena
lelah atau berlawanan dengan kata hati, dan proses belajar manusia yang
dianalogikan dengan perilaku hewan itu sangat sulit diterima, mengingat
mencoloknya perbedaan karakter fisik dan psikis antara manusia dan hewan. Hal
ini dapat diidentifikasi sebagai kelemahan teori behaviorisme.Dari
kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam teori behaviorisme dapat diambil suatu
pertanyaan, “Upaya apa yang akan dilakukan oleh para ahli psikologi pendidikan
dalam mengatasi kelemahan teori tersebut ?’’Realitas ini sangat penting untuk
dibahas dalam makalah ini.Untuk itu pembahasan makalah ini diangkat untuk
mengungkap masalah-masalah tersebut. Berdasarkan tulisan-tulisan dalam berbagai
literatur, ditemukan bahwa para ahli telah menemukan teori baru tentang belajar
yaitu teori belajar kognitif yang lebih mampu meyakinkan dan menyumbangkan
pemikiran besar demi perkembangan dan kemajuan proses belajar sebagai lanjutan
dari teori behaviorisme tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa
itu kognitif ?
2. Apa
itu belajar kognitif ?
3. Jelaskan
tahapan kognitif ?
4.
Jelaskan
tahap proses belajar ?
5. Bagaimana
cara pembelajaran kognitif menurut piaget ?
C.
TUJUAN
1. Untuk
mengetahui apa itu kognitif,
2. Untuk
mengetahui apa itu belajar kognitif,
3. Untuk
mengetahui tahap kognitif,
4. Untuk
mengetahui tahap proses belajar,
5. Untuk
mengetahui cara pembelajaran kognitif menurut piaget.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
KOGNITIF MENURUT PIAGET
Secara umum kognitif diartikan
potensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan (knowledge),
pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa
(sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut
kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Teori belajar kognitif adalah lebih menekankan bagaimana
proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki
oleh orang lain.
Teori kognitif dari Jean Piaget ini masih tetap
diperbincangkan dan diacu dalam bidang pendidikan. Teori ini mulai banyak
dibicarakan lagi kira-kira permulaan tahun 1960-an. Pengertian kognisi
sebenarnya meliputi aspek-aspek struktur intelek yang digunakan untuk
mengetahui sesuatu. Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya
hasil kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan semata, melainkan
hasil interaksi diantara keduanya.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat
aspek, yaitu 1) kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf; 2)
pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan dunianya; 3)
interaksi social, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya
dengan lingkungan social, dan 4) ekullibrasi, yaitu adanya kemampuan atau system
mengatur dalam diri organisme agar dia selalu mempau mempertahankan
keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
Teori
Piaget juga menguraikan perkembangan kognitif dari bayi sampai dewasa.
Dalam pandangan Piaget, struktur kognitif merupakan kelompok ingatan yang
tersusun dan saling berhubungan, aksi dan strategi yang dipakai oleh anak-anak
untuk memahami dunia sekitarnya. Pada bayi, struktuf kognitif yang
dimiliki adalah refleks. Contoh: bayi secara otomatis mengisap benda – benda
yang menyentuh bibirnya. Selain mengisap , menjangkau, menyepak, melihat dan
memukul merupakan kegiatan sensorimotor yang terorganisir. Struktur kognitif
ini cepat dimodifikasi ketika bayi tumbuh dan berinteraksi dengan dunia. Pada
masa anak-anak sudah mulai ada pemahaman dan kegiatan mental. Proses
kognitif pada bayi dimulai dengan mempunyai respon mengisap, respon
melihat, respon menggapai, respon
memegang yang berfungsi secara terpisah. Lama-lama respon ini diorganisasikan
ke dalam sistem yang lebih tinggi, yang merupakan koordinasi dari respon-respon
tersebut. Contoh: bayi yang menjangkau botol susu memasukkannya kedalam
mulutnya untuk diisap.
B.
TAHAP PERKEMBANGAN ANAK
1.
Tahap
Sensori Motor
Salah satu ciri khusus anak pada usia ini
adalah penguasaan, yang Piaget sebut sebagai konsep objek, suatu
pengertian bahwa benda atau objek itu ada dan merupakan kekhasan dari benda
tersebut, dan akan tetap ada walaupun benda tersebut tidak tampak atau tidak
dapat di pegang/ diraba ole anak. Selain ciri di atas, tidak ada bahasa pada
awal tahapan ini tetapi ada permulaan simbolisasi. Piaget beranggapan bahwa
representasi internal dari benda atau kejadian dihasilkan melalui imitasi.
Ada tiga kemampuan penting yang dicapai anak
pada mmasa sensori motor ini yaitu:
a.
Kemampuan
mengontrol secara internal,yaitu terbentuknya kontrol dari dalam pikirannya
terhadap dunia nyata. Dengan kata lain, sampai dengan usia dua tahun anak
mengalami pergantian persepsi dari motor murni ke arah gambaran yang berupa
simbol (lambang).
b.
Perkembangan
konsep kenyataan. Pada akhir tahap ini anak akan menyadari bahwa dunia ini ada
dan tetap ada, sehingga anak akan mengetahui bahwa benda itu ada.
c. Perkembangan pengertian beberapa sebab dan
akibat.
2.
Tahap
Pre-operasional
Dilihat dari segi perkembangan bahasa, tahapan ini merupakan tahapan
yang amat menakjubkan. Dimulai dari anak yang baru bisa mengatakan satu dua
patah kata sehingga menjadi anak yang dapat menyusun suatu kalimat. Anak tidak
akan memiliki kemampuan berfikir yang operasional sampai anak mencapai usia
tujuh tahun dan kadang-kadang di sebut dengan tahapan intuisi. Selain itu anak
usia ini masih berfikir animisme mereka masih menganggap beberapa benda tak
hidup sebagai benda hidup. Sebagai conntohnya mereka sering mengatakan bahwa
matahari sebagai benda hidup karena dia bergerak.
Pada tahapan ini anak dibekali oleh beberapa pengamatan mereka tertipu
oleh penampakan segumpal tanah liat yang pertama kali dibentuk menjadi bola dan
diubah menjadi lempengan. Mereka belum mengetahui walaupun bentuknya berbeda
namun substansi atau materinya sama. Piaget menamakannya sebagai konservasi
substansi (materi). Pada usia ini anak belum mengerti bahwa bejana yang pendek
dan lebar memiliki lebih banyak cairan dibanding dengan sebuah botol kecil dan
tinggi. Piaget menyebutkan hal ini sebagai konservasi volume cairan.
Anak juga belum mengerti bahwa kalau benda ditebarkan ke daerah yang
luas, jumlah benda tersebut tida bertambah. Piaget menyebutnya sebagai
konservasi jumlah permainan.Keterbatasan lain anak pada usia ini adalah belum
bisa membuat urutan berseri, dan anak berfikir satu-satu secara berpasangan.
Keterbatasan konsep tersebut diatas membatasi anak pada tahapan ini dari
pengertian-pengertian bentuk, ukuran, waktu, dan jumlah.
3.
Tahapan
Konkret Operasional
Tahapan ini berawal ada anak usia 6/ 7 tahun ddan berakhir pada usia
11 tahun. Pada tahap ini pula telah terjadi perubahan-perubahan walaupun masih
ada juga keterbatasannya. Perubahan yang sangat mendasar adalah perubahan dari
pemikiran yang kurang logis ke pemikiran yang lebih logis. Operasi yang
mendasari pemikirannya berdasarkan pada yang konkret atau nyata: dapat dilihat,
diraba, atau dirasa, atau dirasa, dari suatu benda atau kejadian, sehingga
tahapan ini disebut sebagai tahapan ini disebut sebagai tahap konkret
operasional. Anak pada usia ini telah menyadari bahwa jumlah atau volume suatu
benda tidak akan berubah apabila tidak terjadi penambahan maupun pengukuran,
selain perubahan-perubahan bentuk atau perubahan ketentuan (aturan).
Kemampuan lain yang telah dimiliki oleh anak usia ini adalah
kemampuannya untuk menyadari tentang reversibel (hal yang dapat dibalik) dan
identitas. Revensibilitas dicirikan bahwa setiap operasi ada satu operasi lain
yang sebaliknnya. Contoh operasi penambahan dapat diputar balikkan dengan
pengoprasian pengurangan; 3 + 4 = 7 atau 7- 3 = 4. Sedangkan identitas
maksudnya adalah setiap operasi lain yang tidak berubah. Contoh; identitas
operasi penambahan adalah 0, sehingga 2 + 0 + 0 + 0= 2, dan identitas perkalian
adalah 1, sehingga 2 × 1= 2. Selain perkembangan yang telah dipaparkan diatas
masih ada keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki anak pada masa ini, antara
lain kenyataan bahwa perbuatan ataupun percobaan yang dilakukan anak pada usia
ini masih bersifat coba-coba, percobaan-percobaan tersebut masih jarang yang
berhubungan antara yang satu dengan yang lain.
4.
Tahap
Formal Operasional
Anak usia sekitar sebelas tahun memasuki tahap formal operasional.
Tahap ini berakhir pada usia 14/ 15 tahun sebelum memasuki masa dewasa. Tahap
ini dikatakan sebagai tahap akhir dari perkembangan struktur berfikit Anak usia
ini telah dapat secara penuh melakukan operasi secara logis tetapi masih
mempunyai pengalaman yang terbatas.
Skema Empat Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Tahap
|
Umur
|
Ciri
Pokok Perkembangan
|
Sensorimotor
|
0-2
tahun
|
*
Berdasarkan tindakan
*
Langkah demi langkah
|
Praoperasional
|
2-7
tahun
|
* Penggunaan symbol/bahasa tanda
* Konsep intuitif
|
Operasional
Konkret
|
8-11
tahun
|
*
Pakai aturan jelas/logis
*
Reversibel dan kekekalan
|
Operasi
Formal
|
11
tahun ke atas
|
*
Hipotesis
*
Abstrak
*
Deduktif dan induktif
*
Logis dan probabilitas
|
Sumber : Suparno,2003
C. TAHAP
PROSES BELAJAR
Untuk memahami teori perkembangan kognitif dari Jean Piaget,
ada beberapa konsep yang harus dipahami terlebih dahulu, yaitu:
a.
Inteligensi
Piaget mengartikan intelegensia
secara lebih luas dan tidak mendefinisikannya secara ketat. Ia memberikan
beberapa definisi yang umum yang lebih mengungkapkan orientasi biologis,
seperti:Yang terdapat dalam Suparno (2001) Intelegensi adalah suatu contoh
khusus adaptasi biologi (Origin of Intelligence). Intelegensi adalah
suatu bentuk ekuilibrium kearah mana semua struktur yang menghasilkan persepsi,
kebiasaan, dan mekanisme sensori diarahkan (Piaget, 1981)
Secara
progressif, dapat dikatakan bahwa :Inteligensi membentuk keadaan ekuilibrium
kearah mana semua adaptasi sifat-sifat sensorimotor dan kognitif dan juga
interaksi-interaksi asimilasi dan akomodasi antara organisme dan lingkungan
mengacu (Piaget,1981).
b.
Organisasi
Menunjuk pada tendensi semua spesies
untuk mengadakan sistematisasi dan mengorganisasi proses-proses mereka dalam
sustu system yang koheren, baik secara fisis maupun psikologis (Suparno: 2003).
Contoh : bayi menggabungkan kemampuan melihat dan menjamah.
c. Skema
Schema
is Piaget’s term for cognitive unit that coordinates related actions and
perceptions
(Peterson, 1996). Skema adalah struktur mental seseorang dimana ia
secara intelektual beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Skema itu akan
beradaptasi dan berubah selama perkembangan kognitif seseorang. Skema bukanlah
benda yang nyata yang dapat dilihat, melainkan suatu rangkaian proses dalam
system kesadaran seseorang. Skema tidak mempunyai bentuk fisik dan tidak dapat
dilihat. (Wadsworth,1989 dalam Suparno).
d. Asimilasi
Assimilation is Piaget’term for the
incorporation of new information into an existing mental category or schema(Peterson,1996). asimilasi
adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi,konsep atau
pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam fikirannya.
Menurut Wadsworth dalam Suparno, asimilasi tidak menyebabkan perubahan skemata,
tetapi memperkembangkan skema semata.
e.
Akomodasi
Accomodation is Piaget’term for
alteration of a thought process, or schema, to incorporate new information (Peterson,1996). Akomodasi adalah
pembentukan skema baru atau mengubah skema yang lama, hal ini terjadi karena
dalam menghadapi rangsangan/pengalaman baru, seseorang tidak dapat
mengasimilasikan pengalaman yang baru itu dengan skema yang telah ia miliki,
hal ini terjadi karena pengalaman baru itu tidak cocok dengan skema yang telah
ada.
f.
Ekuilibrasi
Equilibration is the act of
achieving equilibrium. Equilibrium is a state of harmony or stability. In
Piaget’s theory, relative (or temporary) equilibrium occurs whenever
assimilation and accommodation are in balance with one another (Peterson,1996).
Ekuilibrasi (imbang) adalah
tindakan untuk mencapai keseimbangan. Equilibrium adalah keadaan harmoni atau
stabilitas. Dalam teori Piaget, relatif (atau sementara) ekuilibrium terjadi
setiap kali asimilasi dan akomodasi berada dalam keseimbangan dengan satu sama
lain (Peterson, 1996).
g.
Adaptasi
Adaptation in Piaget’s theory
consist of an interplay between the processes of assimilation and accommodation (Peterson,1996). Adaptasi dalam teori Piaget terdiri dari
interaksi antara proses asimilasi dan akomodasi (Peterson, 1996). Secara garis
besar, Piaget mengelompokkan tahap-tahap perkembangan kognitif anak menjadi
empat tahap secara berurutan.
Setiap tahapan ditandai dengan tingkah laku tertentu serta jalan pikiran dan
pemecahan masalah tertentu pula. Tahap pertama disebut sebagai sensory-motor,
untuk anak yang barulahir kira-kira anak berusia 18 bulan sampai dua tahun.
Tahap per-operasional. Untuk anak yang berusia dari dua tahun hingga
tujuh tahun. Operasional yang terbagi menjadi tahap konkret
operasional berawal dari anak usia 7 tahun dan formal operasional
yang berawal dari anak berusia 11 tahun.
D.
CARA
PEMBELAJARAN KOGNITIF MENURUT PIAGET
Teori Piaget ini banyak dipakai dalam penentuan proses
pembelajaran di kelas SD terutama pembelajaran IPA. Berdasarkan teori di atas,
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan pembelajaran di kelas antara
lain: bahwa Piaget beranggapan anak bukan merupakan suatu botol kosong yang
siapun untuk diisi, melainkan anak secara aktif akan membangun pengetahuan
dunianya. Suatu hal lagi, teori Piaget mengajarkan kita pada suatu kenyataan
bahwa seluruh anak mengikuti pola perkembangan yang sama tanpa mempertimbangkan
kebudayaan dan kemampuan anak secara umum. Hanya umur anak di mana konservasi
muncul sering berbeda. Poin yang penting ini menjelaskan kita mengapa
pembelajaran IPA di SD banyak menggunakan percobaan-percobaan nyata dan
berhasil pada anak yang lemah dan anak yang secara kebudayaan terhalangi.
Penerapan selanjutnya adalah guru harus selalu ingat bahwa anak menangkapdan
menerjemahkan sesuatu secara berbeda. Sehingga walaupun anak mempunyai umur
yang sama tetapi ada kemungkinan mereka mempunyai pengertian yang berbeda
terhadap suatu benda atau kejadian yang sama. Jadi setiap individu anak adalah
unik (khas).
Implikasilainnya yang perlu diperhatikan, apabila hanya
kegiatan fisik yang diterima anak, tidak cukup untuk menjamin perkembangan
intelektual anak yang bersangkutan. Ide- ide anak harus selalu dipakai. Piaget
memberikan contoh sementara beliau menerima seluruh ide anak, beliau juga
mempersiapkan pilihan-pilihan yang dapat dipertimbangkan oleh anak. Sehingga
apabila ada seorang anak yang mengatakan bahwa air yang ada di luar gelas
berisi es berasal dari lubang-lubang kecil yang ada pada gelas maka guru harus
menjawab pernyataan itu dengan “bagus”. Tetapi setelah beberapa saat guru harus
mengarahkan sesuai dengan apa yang seharusnya bahwa sebenarnya air yang ada di
permukaan luar gelas bukan berasal dari lubang-lubang kecil pada gelas,
melainkan berasal dari uap air di udara yang mengembun pada permukaan gelas
yang dingin. Jadi guru harus selalu secara tidak langsung memberikan idenya
tetapi tidak memaksakan kehendaknya. Dengan demikian anak akan menyadari
bagaimana anak tersebut bisa mendapatkan idenya.
Dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk menilai
sumber ide-idenya akan memberikan kesempatan kepada mereka untuk menilai proses
pemecahan masalah. Hal ini juga perlu dilakukan di dalam kelas. Sebagai contoh,
apabila kelas telah menyelesaikan suatu masalah, sebaiknya guru menanyakan
kembali kepada siswa tentang cara mendapatkan jawaban tersebut. Misalnya dengan
“Bagaimana kita bisa samapai pada jawaban ini?” dan membantu kelas untuk
mengulas kembali tahapan-tahapan yang dilalui hingga menemukan jawaban atau
kesimpulan itu. Dengandemikian guru lebih membantu anak dalam proses
perkembangan intelektualnya. Dari pembahasan di atas, terlihat bahwa proses
pembelajaran di kelas menurut Piaget harus meletakkan anak sebagai faktor yang
utama. Hal ini sering disebut sebagai pembelajaran yang berpusat pada anak
(child center). Adapun contoh pembelajaran IPA di SD Berdasarkan Teori Piaget
sebagai berikut :
Seperti telah dikatakan di atas bahwa pembelajaran
berlandaskan teori Piaget harus mempertimbangkan keadaan tiap siswa (dikatakan
sebagai terpusat pada siswa) dan siswa diberikan banyak kesempatan untuk
mendpatkan pengalaman dari penggunaan inderanya. Berikut akan disampaikan
rancangan pembelajaran secara garis besar.
a. Konsep yang diajarkan :Udara mempunyai sifat-sifat tertentu dan
banyak kegunaannya bagi kehidupan manusia.
b. Sub Konsep : Udara yang bergerak mempunyai tekanan yang lebih rendah
daripada udara diam.
c. Metode yang dipakai :
Eksperimen
d. Alat dan bahan yang digunakan :
1. Dua bola pingpong (tenismeja)
2. Benang
3. Kayu, kira-kira 30 cm
Cara
kerja :
1. Ikatlah kedua bola pingpong dengan
benang yang ada.
2. Ikatkan kedua ujung benang secara
berdekatan pada kayu yang telah disediakan, sehingga tampak seperti gambar
berikut.
3. Peganglah salah satu ujung kayu dan
tiuplah kuat-kuat persis di tengah-tengah antara kedua bola pingpong yang
tergantung.
4. Amati apa yang terjadi.
Kegiatan guru yang penting adalah memperhatikan pada setiap
siswa apa yang mereka lakukan. Apakah mereka sudah melaksanakannya dengan
benar. Apakah mereka tidak mendapatkan kesulitan? Dan guru harus berbuat apa
yang Piaget perbuat yaitu memberikan kesempatan anak untuk menemukan sendiri
jawabannya, sedangkan guru harus selalu siap dengan alternatif jawaban bila
sewaktu-waktu dibutuhkan. Pada akhir pembelajaran tentunya guru mengulas
kembali bagaimana siswa dapat menemukan jawaban yang diinginkan.
E. KELEBIHAN
DAN KEKURANGAN TEORI BELAJAR KOGNITIF
Setiap teori belajar pastilah
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Selain itu setiap teori belajar juga
melengkapi dan menambahkan dari teori-teori pembelajaran yang telah diungkapkan
oleh para ahli sebelumnya. Berikut kelebihan dan kekurangan teori belajar
kognitif :
a. Kelebihan teori belajar kognitif
1. Sebagian besar dari kurikulum
pendidikan negara Indonesia lebih menekankan pada teori kognitif yang
mengutamakan pada pengembangan pengetahuan yang dimiliki pada setiap individu.
2. Pendidik hanya perlu memberikan
dasar-dasar dari materi yang diajarkan untuk pengembangan dan kelanjutannya
diserahkan pada peserta didik, dan pendidik hanya perlu mendidik, memantau, dan
menjelaskan dari alur pengebangan materi yang telah diberikan.
3. Pendidik dapat memaksimalkan ingatan
yang dimiliki oleh peserta didik untuk mengingat semua materi-materi yang
diberikan karena pada pembelajaran kognitif salah satunya menekankan pada daya
ingat peserta didik untuk selalu mengingat akan materi-materi yang telah
diberikan.
4. Peserta didik harus lebih bisa
mengkreasikan hal-hal baru yang belum ada atau menginovasi hal yang sudah ada
menjadi lebih baik lagi.
5. Mudah untuk di terapkan dan juga
telah banyak diterapkan pada pendidikan di Indonesia dalam segala tingkatan.
b. Kelemahan teori belajar kognitif
1. Teori kognitif lebih menekankan pada
kemampuan ingatan peserta didik sehingga kelemahan yang terjadi adalah selalu menganggap
semua peserta didik itu mempunyai kemampuan daya ingat yang sama dan tidak
dibeda-bedakan.
2. Tidak memperhatikan cara peserta
didik mengeksplorasi atau mengembangkan pengetahuan dan cara-cara peserta
didiknya dalam mencarinya, karena pada dasarnya masing-masing peserta didik
memiliki cara yang berbeda-beda.
3. Apabila dalam pengajaran hanya
menggunakan teori belajar kognitif, maka di pastikan peserta didik tidak akan
mengerti sepenuhnya materi yang diberikan.
4. Jika dalam sekolah kejuruan hanya
menggunakan teori belajar kognitif tanpa adanya teori belajar lain maka peserta
didik akan kesulitan dalam praktik kegiatan atau materi.
5. Dalam penerapan teori belajar
kognitif perlu di perhatikan kemampuan peserta didik untuk mengembangkan suatu
materi yang telah di terimanya.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Teori Piaget
mengenai perkembangan kognitif mendenisikan kembali intelegensi, pengetahuan,
dan hubungan dengan lingkungannya.Perkembangan kognitif mempunyai 4 aspek yaitu
kematangan, pengalaman, interaksi social, dan ekuilibrasi.Menurut Piaget setiap
organisme hidup cenderung untuk melakukan adaptasi dan organisasi. Dalam tahapan
kognitif terdapat 4 tahap yaitu tahap sensori motorik, tahap pra operasional,
yahap periode operasi kongkret, tahap operasi formal.Teori Piaget ini banyak dipakai
dalam penentuan proses pembelajaran di kelas SD terutama pembelajaran IPA.
Adapun tahap proses belajar yaitu asimilasi, skema, equilibrasi, dll. Setiap
teori pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan dan sebaiknya jangan
menggunakan satu teori belajar saja dalam satu mata pembelajaran karena peserta
didik masing-masing memiliki keterbatasan ingatan dan kemampuan.
B.
SARAN
Sebagai seorang guru hendaknya memiliki dasar keterampilan
yang mumpuni, seperti keterampilan agar dapat menguasai situasi kelas.
Hendaknya seorang guru yang baik harus memahami karakteristik dari
masing-masing peserta didiknya. Seorang guru yang baik harus mampu memilih dan
menggunakan metode dan media yang tepat sesuai karakter peserta didik. Sehubung
dengan pebuatan makalah ini kami membantu para mahasiswa untuk memahami teori
belajar menurut piaget.
DAFTAR
PUSTAKA
Dahar Ranta Willis.
1989. ”teori-teori belajar”.Jakarta. Erlangga..2000. ”kumpulan-nahan
diklat nasional guru biologi SMU.” Bandung. Pusat pengembangan
penataran guru IPA.
IstiRokhiyah. 1999. Pendidikan IPA
di SD. Jakarta: UT PGSD 2302 MODUL 3
Widodo, A. Dkk. 2008. Pendidikan IPA di SD. Bandung: UPI Press
No comments:
Post a Comment