Friday, 30 October 2015

MAKALAH PPKN TEORI BELAJAR KONTRUKTIVISME




TUGAS PKN
“Teori Belajar Konstruktivisme”













DI SUSUN OLEH :
Kelompok              :     10
Anggota Kelompok : -  Irenius C. Kurung
-       Rezki Anugerah A
-       Nabilah Khairunnisa

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2015


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan rangkuman materi Bab 8, Bab 9, Bab 10, Bab 11, Bab 12, Bab 13 dan Bab 14. Penulisan rangkuman ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Agama Islam di Universitas Negeri Makassar sebagai pengganti Final Pendidikan Agama.

Dalam Penulisan rangkuman ini saya merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan rangkuman ini.

Dalam penulisan rangkuman ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan tugas ini, khususnya kepada Dosen saya yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.


Makassar,  2015



     Penulis
  


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR                            ............................................    i
DAFTAR ISI                                           ............................................    ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang                                   ............................................    1
B.     Rumusan Masalah                              ............................................    2
C.     Tinjauan Penulisan                             ............................................    2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Konstruktivisme               .............................................   3
B.     Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivisme         .................................   4
C.     Prinsip-prinsip Konstruktivisme         ..............................................  5
D.    Konsep Dasar Konstruktivisme         ..............................................  5
E.     Peranan (Implementasi) Teori Konstrutivisme di Kelas        ..........  7
F.      Kelebihan dan Kekurangan Teori Beelajat Konstruktivisme        ..   9
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan                                        ..............................................  11
B.     Saran                                                  ..............................................  11
DAFTAR PUSTAKA                             ..............................................  12



 BAB  I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu dan semakin pesatnya tingkat intelektualitas serta kualitas kehidupan, maka pendidikan pun menjadi lebih kompleks. Oleh karena itu, tentu saja hal ini membutuhkan sebuah desain pendidikan yang tepat dan sesuai dengan kondisinya. Sehingga berbagai teori, metode dan desain pembelajaran serta pengajaran pun dibuat dan diciptakan untuk mengapresiasikan semakin beragamnya tingkat kebutuhan dan kerumitan permasalahan pendidikan. Jadi memang itulah yang menjadi esensi pendidikan itu sendiri, yakni bagaimana menciptakan sebuah kehidupan lebih baik yang tercipta dari proses pendidikan yang kontekstual dan mampu menyerap aspirasi zaman dengan tepat dan sesuai.
Guru di dalam melaksanakan pembelajaran, juga harus bisa memilih maupun menetapkan suatu pendekatan pembelajaran yang tepat di kelas sehingga hasil pembelajaran lebih optimal, selayaknya seseorang dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari yang harus mampu menetapkan sasaran yang hendak dicapai. Guru pun demikian, harus bisa menetapkan pendekatan pembelajaran yang tepat.
Masing – masing individu akan memilih cara dan gayanya sendiri untuk belajar dan mengajar, namun setidak-tidaknya ada karakteristik tertentu dalam pendekatan pembelajaran tertentu yang khas dibandingkan dengan pendekatan lain. Salah satu contoh pendekatan pembelajaran adalah pendekatan konstruktivisme. Martin. Et. Al (dalam Gerson Ratumanan, 2002) mengemukakan bahwa konstruktivisme menekankan pentingnya setiap siswa aktif mengkonstruksikan pengetahuan melalui hubungan saling mempengaruhi dari belajar sebelumnya dengan belajar baru. Hubungan tersebut dikonstruksikan oleh siswa untuk kepentingan mereka sendiri. Elemen kuncinya adalah bahwa orang belajar secara aktif mengkonstruksikan pengetahuan mereka sendiri, membandingkan informasi baru dengan pemahaman sebelumnya dan menggunakannya untuk menghasilkan pemahaman baru. Untuk itu, setiap pelajaran di sekolah perlu diarahkan untuk selalu mendidik siswa agar mengkonstruksikan pengetahuannya.

B.  Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konstruktivisme?
2. Apakah ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme?
3. Apakah prinsip-prinsipkonstruktivisme?
4. Apakah konsep dasarkonstruktivisme?
5. Bagaimana implementasi teori konstruktivisme di kelas?
6. Apakah kelebihan dan kekurangan teori konstruktivisme?

C.  Tujuan Penulisan
1.  Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan konstruktivisme.
2.  Untuk mengetahui ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme.
3.  Untuk mengetahui prinsip-prinsipkonstruktivisme.
4.  Untuk mengetahui konsep dasarkonstruktivisme
5.  Untuk mengetahui implementasi teori konstruktivisme di kelas.
6.  Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori konstruktivisme.









BAB  II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Konstruktivisme
Konstruktivismeberasaldari kata konstruktivdanisme.Konstruktivberartibersifatmembina, memperbaiki, danmembangun.SedangkanIsmedalamkamusBahasaInonesiaberartipahamataualiran.Konstruktivismemerupakanaliranfilsafatpengetahuan yang menekankanbahwapengetahuankitamerupakanhasilkonstruksikitasendiri.Pandangankonstruktivisdalampembelajaranmengatakanbahwaanak-anakdiberikesempatan agar menggunakanstrateginyasendiridalambelajarsecarasadar, sedangkan  guru yang membimbingsiswaketingkatpengetahuan yang lebihtinggi.
Tran Vuijugamengatakanbahwateorikonstruktivismeadalahsebuahteori yang memberikankebebasanterhadapmanusia yang inginbelajarataumencarikebutuhannyadengankemampuanuntukmenemukankeinginanataukebutuhannyatersebutdenganbantuanfasilitasi orang lain.SedangkanmenurutMartin. Et. Al mengemukakan bahwa konstruktivisme menekankan pentingnya setiap siswa aktif mengkonstruksikan pengetahuan melalui hubungan saling mempengaruhi dari belajar sebelumnya dengan belajar baru.Jadidapatdisimpulkanbahwasebagailandasanparadigmapembelajaran, konstruktivismemenyerukanperlunyapartisipasiaktifsiswadalam proses pembelajaran, perlunyapengembangansiswabelajarmandiri, danperlunyasiswamemilikikemampuanuntukmengembangkanpengetahuannyasendiri.
Dalamhaltahap-tahappembelajaran, pendekatankonstruktivismelebihmenekankanpadapembelajarantop-down processing, yaitusiswabelajardimulaidarimasalah yang kompleksuntukdipecahkan (denganbantuan guru), kemudianmenghasilkanataumenemukanketerampilan-keterampilandasar yang dibutuhkan.Misalnya, ketikasiswadimintauntukmenuliskalimat-kalimat, kemudiandiaakanbelajaruntukmembaca, belajartentangtatabahasakalimat-kalimattersebut, dankemudianbagaimanamenulistitikdankomanya.Bagialirankonstruktivisme, guru tidaklagimendudukitempatsebagaipemberiilmu.Tidaklagisebagaisatu-satunyasumberbelajar.Namun guru lebihdiposisikansebagaifasilitator yang memfasilitasisiswauntukdapatbelajardanmengkonstruksipengetahuannyasendiri.Aliraninilebihmenekankanbagaimanasiswabelajarbukanbagaimana guru mengajar.Sebagaifasilitator guru bertanggungjawabterhadapkegiatanpembelajaran di kelas.
Diantaratanggungjawab guru dalampembelajaranadalahmenstimulasidanmemotivasisiswa.Mendiagnosisdanmengatasikesulitansiswasertamenyediakanpengalamanuntukmenumbuhkanpemahamansiswa.Olehkarenaitu, guru harusmenyediakandanmemberikankesempatansebanyakmungkinkepadasiswauntukbelajarsecaraaktif.Sedemikianrupasehinggaparasiswadapatmenciptakan, membangun, mendiskusikan, membandingkan, bekerjasama, danmelakukaneksperimentasidalamkegiatanbelajarnya. Berdasarkankonstruktivisme, akibatnyaorientasipembelajaranbergeserdariberpusatpada guru mengajarkepembelajaranberpusatpadasiswa(student centered instruction).

B.  Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut Suparno (1997:49) secara garis besar prinsip-prinsip konstruktivisme yang diambil adalah (1) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun secara sosial; (2) pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan keaktifan siswa sendiri untuk bernalar; (3) siswa aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah; (4) guru berperan membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus.
Berikut ini akan dikemukakan ciri-ciri pembelajaran yang konstruktivis menurut beberapa literatur yaitu sebagai berikut.
a.       Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang telah ada sebelumnya.
b.      Belajar adalah merupakan penafsiran personal tentang dunia.
c.       Belajar merupakan proses yang aktif dimana makna dikembangkan berdasarkan pengalaman.
d.      Pengetahuan tumbuh karena adanya perundingan (negosiasi) makna melalui berbagai informasi atau menyepakati suatu pandangan dalam berinteraksi atau bekerja sama dengan orang lain.

C.  Prinsip-PrinsipKonstruktivisme
Secaragarisbesar, prinsip-prinsipkonstruktivisme yang diterapkandalam proses belajarmengajaradalahsebagaiberikut:
1.      Pengetahuandibangunolehsiswasendiri.
2.      Pengetahuantidakdapatdipindahkandari guru kemurid, kecualihanyadengankeaktifanmuridsendiriuntukmenalar.
3.      Muridaktifmegkonstruksisecaraterusmenerus, sehinggaselaluterjadiperubahankonsepilmiah.
4.      Guru sekedarmembantumenyediakan saran dansituasi agar proses kontruksiberjalanlancar.
5.      Strukturpembelajaranseputarkonsepdiutamakanpadapentingnyasebuahpertanyaan.
6.      Mencaridanmenilaipendapatsiswa.
7.      Menyesuaikanbahanpengajaranuntukmenanggapianggapansiswa.

D.  Konsep Dasar Konstruktivisme
Berikut ini merupakan beberapa konsep kunci dari teori konstruktivisme antara lain:
1.      Siswa Sebagai Individu yang Unik
Teori konstruktivisme berpandangan bahwa pembelajar merupakan individu yang unik dengan kebutuhan dan latar belakang yang unik pula. Dalam teori ini tidak hanya memperkenalkan keunikan dan kompleksitas pembelajar tetapi juga secara nyata mendorong, memotivasi dan memberi penghargaan kepada siswa sebagai integral dari proses pembelajaran.
2.      Self Regulated Leaner(Pembelajar yang dapat mengelola diri sendiri )
Siswa dikembangkan menjadi seorang yang memiliki pengetahuan tentang strategi belajar yang efektif, yang sesuai dengan gaya belajarnya dan tahu bagaimana serta kapan menggunakan pengetahuan itu dalam situasi pembelajaran yang berbeda. Self Regulated Leaner termotivasi untuk belajar oleh dirinya sendiri, bukan dari nilai yang diperolehnya sebagai hasil belajar atau karena motivasi eksternal yang lain, misalnya dari guru atau orang tuanya.
3.      Tanggung jawab Pembelajaran
Dalam konstruktivisme ini berpandangan bahwa tanggung jawab belajar bertumpu kepada siswa. Teori ini menekankan bahwa siswa harus aktif dalam proses pembelajaran, dan berbeda pendapat dengan pandangan pendidikan sebelumnya yang menyatakan tanggung jawab pembelajaran lebih kepada guru, sedangkan siswa berperan secara pasif dan reseptif. Disini para pembelajar mencari makna dan akan mencoba mencari keteraturan dari berbagai kejadian yang ada di dunia, bahkan seandainya informasi yang tersedia tidak lengkap.
4.      Motivasi Pembelajaran
Motivasi belajar secara kuat bergantung kepada kepercayaan siswa terhadap potensi belajarnya sendiri. Perasaan kompeten dan kepercayaan terhadap potensi untuk memecahkan masalah baru, diturunkan dari pengalaman langsung di dalam menguasai masalah pada masa lalu. Maka dari itu belajar dari pengalaman akan memperoleh kepercayaan diri, serta motivasi untuk menyelesaikan masalah yang lebih kompleks lagi.
5.      Peran Guru Sebagai Fasilitator
Jika seorang guru menyampaikan kuliah/ceramah yang menyangkut pokok bahasan, maka fasilitator membantu siswa untuk memperoleh pemahamannya sendiri terhadap pokok bahasan/konten kurikulum.
6.      Kolaborasi Antarpembelajar
Pembelajar dengan keterampilan dan latar belakang yang berbeda diakomodasi untuk melakukan kolaborasi dalam penyelesaian tugas dan diskusi-diskusi agar mencapai pemahaman yang sama tentang kebenaran dalam suatu wilayah bahasan yang spesifik.
7.      Proses Top-Down (Proses dari Atas ke Bawah)
Dalam proses ini siswa diperkenalkan dulu dengan masalah-masalah yang kompleks untuk dipecahkan dengan bantuan guru menemukan keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan untuk memecahkan masalah seperti itu. Pada prinsipnya pembelajaran dimulai dengan pemberian dan pelatihan keterampilan-keterampilan dasar dan secara bertahap diberikan keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks.

E.  Peranan (Implementasi) Teori Konstruktivisme di Kelas
Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme tersebut di atas, berikut ini dipaparka tentang penerapan di kelas.
1. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar
Dengan menghargai gagasan-gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa berpikir mandiri, berarti guru membantu siswa menemukan identitas intelektual mereka. Para siswa yang merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis serta menjawabnya berarti telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri serta menjadi pemecah masalah (problem solver).
2. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu kepada siswa untuk merespon
Berfikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar gagasan-gagasan dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan pertanyaan dan cara siswa merespon atau menjawabnya akan mendorong siswa mampu membangun keberhasilan dalam melakukan penyelidikan.

3. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi
Guru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para siswa untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di balik respon-respon faktual yang sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubungkan dan merangkum konsep-konsep melalui analisis, prediksi, justifikasi, dan mempertahankan gagasan-gagasan atau pemikirannya.
4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa lainnya
Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat intensif sangat membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasan-gagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan untuk megemukakan apa yang mereka pikirkan dan mendengarkan gagasan-gagasan orang lain, maka mereka akan mampu membangun pengetahuannya sendiri yang didasarkan atas pemahaman mereka sendiri. Jika mereka merasa aman dan nyaman untuk mengemukakan gagasannya maka dialog yang sangat bermakna akan terjadi di kelas.
5. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi
Jika diberi kesempatan untuk membuat berbagai macam prediksi, seringkali siswa menghasilkan berbagai hipotesis tentang fenomena alam ini. Guru yang menerapkan konstruktivisme dalam belajar memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menguji hipotesis yang mereka buat, terutama melalui diskusi kelompok dan pengalaman nyata.
6. Guru memberika data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi interaktif
Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme melibatkan para siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam dalam dunia nyata. Kemudian guru membantu para siswa untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran-pemikiran tentang fenomena-fenomena alam tersebut secara bersama-sama.

F.   Kelebihan dan Kekurangan TeoriBelajarKonstruktivistik
Pada dasarnya tidak terdapat pendekatan, strategi, metode, gaya atau pola mengajar yang paling baik untuk semua materi pelajaran, yang ada adalah sesuai atau tidak dengan materi pelajaran pada waktu dan kondisi pelaksanaannya. Oleh karena itu guru diharapkan menguasai berbagai macam pendekatan, strategi, metode, gaya atau pola mengajar sebab setiap pendekatan, strategi, metode, gaya atau pola mengajar memiliki kelebihan dan kekurangan.
1.Kelebihan
Adapunkelebihandaripembelajaranberdasarkankonstruktivistikadalahsebagaiberikut:
a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.
b.  Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
c.  Memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat.
d.  Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
e.  Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
g.  Memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
2. Kekurangan
Adapunkekurangandaripembelajaranberdasarkankonstruktivistikadalahsebagaiberikut:
a.  Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ilmuan sehingga menyebabkan miskonsepsi.
b.  Konstruktivistik menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda.
c.  Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas siswa.
4.  Ketidaksiapanmuridauntukmerancangstrategi, berfikirdanmenilaisendiripengajaranberdasarkanpengalamannyasendiri. Tidaksemuamuridmempunyaipengalaman yang sama, masalahinikadangmenyebabkanaktivitaspengajaranmenjaditidakbermaknabagisiswa.









BAB  III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada makalah ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.  Konstruktivismeberasaldari kata konstruktivdanisme.Konstruktivberartibersifatmembina, memperbaiki, danmembangun.SedangkanIsmedalamberartipahamataualiran.Konstruktivismemerupakanaliranfilsafatpengetahuan yang menekankanbahwapengetahuankitamerupakanhasilkonstruksikitasendiri.
2Pembelajaan menurut konstruktivisme yaitu kegiatanbelajaradalahkegiatan yang aktif, dimanasiswamembangunsendiripengetahuannya. Siswamencariartisendiridari yang merekapelajari, inimerupakan proses menyesuaikankonsep-konsepdan ide-ide barudengankerangkaberfikir yang telahadadalampikiranmereka.
3.  Kendala-kendaladalampenerapanpembelajaranmenurutkonstruktivisme yaitu : sulit mengubah keyakinan dan kebiasaan guru, guru kurang tertarik dan mengalami kesulitan mengelola kegiatan pembelajaran berbasis konstruktivisme, adanya anggapan guru bahwa penggunaan metode atau pendekatan baru dalam pembelajaran akan menggunakan waktu yang cukup besar, sistem evaluasi yang masih menekankan pada nilai akhir, besarnya beban mengajar guru, siswa terbiasa menunggu informasi dari guru, dan adanya budaya negatif di lingkungan siswa.

B.  Saran
           Kami menyadari kekurangan dari makalah ini. Sehingga kami manyarankan kepada pembaca agar bisa memberikan kritik dan sarannya, agar makalah ini bisa jadi lebih baik. Terima kasih.


DAFTAR PUSTAKA

Jeanne, Ormrod, Edisi Ke 6 Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang, Jakarta: Erlangga, 2008.
Rusman, Model-Model Pada Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi 2, Jakarta: Rajawali Press, 2012.
Suyono, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, PT Remaja Rosdakarya: Bandung, 2011.
Wasty, Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998.
Winasanjaya, Pembelajaran dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi Jakarta: Kencana, 2005.











No comments:

Post a Comment

Hakikat Konsep serta Pentingnya Kesadaran dalam Perspektif Global (unm)

MAKALAH  PERSPEKTIF GLOBAL (  Hakikat dan Konsep serta Pentingnya Kesadaran dalam Perspektif Global ) ...