TUGAS
PKN
“Teori Belajar
Konstruktivisme”
DI
SUSUN OLEH :
Kelompok : 10
Anggota Kelompok : - Irenius C. Kurung
- Rezki
Anugerah A
- Nabilah
Khairunnisa
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat
Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan rangkuman materi
Bab 8, Bab 9, Bab 10, Bab 11, Bab 12, Bab 13 dan Bab 14. Penulisan rangkuman
ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Agama Islam di
Universitas Negeri Makassar sebagai pengganti Final Pendidikan Agama.
Dalam Penulisan rangkuman ini saya
merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari
semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan rangkuman ini.
Dalam penulisan rangkuman ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan tugas ini, khususnya kepada Dosen
saya yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas ini.
Makassar, 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................ i
DAFTAR ISI ............................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ............................................ 1
B.
Rumusan Masalah ............................................ 2
C.
Tinjauan Penulisan ............................................ 2
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Konstruktivisme ............................................. 3
B.
Ciri-ciri Pembelajaran
Konstruktivisme ................................. 4
C.
Prinsip-prinsip Konstruktivisme .............................................. 5
D.
Konsep Dasar Konstruktivisme .............................................. 5
E.
Peranan (Implementasi) Teori
Konstrutivisme di Kelas .......... 7
F.
Kelebihan dan Kekurangan Teori
Beelajat Konstruktivisme .. 9
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan .............................................. 11
B.
Saran .............................................. 11
DAFTAR
PUSTAKA .............................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu dan
semakin pesatnya tingkat intelektualitas serta kualitas kehidupan, maka
pendidikan pun menjadi lebih kompleks. Oleh karena itu, tentu saja hal ini
membutuhkan sebuah desain pendidikan yang tepat dan sesuai dengan kondisinya.
Sehingga berbagai teori, metode dan desain pembelajaran serta pengajaran pun
dibuat dan diciptakan untuk mengapresiasikan semakin beragamnya tingkat
kebutuhan dan kerumitan permasalahan pendidikan. Jadi memang itulah yang
menjadi esensi pendidikan itu sendiri, yakni bagaimana menciptakan sebuah
kehidupan lebih baik yang tercipta dari proses pendidikan yang kontekstual dan
mampu menyerap aspirasi zaman dengan tepat dan sesuai.
Guru di dalam melaksanakan
pembelajaran, juga harus bisa memilih maupun menetapkan suatu pendekatan
pembelajaran yang tepat di kelas sehingga hasil pembelajaran lebih optimal,
selayaknya seseorang dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari yang harus
mampu menetapkan sasaran yang hendak dicapai. Guru pun demikian, harus bisa
menetapkan pendekatan pembelajaran yang tepat.
Masing – masing
individu akan memilih cara dan gayanya sendiri untuk belajar dan mengajar,
namun setidak-tidaknya ada karakteristik tertentu dalam pendekatan pembelajaran
tertentu yang khas dibandingkan dengan pendekatan lain. Salah
satu contoh pendekatan pembelajaran adalah pendekatan konstruktivisme. Martin.
Et. Al (dalam Gerson Ratumanan, 2002) mengemukakan bahwa konstruktivisme
menekankan pentingnya setiap siswa aktif mengkonstruksikan pengetahuan melalui
hubungan saling mempengaruhi dari belajar sebelumnya dengan belajar baru.
Hubungan tersebut dikonstruksikan oleh siswa untuk kepentingan mereka sendiri.
Elemen kuncinya adalah bahwa orang belajar secara aktif mengkonstruksikan pengetahuan
mereka sendiri, membandingkan informasi baru dengan pemahaman sebelumnya dan
menggunakannya untuk menghasilkan pemahaman baru. Untuk itu, setiap pelajaran
di sekolah perlu diarahkan untuk selalu mendidik siswa agar mengkonstruksikan
pengetahuannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konstruktivisme?
2. Apakah ciri-ciri
pembelajaran konstruktivisme?
3. Apakah prinsip-prinsipkonstruktivisme?
4. Apakah konsep dasarkonstruktivisme?
5. Bagaimana implementasi teori
konstruktivisme di kelas?
6. Apakah kelebihan dan kekurangan
teori konstruktivisme?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan
konstruktivisme.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme.
3. Untuk
mengetahui prinsip-prinsipkonstruktivisme.
4. Untuk mengetahui konsep dasarkonstruktivisme
5. Untuk mengetahui implementasi teori
konstruktivisme di kelas.
6. Untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan teori konstruktivisme.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konstruktivisme
Konstruktivismeberasaldari kata konstruktivdanisme.Konstruktivberartibersifatmembina,
memperbaiki, danmembangun.SedangkanIsmedalamkamusBahasaInonesiaberartipahamataualiran.Konstruktivismemerupakanaliranfilsafatpengetahuan
yang menekankanbahwapengetahuankitamerupakanhasilkonstruksikitasendiri.Pandangankonstruktivisdalampembelajaranmengatakanbahwaanak-anakdiberikesempatan
agar menggunakanstrateginyasendiridalambelajarsecarasadar, sedangkan guru
yang membimbingsiswaketingkatpengetahuan yang lebihtinggi.
Tran Vuijugamengatakanbahwateorikonstruktivismeadalahsebuahteori yang
memberikankebebasanterhadapmanusia yang
inginbelajarataumencarikebutuhannyadengankemampuanuntukmenemukankeinginanataukebutuhannyatersebutdenganbantuanfasilitasi
orang lain.SedangkanmenurutMartin. Et. Al
mengemukakan bahwa konstruktivisme menekankan pentingnya setiap siswa aktif
mengkonstruksikan pengetahuan melalui hubungan saling mempengaruhi dari belajar
sebelumnya dengan belajar baru.Jadidapatdisimpulkanbahwasebagailandasanparadigmapembelajaran,
konstruktivismemenyerukanperlunyapartisipasiaktifsiswadalam proses
pembelajaran, perlunyapengembangansiswabelajarmandiri,
danperlunyasiswamemilikikemampuanuntukmengembangkanpengetahuannyasendiri.
Dalamhaltahap-tahappembelajaran,
pendekatankonstruktivismelebihmenekankanpadapembelajarantop-down processing, yaitusiswabelajardimulaidarimasalah yang
kompleksuntukdipecahkan (denganbantuan guru),
kemudianmenghasilkanataumenemukanketerampilan-keterampilandasar yang
dibutuhkan.Misalnya, ketikasiswadimintauntukmenuliskalimat-kalimat,
kemudiandiaakanbelajaruntukmembaca,
belajartentangtatabahasakalimat-kalimattersebut,
dankemudianbagaimanamenulistitikdankomanya.Bagialirankonstruktivisme, guru
tidaklagimendudukitempatsebagaipemberiilmu.Tidaklagisebagaisatu-satunyasumberbelajar.Namun
guru lebihdiposisikansebagaifasilitator yang
memfasilitasisiswauntukdapatbelajardanmengkonstruksipengetahuannyasendiri.Aliraninilebihmenekankanbagaimanasiswabelajarbukanbagaimana
guru mengajar.Sebagaifasilitator guru bertanggungjawabterhadapkegiatanpembelajaran
di kelas.
Diantaratanggungjawab guru
dalampembelajaranadalahmenstimulasidanmemotivasisiswa.Mendiagnosisdanmengatasikesulitansiswasertamenyediakanpengalamanuntukmenumbuhkanpemahamansiswa.Olehkarenaitu,
guru harusmenyediakandanmemberikankesempatansebanyakmungkinkepadasiswauntukbelajarsecaraaktif.Sedemikianrupasehinggaparasiswadapatmenciptakan,
membangun, mendiskusikan, membandingkan, bekerjasama,
danmelakukaneksperimentasidalamkegiatanbelajarnya. Berdasarkankonstruktivisme,
akibatnyaorientasipembelajaranbergeserdariberpusatpada guru
mengajarkepembelajaranberpusatpadasiswa(student
centered instruction).
B. Ciri-ciri Pembelajaran
Konstruktivisme
Menurut Suparno (1997:49) secara garis besar
prinsip-prinsip konstruktivisme yang diambil adalah (1) pengetahuan dibangun
oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun secara sosial; (2) pengetahuan
tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan keaktifan siswa sendiri
untuk bernalar; (3) siswa aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga terjadi
perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai
dengan konsep ilmiah; (4) guru berperan membantu menyediakan sarana dan situasi
agar proses konstruksi siswa berjalan mulus.
Berikut ini akan dikemukakan ciri-ciri pembelajaran
yang konstruktivis menurut beberapa literatur yaitu sebagai berikut.
a.
Pengetahuan dibangun berdasarkan
pengalaman atau pengetahuan yang telah ada sebelumnya.
b.
Belajar adalah merupakan penafsiran
personal tentang dunia.
c.
Belajar merupakan proses yang aktif
dimana makna dikembangkan berdasarkan pengalaman.
d.
Pengetahuan tumbuh karena adanya
perundingan (negosiasi) makna melalui berbagai informasi atau menyepakati suatu
pandangan dalam berinteraksi atau bekerja sama dengan orang lain.
C. Prinsip-PrinsipKonstruktivisme
Secaragarisbesar, prinsip-prinsipkonstruktivisme
yang diterapkandalam proses belajarmengajaradalahsebagaiberikut:
1.
Pengetahuandibangunolehsiswasendiri.
2.
Pengetahuantidakdapatdipindahkandari
guru kemurid, kecualihanyadengankeaktifanmuridsendiriuntukmenalar.
3.
Muridaktifmegkonstruksisecaraterusmenerus,
sehinggaselaluterjadiperubahankonsepilmiah.
4.
Guru
sekedarmembantumenyediakan saran dansituasi agar proses
kontruksiberjalanlancar.
5.
Strukturpembelajaranseputarkonsepdiutamakanpadapentingnyasebuahpertanyaan.
6.
Mencaridanmenilaipendapatsiswa.
7.
Menyesuaikanbahanpengajaranuntukmenanggapianggapansiswa.
D. Konsep Dasar
Konstruktivisme
Berikut ini
merupakan beberapa konsep kunci dari teori konstruktivisme antara lain:
1. Siswa
Sebagai Individu yang Unik
Teori konstruktivisme berpandangan bahwa pembelajar
merupakan individu yang unik dengan kebutuhan dan latar belakang yang unik
pula. Dalam teori ini tidak hanya memperkenalkan keunikan dan kompleksitas
pembelajar tetapi juga secara nyata mendorong, memotivasi dan memberi
penghargaan kepada siswa sebagai integral dari proses pembelajaran.
2. Self
Regulated Leaner(Pembelajar yang dapat mengelola diri sendiri )
Siswa dikembangkan menjadi seorang yang memiliki
pengetahuan tentang strategi belajar yang efektif, yang sesuai dengan gaya
belajarnya dan tahu bagaimana serta kapan menggunakan pengetahuan itu dalam
situasi pembelajaran yang berbeda. Self Regulated Leaner termotivasi untuk
belajar oleh dirinya sendiri, bukan dari nilai yang diperolehnya sebagai hasil
belajar atau karena motivasi eksternal yang lain, misalnya dari guru atau orang
tuanya.
3. Tanggung
jawab Pembelajaran
Dalam konstruktivisme ini berpandangan bahwa tanggung
jawab belajar bertumpu kepada siswa. Teori ini menekankan bahwa siswa harus
aktif dalam proses pembelajaran, dan berbeda pendapat dengan pandangan
pendidikan sebelumnya yang menyatakan tanggung jawab pembelajaran lebih kepada
guru, sedangkan siswa berperan secara pasif dan reseptif. Disini para
pembelajar mencari makna dan akan mencoba mencari keteraturan dari berbagai
kejadian yang ada di dunia, bahkan seandainya informasi yang tersedia tidak
lengkap.
4. Motivasi
Pembelajaran
Motivasi belajar secara kuat bergantung kepada
kepercayaan siswa terhadap potensi belajarnya sendiri. Perasaan kompeten dan kepercayaan
terhadap potensi untuk memecahkan masalah baru, diturunkan dari pengalaman
langsung di dalam menguasai masalah pada masa lalu. Maka dari itu belajar dari
pengalaman akan memperoleh kepercayaan diri, serta motivasi untuk menyelesaikan
masalah yang lebih kompleks lagi.
5. Peran Guru
Sebagai Fasilitator
Jika seorang guru menyampaikan kuliah/ceramah yang
menyangkut pokok bahasan, maka fasilitator membantu siswa untuk memperoleh
pemahamannya sendiri terhadap pokok bahasan/konten kurikulum.
6. Kolaborasi Antarpembelajar
Pembelajar dengan keterampilan dan latar belakang yang
berbeda diakomodasi untuk melakukan kolaborasi dalam penyelesaian tugas dan
diskusi-diskusi agar mencapai pemahaman yang sama tentang kebenaran dalam suatu
wilayah bahasan yang spesifik.
7. Proses
Top-Down (Proses dari Atas ke Bawah)
Dalam proses ini siswa diperkenalkan dulu dengan
masalah-masalah yang kompleks untuk dipecahkan dengan bantuan guru menemukan
keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan untuk memecahkan masalah
seperti itu. Pada prinsipnya pembelajaran dimulai dengan pemberian dan
pelatihan keterampilan-keterampilan dasar dan secara bertahap diberikan
keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks.
E. Peranan
(Implementasi) Teori Konstruktivisme di Kelas
Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme
tersebut di atas, berikut ini dipaparka tentang penerapan di kelas.
1. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam
belajar
Dengan menghargai gagasan-gagasan atau pemikiran siswa
serta mendorong siswa berpikir mandiri, berarti guru membantu siswa menemukan
identitas intelektual mereka. Para siswa yang merumuskan pertanyaan-pertanyaan
dan kemudian menganalisis serta menjawabnya berarti telah mengembangkan
tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri serta menjadi pemecah
masalah (problem solver).
2. Guru
mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu kepada
siswa untuk merespon
Berfikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan
seringkali atas dasar gagasan-gagasan dan komentar orang lain. Cara-cara guru
mengajukan pertanyaan dan cara siswa merespon atau menjawabnya akan mendorong
siswa mampu membangun keberhasilan dalam melakukan penyelidikan.
3. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi
Guru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme
akan menantang para siswa untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di balik
respon-respon faktual yang sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubungkan
dan merangkum konsep-konsep melalui analisis, prediksi, justifikasi, dan
mempertahankan gagasan-gagasan atau pemikirannya.
4. Siswa
terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa lainnya
Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial
dalam kelas yang bersifat intensif sangat membantu siswa untuk mampu mengubah
atau menguatkan gagasan-gagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan untuk
megemukakan apa yang mereka pikirkan dan mendengarkan gagasan-gagasan orang
lain, maka mereka akan mampu membangun pengetahuannya sendiri yang didasarkan
atas pemahaman mereka sendiri. Jika mereka merasa aman dan nyaman untuk
mengemukakan gagasannya maka dialog yang sangat bermakna akan terjadi di kelas.
5. Siswa
terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi
Jika diberi kesempatan untuk membuat berbagai macam
prediksi, seringkali siswa menghasilkan berbagai hipotesis tentang fenomena
alam ini. Guru yang menerapkan konstruktivisme dalam belajar memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menguji hipotesis yang mereka
buat, terutama melalui diskusi kelompok dan pengalaman nyata.
6. Guru
memberika data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi interaktif
Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan
konstruktivisme melibatkan para siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena
alam dalam dunia nyata. Kemudian guru membantu para siswa untuk menghasilkan
abstraksi atau pemikiran-pemikiran tentang fenomena-fenomena alam tersebut
secara bersama-sama.
F. Kelebihan
dan Kekurangan TeoriBelajarKonstruktivistik
Pada dasarnya tidak terdapat pendekatan, strategi, metode,
gaya atau pola mengajar yang paling baik untuk semua materi pelajaran, yang ada
adalah sesuai atau tidak dengan materi pelajaran pada waktu dan kondisi
pelaksanaannya. Oleh karena itu guru diharapkan menguasai berbagai macam
pendekatan, strategi, metode, gaya atau pola mengajar sebab setiap pendekatan,
strategi, metode, gaya atau pola mengajar memiliki kelebihan dan kekurangan.
1.Kelebihan
Adapunkelebihandaripembelajaranberdasarkankonstruktivistikadalahsebagaiberikut:
a. Memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa
sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan
penjelasan tentang gagasannya.
b. Memberi
pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau
rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas
pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk merangkai
fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang
fenomena yang menantang siswa.
c. Memberi siswa
kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa
berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori,
mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat.
d. Memberi
kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk
memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang
telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan
berbagai strategi belajar.
e. Mendorong
siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka setelah menyadari kemajuan
mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan
mereka.
g. Memberikan
lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan,
saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
2. Kekurangan
Adapunkekurangandaripembelajaranberdasarkankonstruktivistikadalahsebagaiberikut:
a. Siswa mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil
konstruksi para ilmuan sehingga menyebabkan miskonsepsi.
b. Konstruktivistik menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya
sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan
penanganan yang berbeda-beda.
c. Situasi dan kondisi tiap sekolah
tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat
membantu keaktifan dan kreatifitas siswa.
4. Ketidaksiapanmuridauntukmerancangstrategi,
berfikirdanmenilaisendiripengajaranberdasarkanpengalamannyasendiri.
Tidaksemuamuridmempunyaipengalaman yang sama,
masalahinikadangmenyebabkanaktivitaspengajaranmenjaditidakbermaknabagisiswa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada makalah
ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Konstruktivismeberasaldari kata konstruktivdanisme.Konstruktivberartibersifatmembina, memperbaiki,
danmembangun.SedangkanIsmedalamberartipahamataualiran.Konstruktivismemerupakanaliranfilsafatpengetahuan
yang menekankanbahwapengetahuankitamerupakanhasilkonstruksikitasendiri.
2. Pembelajaan
menurut konstruktivisme yaitu kegiatanbelajaradalahkegiatan
yang aktif, dimanasiswamembangunsendiripengetahuannya.
Siswamencariartisendiridari yang merekapelajari, inimerupakan proses
menyesuaikankonsep-konsepdan ide-ide barudengankerangkaberfikir yang
telahadadalampikiranmereka.
3. Kendala-kendaladalampenerapanpembelajaranmenurutkonstruktivisme yaitu : sulit mengubah keyakinan dan kebiasaan guru,
guru kurang tertarik dan mengalami kesulitan mengelola kegiatan pembelajaran
berbasis konstruktivisme, adanya anggapan guru bahwa penggunaan metode atau
pendekatan baru dalam pembelajaran akan menggunakan waktu yang cukup besar,
sistem evaluasi yang masih menekankan pada nilai akhir, besarnya beban mengajar
guru, siswa terbiasa menunggu informasi dari guru, dan adanya budaya negatif di
lingkungan siswa.
B. Saran
Kami menyadari kekurangan dari
makalah ini. Sehingga kami manyarankan kepada pembaca agar bisa memberikan
kritik dan sarannya, agar makalah ini bisa jadi lebih baik. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Jeanne, Ormrod, Edisi Ke 6
Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang, Jakarta:
Erlangga, 2008.
Rusman, Model-Model Pada
Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi 2, Jakarta: Rajawali
Press, 2012.
Suyono, Belajar dan Pembelajaran
Teori dan Konsep Dasar, PT Remaja Rosdakarya: Bandung, 2011.
Wasty, Soemanto, Psikologi
Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta,
1998.
Winasanjaya, Pembelajaran dalam
implementasi kurikulum berbasis kompetensi Jakarta: Kencana, 2005.
No comments:
Post a Comment