Teori Belajar Pemrosesan Informasi
Oleh
HAMDIA SAYYADI
NURUL MUHLISA
SUTRYANY
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Teori pemrosesan informasi merupakan
bagian dari teori belajar kognitivisme. Dalam konteks kognitivisme yang
dianggap sebagai pelopor teori pemrosesan informasi adalah Robert M. Gagne,
yang kemudian dikembangkan oleh George Miller. Asumsi yang melandasi teorinya
adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam
perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut
Gagne, dalam Suyono dan Hariyanto (2012:77) dalam pembelajaran terjadi proses
penerimaan informasi yang selanjutnya diolah sehingga menghasilkan keluaran
berupa hasil belajar.
Disebutkan
oleh Suyono dan Hariyanto (2012:76) teori pemrosesan informasi banyak dikaitkan
dengan teori pembelajaran sibernetik (cybernetics learning).
Secara sederhana pengertian belajar menurut teori belajar sibernetik adalah
pengolahan informasi. Proses belajar menurut teori ini meliputi kegiatan
menerima, menyimpan, dan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah
diterima. Belajar tidaklah hanya meliputi apa yang terlihat, yang penting
bagaimana suatu proses kognitif itu terjadi di dalam diri pembelajar.
2.
Rumusan Masalah
1. Siapakah tokoh pelopor pemrosesan
informasi?
2. Bagaimanakah yang di maksud dengan
teori pemrosesan informasi?
3. Bagaimanakah sistem pemrosesan
informasi?
4. Mengetahui kekurangan dan kelebihan
dari pemrosesan informasi?
3.
Tujuan
1. Dapat mengetahui pelopor dari teori
pemrosesan informasi.
2. Memahami dan mendalami lebih jauh
mengenai teori pemrosesan informasi.
3. Mengetahui sistem teori pemprosesan
informasi
4. Sebagai bahan perbandingan untuk
mengetahui kekurangan dan kelebihannya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tokoh Pelopor Teori Pemrosesan Informasi
Princeton (1958-1962), dan
University of California di Berkeley (1966-1969), dan professor di Departemen
Penelitian Pendidikan di Florida State University di Tallahassee dimulai pada
tahun 1969. Ia juga menjabat sebagai direktur penelitian untuk Angkatan Udara
(1949-1958) di Lackland, Texas, dan Lowry, Colorado. Dia bekerja sebagai
konsultan untuk Departemen Pertahanan (1958-1961), dan di Kantor
Pendidikan Amerika Serikat (1964-1966). Selain itu, ia menjabat sebagai
direktur penelitian di Institut Penelitian Amerika di Pittsburgh (1962-1965).
B. Teori Pemrosesan Informasi
Shuell (1986) dalam Schunk
(2012:228) menyebutkan bahwa teori-teori pengolahan informasi memfokuskan
perhatian pada bagaimana orang memperhatikan peristiwa-peristiwa lingkungan, mengkodekan
informasi-informasi untuk dipelajari, dan menghubungkannya dengan pengetahuan
yang ada dalam memori, menyimpan pengetahuan yang baru dalam memori, dan
menariknya kembali ketika dibutuhkan. Dalam Baharuddin (2007:99) disebutkan
bahwa information processing model memandang memori manusia itu seperti sebuah
komputer yang mengambil atau mendapatkan informasi, mengelolanya, mengubahnya
baik bentuk dan isi, kemudian menyimpannya, dan menghadirkan kembali pada saat
dibutuhkan. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa teori pemrosesan
informasi merupakan model dalam teori kognitivisme yang mencoba menjelaskan
kerja memori manusia dalam memperoleh, menyandikan, dan mengingat informasi.
Teori
belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses
internal yang mencakup beberapa tahapan yakni menarik perhatian, memberitahukan
tujuan pembelajaran kepada siswa, merangsang ingatan pada pra syarat belajar, menyajikan bahan peransang ,memberikan bimbingan belajar, mendorong unjuk kerja, memberikan balikan informative, menilai
unjuk kerja, dan meningkatkan retensi
dan alih belajar keunggulan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori
pemrosesan informasi. Manfaat
teori pemrosessan informasi antara lain membantu terjadinya proses pembelajaran sehingga individu
mampu beradaptasi pada lingkungan yang selalu berubah,
Menjadikan strategi pembelajaran
dengan menggunakan cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menojol,
kapabilitas belajar dapat disajikan secara lengkap, dan Prinsip perbedaan
individu terlayani.
Gagne beranggapan bahwa terdapat
masalah dalam pandangan sebelumnya yakni:
1. Ide yang dikemukakan awal terkait
dengan situasi spesifik, seperti anjing berliur ketika melihat makanan.
2. Teori-teori awal berasal dari sudut
belajar di laboratorium, dan tidak menjelaskan kapasitas manusia untuk
mempelajari ketrampilan dan kemampuan yang kompleks.
‘’Gagne tidak mengawali dengan dengan riset laboratorium, ia
berpendapat bahwa kunci untuk mengembangkan teori yang komprehensif adalah
memulai dengan analisis berbagai macam kinerja dan ketrampilan yang dilakukan
oleh manusia. Teori-teori sebelumnya memang menjelaskan subkomponen belajar
manusia, akan tetapi subketrampilan itu bukan tujuan utama dari belajar’’
(Gagne, 1977 & 1984, dalam Margaret G. Bell, 2013).
‘’Ada beberapa unsur yang melandasi
pandangan Gagne tentang belajar. Menurutnya, belajar bukan merupakan proses
tunggal, melainkan proses yang luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan
perkembangan tingkah laku. Jadi tingkah laku itu merupakan hasil dari efek
komulatif belajar. Artinya banyak ketrampilan yang telah dipelajari memberikan
sumbangan bagi belajar ketrampilan yang lebih rumit, contohnya ketrampilan
belajar “menjumlah“ akan berguna bagi siswa untuk belajar “mengkali” siswa
tidak perlu belajar menjumlah ketika belajar mengkali’’. (Udin S. Winataputra,
et. al., 2007: 3.30).
‘’Contoh model dari Pavlov oleh Gagne (1977a) dideskripsikan
sebagai belajar signal atau tanda, sedangkan perspektif lain dari teori
stimulus-respons (S-R) dari Thorndike dan Skinner adalah salah satu contoh
terbentuknya koneksi (S-R). Saat anak mendapatkan sejumlah koneksi maka akan
terbentuk rantai koneksi. Sedangkan para penganut psikologi Gestalt berpendapat
bahwa belajar terjadi ketika subyek “melihat” hubungan baru dalam stuasi
masalah (Gagne, 1977), (tetapi tidak menilai belajar yang telah dilakukan oleh
subyek sebelumnya’’(Margaret G. Bell, 2013: 173 )
Pandangan Gagne tentang pendekatan
kognitif ini didukung oleh sebuah penelitian tentang pentingnya pengetahuan
dalam memahami dan mengingat sesuatu yang baru telah dilakukan oleh Recht dan
Leslie keduanya meneliti tentang siswa-siswa sekolah menengah pertama yang
sangat bagus membacanya dan sangat kurang membacanya. Mereka menguji
pengetahuan siswa tentang olahraga baseball dan menemukan bahwa pengetahuan
baseball tidak ada kaitannya dengan kemampuan membaca. Karena itu kedua
peneliti tersebut membagi siswa menjadi empat kelompok, yaitu Kelompok yang
mampu membaca dengan bagus sekaligus memiliki pengetahuan tentang baseball, kelompok
yang mampu membaca dengan bagus tapi kurang pengetahuannya tentang baseball, kelompok
yang kurang mampu membaca dengan baik tapi memiiki kemampuan yang luas tentang
baseball, dan Kelompok yang memiliki kemampuan membaca yang kurang dan
pengetahuan tentang baseball yang kurang’’.(Woolfolk,
dalam Baharuddin, 2007: 96) .
C. Sistem Pemrosesan Informasi
Gredler (2013:227) menyebutkan bahwa
ada dua asumsi pokok yang mendukung riset pemrosesan informasi, yaitu sistem
memori adalah pengolah informasi yang aktif dan terorganisasi serta pengetahuan
sebelumnya berperan penting dalam belajar. Terkait dengan asumsi tersebut maka
perlu dibahas tentang hakikat sistem memori manusia dan organisasi pengetahuan
dalam memori jangka panjang.
Konsepsi awal tentang memori manusia
menganggap bahwa memori hanya sekedar tempat penyimpanan atau kolektor informasi
yang pasif selama periode waktu yang lama. Tetapi, pada tahun 1960-an periset
mulai memandang memori manusia sebagai sistem kompleks yang memproses dan
mengorganisasikan semua pengetahuan kita (Gredler, 2013:227). Disebutkan pula
oleh Santrock (2009:359) bahwa memori atau ingatan adalah penyimpanan informasi
di setiap waktu.
Cara kerja memori manusia meliputi tiga macam sistem
penyimpanan ingatan, yaitu memori sensori (sensory memory), memori jangka
pendek (short-term memory,) dan memori jangka panjang (long-term memory).
1. Sensory Memory
Sensory memory atau sensory register merupakan komponen
pertama dalam system memori. Sensori memory menerima stimuli atau informasi
dari lingkungan (seperti sinar, suara, bau, dan lain sebagainya) secara terus
menerus melalui alat penerima (receptor) kita. Receptor disebut juga dengan
alat-alat indera. Informasi yang diterima disimpan dalam sensory memory kurang
lebih dua detik (Baharuddin, 2007:100).
Masih dalam Baharudin (2007:100) disebutkan bahwa keberadaan
sensory memory memiliki dua implikasi dalam proses belajar. Pertama, orang
harus memberikan perhatian pada informasi yang ingin diingatnya. Kedua, waktu
mendapatkan atau mengambil informasi harus dalam keadaaan sadar. Setelah respon
diterima oleh sensory memory, otak mulai bekerja untuk memberikan makna
terhadap informasi atau ransangan tersebut. Proses ini disebut Perseption atau
memersepsi. Persepsi (pengenalan pola) terjadi; yaitu proses pemberian makna
terhadap sebuah input stimulus (Schunk, 2012: 231). mengacu pada kelekatan
makna pada input-input lingkungan yang diterima melalu panca indera (Schunk,
2012: 244). Persepsi manusia terhadap informasi yang diterimanya berdasarkan
realita obyek yang mereka tangkap dan pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya (Baharuddin, 2007:101) .
Persepsi terhadap stimuli tidak seasli atau semurni stimuli
sebenarnya, karena bisa dipengaruhi kondisi mental, pengalaman sebelumnya,
motivasi-motivasi, pengetahuan, dan faktor lainnya (Baharuddin, 2007:101).
Perhatian merupakan faktor (attention) penting dalam proses ini, Tidak semua
stimuli dari lingkungan diterima manusia karena perhatian merupakan sebuah
sumber yang terbatas (Schunk, 2012: 241). pada tahapan ini satu input dipilih
untuk diberikan perhatian lebih lanjut berdasarkan tingkat aktivasinya yang
tergantung kepada konteks (Schunk, 2012: 240). Jadi di sinilah peran proses
kontrol (eksekutif) mengendalikan informasi mana yang akan
dipilih untuk proses lebih lanjut.
2. Short-Term Memory (STM)
‘’Short-term memory atau memori
jangka pendek adalah sistem memori dengan kapasitas yang terbatas di mana
informasi disimpan selama 30 detik, kecuali informasi tersebut diulang atau
kalau tidak diproses lebih lanjut, karena jika diproses informasi bisa disimpan
lebih lama’’. (Santrock, 2009:364).
Short-term memory disebut juga sebagai working memory atau memori kerja. Baddeley (1993, 1998,
2000, 2001) dalam Santrock (2009: 365) menyatakan bahwa working memory seperti meja kerja pikiran tempat
berlangsungnya banyak pemrosesan informasi. Working memory terdiri
atas tiga komponen utama, yaitu putaran fonologis, working memory visual ruang,
dan eksekutif sentral. Input dari memori sensori menuju putaran fonologis, di
mana informasi tentang cara bicara disimpan dan pengulangan terjadi dan
menuju working memory visual ruang, di mana informasi visual
dan ruang, termasuk imajinasi disimpan. Eksekutif sentral tidak hanya
menggabungkan informasi dari putaran fonologis dan working
memory visual ruang, tetapi juga dari memori jangka panjang (retrieval).
3. Long-Term Memory (LTM)
Long-term memory atau
memori jangka panjang adalah jenis memori yang menyimpan banyak sekali
informasi untuk periode waktu yang lama dalam cara yang relative permanen
(Santrock, 2009: 366). Kapasitas memori jangka panjang manusia sangatlah
mengejutkan dan efisiensi di mana individu-individu bisa mendapatkan kembali
informasi sangatlah mengesankan. Menurut Baddeley (1998) dalam Schunk
(2013:258) representasi pengetahuan dalam LTM tergantung pada frekuensi
dan kontinguitas. Makin sering suatu fakta, peristiwa, atau ide
dijumpai, makin kuat representasinya dalam memori. Selain itu, dua pengalaman
yang terjadi berdekatan waktunya akan cenderung dihubungkan dengan memori
sehingga ketika salah satunya diingatkan yang satunya akan teraktifkan. Maka,
informasi dalam LTM direpresentasikan dalam struktur-struktur asosiatif.
Asosiasi-asosiasi ini sifatnya kognitif, tidak seperti asosiasi dalam teori
pengkondisian yang sifatnya behavioral (stimulus dan respon).
Berdasarkan isinya memori jangka panjang dapat dibedakan
menjadi subjenis memori deklaratif dan prosedural. Memori deklaratif dibagi
lagi menjadi memori episodik dan memori semantik. Memori deklaratif (declarative memory) adalah pengumpulan kembali informasi
yang disengaja, seperti fakta atau peristiwa tertentu yang bisa dikomunikasikan
secara verbal. Sedangkan memori procedural (procedural memory)
adalah pengetahuan nondeklaratif dalam bentuk keterampilan dan operasi
kognitif. Memori prosedural tidak bisa dikumpulkan kembali secara sadar,
setidaknya dalam bentuk peristiwa atau fakta tertentu.
Psikolog kognitif Endel Tulving (1972,2000) dalam Santrock
(2009:369) membedakan antara dua subjenis memori deklaratif menjadi episodik
dan semantik. Memori episodik (episodic memory) adalah
ingatan mengenai informasi tentang waktu dan tempat terjadinya peristiwa dalam
kehidupan. Memori semantik (semantic memory) adalah
pengetahuan umum tentang dunia ini. Memori semantik mencakup tentang jenis
pengetahuan yang dipelajari di sekolah; pengetahuan dalam bidang keahlian yang
berbeda; dan pengetahuan “sehari-hari” tentang makna kata, orang-orang
terkenal, tempat-tempat penting, dan hal-hal biasa. Membantu para siswa
meningkatkan memori dengan cara antara lain :
a. Memotivasi anak-anak untuk mengingat
materi dengan memahaminya daripada menghafalkannya.
b. Membantu sisiwa-siswa dalam mengatur
apa yang mereka masukkan dalam memori mereka.
c. Mengajarkan strategi mnemonik.
Mnemonik adalah bantuan memori untuk mengingat informasi. Strategi mnemonic
bisa melibatkan imajinasi dan kata-kata. Beberapa jenis mnemonik antara lain
metode lokus, sajak, akronim, dan metode kata kunci.
D. Kekurangan Dan Kelebihan
1.
Kekurangan pada teori ini adalah apabila seorang guru tidak
mampu menyampaikan meteri pembelajaran serta tidak dapat menciptakan metode
pembelajaran yang menarik perhatian siswa, maka proses pembelajaran akan terasa
membosankan. Jika tidak dapat menarik perhatian siswa yang mengakibatkan tujuan
pembelajaran tidak tercapai. Selain itu, apabila menghadapi siswa atau peserta
didik yang benar-benar tidak mampu untuk diajak aktif berfikir, maka
mengakibatkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai juga akan ikut terhambat.
2.
Kelebihan teori ini adalah dengan manggunakan teori pemprosesan
informasi akan membantu meningkatkan keaktifan siswa untuk berfikir. Siswa akan
berusaha mengaitkan suatu kejadian atau proses pembelajaran yang menarik dengan
materi yang disampaikan, karena dalam teori pemprosesan informasi guru di
tuntut untuk kreatif dalam menyampaikan materi kepada peserta didik. Yang
dimaksud guru kreatif tersebut adalah guru mampu menyajikan materi
pembelajaran dengan menggunakan alat bantu dan metode penyampaian yang menarik,
sehingga siswa akan mudah mengingat dan memahami materi yang di sampaikan.
5.
Kecocookan Dan Alasan
Teori ini cocok di kelas rendah maupun tinggi karena teori ini
guru haruslah kreatif dalam kekurangan menyampaikan materinya. Dalam menjajikan
materinya guru juga harus memahami tahapan dari pola pikir anak, yang di mana
pada kelas lebih rendah perlu pembinaan yang intensif dan guru haruslah
memiliki keterampilan khusus agar murid dapat mengerti apa yang diajarkannya.
Begitupun pada kelas tinggi perlu guru yang mampu memberikan suatu media untuk
peserta didik, serta perlu berfikir keras untuk menyajikan materi ajar yang
menarik dan mudah dipahami.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Teori pemrosesan informasi merupakan
bagian dari teori belajar kognitivisme. pembelajaran merupakan faktor yang
sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari
pembelajaran. Teori belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan
belajar merupakan proses internal yang mencakup beberapa tahapan yakni menarik
perhatian , memberitahukan tujuan
pembelajaran kepada siswa ,
merangsang ingatan pada pra syarat belajar ,menyajikan
bahan peransang , memberikan
bimbingan belajar, mendorong unjuk
kerja ,memberikan balikan
informative ,menilai unjuk kerja , dan meningkatkan retensi dan alih
belajar keunggulan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan
informasi.
Manfaat teori pemrosessan
informasi antara lain Membantu
terjadinya proses pembelajaran sehingga individu mampu beradaptasi pada
lingkungan yang selalu berubah, Menjadikan strategi pembelajaran dengan menggunakan cara
berpikir yang berorientasi pada proses lebih menojol, kapabilitas belajar dapat
disajikan secara lengkap, dan Prinsip perbedaan individu terlayani.Cara kerja
memori manusia meliputi tiga macam sistem penyimpanan ingatan, yaitu memori
sensori (sensory memory), memori jangka pendek (short-term memory,) dan memori
jangka panjang (long-term memory).
Daftar
Pustaka
http://nuraeni68.blogspot.co.id/2011/10/makalah-teori-belajar-pemrosesan.html
No comments:
Post a Comment