LAPORAN PRAKTIKUM
BUNYI
Oleh
SUTRYANY
1447042002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
|
I.
KAJIAN
PUSTAKA
A. Bunyi
1.
Pengertian Gelombang dan
Bunyi
Gelombang
adalah gangguan yang merambat pada medium tertentu atau tanpa medium. Gelombang
yang merambat pada frekuensi tertentu akan menggetarkan gendang telinga, lalu
memberikan informasi ke otak sebagai suara atau bunyi tertentu. (Saeful Karim : 2008)
Seruling
mengeluarkan bunyi karena udara di dalam seruling bergetar, sedangkan drum
berbunyi jika kulitnya bergetar. Berdasarkan dua peristiwa tersebut, dapat
disimpulkan bahwa bunyi dihasilkan dari benda yang bergetar. Benda yang
bergetar dan menghasilkan bunyi disebut sumber bunyi.(H. Moch. Agus Krisno : 2008)
Manusia memiliki batas pendengaran terhadap bunyi. Bunyi yang
berfrekuensi sangat rendah dan berfrekuensi terlalu tinggi tidak dapat didengar
oleh telinga manusia. Berdasarkan frekuensinya, gelombang bunyi dibedakan
menjadi tiga, yaitu gelombang infrasonik, gelombang audiosonik, dan gelombang ultrasonik.
a. Gelombang
Infrasonik
1
|
b. Gelombang
Audiosonik
Gelombang audiosonik adalah gelombang yang mempunyai frekuensi antara 20
sampai 20.000 Hz. Gelombang audiosonik merupakan gelombang yang mampu didengar
oleh pendengaran manusia dan sebagian besar
binatang.
c. Gelombang
Ultrasonik
Gelombang ultrasonik mempunyai frekuensi di atas jangkauan pendengaran
manusia, yaitu lebih besar dari 20.000 Hz. Kelelawar pada malam hari
memancarkan gelombang ultrasonik dari mulutnya. Gelombang ini akan dipantulkan
kembali bila mengenai benda. Gelombang pantul yang didengar tadi, kelelawar
dapat mengetahui jarak dan ukuran benda yang berada di depannya. Gelombang
ultrasonik dimanfaatkan oleh manusia dalam berbagai bidang, yakni untuk
mengukur kedalaman air laut, untuk sterilisasi pada makanan, digunakan dalam
bidang kedokteran untuk memeriksa tubuh manusia, dan kacamata tunanetra.
B. Cepat Rambat Bunyi
Cepat
rambat bunyi dapat di contohkan dengan memerhatikan kilat dan guntur, selisih
waktu yang lama antara terjadinya kilat dengan guntur hal ini terjadi karena
cepat rambat bunyi (guntur) lebih lambat daripada cepat rambat cahaya (kilat).
Semakin jauh jarak yang ditempuh bunyi (guntur), semakin lama waktu yang diperlukan untuk dapat didengar oleh
pendengar.
Memukul batu di dalam air pengamat akan mendengar
suara pukulan tersebut, demikian juga ikan yang berenang di dalam kolam yang
jernih, pengamat tentu akan beranggapan ikan-ikan tersebut tidak bersuara. Pengamat
ketika menyelam ke dalam air, pengamat akan mendengar suara kibasan ekor dan
sirip ikan tersebut. Pengamat membuktikan bahwa bunyi dapat merambat di dalam
zat cair dengan bantuan alat seismograf,
para ahli gempa dapat mendeteksi getaran gempa bumi. Getaran lebih kuat jika
jaraknya lebih dekat pada sumber getaran, contoh-contoh tersebut pengamat dapat
menyimpulkan bahwa bunyi yang terdengar bergantung pada jarak antara sumber
bunyi dan pendengar. Jarak yang ditempuh bunyi tiap satuan waktu disebut cepat
rambat bunyi (v).
C. Nada
Pengamat mendengarkan suara penyanyi
yang sangat merdu, tentu telinga pengamat merasa dapat merasakan keindahan
alunan yang merdu tersebut. Suara merdu seorang penyanyi memiliki frekuensi
yang teratur. Bunyi yang frekuensinya teratur disebut nada, sedangkan bunyi
yang frekuensinya tidak teratur disebut desah.
1.
Hubungan Frekuensi dan Amplitudo Terhadap Bunyi
Pengamat
memerhatikan orang yang sedang bermain gitar, ketika senar gitar dipetik dengan
kuat maka bunyi yang dihasilkan semakin keras. Memetik senar gitar dengan kuat
berarti memperbesar amplitudonya, sehingga semakin besar amplitudo maka semakin
keras bunyi yang dihasilkan. Pada gitar yang dipetik, panjang gelombangnya bergantung
pada jarak senar yang ditekan dan semakin panjang jarak antara senar yang dipetik
dengan yang ditekan maka bunyi yang dihasilkan semakin rendah, jadi tinggi
maupun rendah nada bergantung pada panjang gelombangnya.
2.
Deret Nada Dan Interval Nada
Permain
musik atau bernyanyi digunakan nada berfrekuensi rendah sampai nada yang
berfrekuensi tinggi. Susunan nada dengan perbandingan frekuensi yang tetap
disebut deret nada atau tangga nada dan berdasarkan deret nada dan interval
nada pengamat dapat menentukan frekuensi nada lainnya.
3.
Hukum Mersenne
Perancis,
membuat alat untuk menyelidiki hubungan antara frekuensi dengan tinggi nada dan
percobaannya dinamakan sonometer. Mersenne mencoba sonometer dengan penampang
kawat yang berbeda-beda dan panjang tumpuan kawat yang bermacam-macam dan dalam
penelitiannya, Mersenne menarik beberapa kesimpulan yakni kesimpulannya dikenal
sebagai hukum Mersenne yang bunyinya sebagai berikut.
a. Semakin
panjang jarak tumpuan senar frekuensi senar makin rendah dan frekuensi senar
berbanding terbalik dengan panjang tumpuan senar.
b. Semakin
besar luas penampang senar, frekuensi senar makin rendah sehingga frekuensi
senar berbanding terbalik dengan akar luas penampang senar.
c. Semakin
besar tegangan senar, frekuensi senar semakin besar, sehingga frekuensi senar berbanding lurus dengan akar
tegangan senar.
d. Semakin
besar massa jenis senar, frekuensi senar semakin kecil, sehingga frekuensi
senar berbanding terbalik dengan akar massa jenis.
D.
Resonansi
Peristiwa resonansi dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari, antara lain sebagai berikut.
1.
Telinga manusia
Pengamat
dapat mendengar bunyi karena adanya peristiwa resonansi pada telinga pengamat
dan di dalam telinga terdapat selaput gendang telinga, serta selaput ini sangat
tipis dan mudah beresonansi dengan bunyi audiosonik.
2.
Alat Musik
Alat
musik akustik seperti seruling, biola, drum, dan gitar memanfaatkan resonansi
agar diperoleh bunyi yang merdu. Alat musik tradisional, seperti gamelan juga
memanfaatkan peristiwa resonansi.
3.
Rongga Mulut Katak
Rongga
mulut katak dapat mengembang sedemikian rupa sehingga menyerupai selaput tipis,
pada selaput tipis inilah terjadi peristiwa resonansi. Peristiwa resonansi ada
juga yang merugikan manusia karena menyebabkan kerusakan atau ketidaknyamanan,
sehingga manusia berusaha untuk menghilangkan atau mencegahnya, contohnya
resonansi yang merugikan antara lain resonansi pada mesin, resonansi pada
pesawat, dan resonansi pada mobil.
E.
Pemantulan Bunyi
1.
Hukum
Pemantulan Bunyi
Hukum
pemantulan bunyi dapat dilihat dengan contoh percobaan yakni ketika pengamat berteriak
di dalam ruangan yang tertutup rapat samar-samar akan terdengar suara yang
meniru suara pengamat. Hal ini terjadi karena suara dipantulkan oleh
dinding-dinding ruangan.
2.
Macam-Macam
Bunyi Pantul
Keras
lemahnya bunyi pantul tergantung dari cepat rambat bunyi, jarak antara
pendengar dengan dinding pemantul, dan jarak sumber bunyi dengan dinding
pemantul. Bunyi pantul dibedakan menjadi 3 yaitu bunyi pantul yang memperkuat
bunyi asli, gaung atau kerdam, dan gema.
a.
Bunyi
Pantul Yang Memperkuat Bunyi Asli
Bunyi
pantul yang terdengar hampir bersamaan dengan bunyi aslinya sehingga bunyi asli
terdengar lebih keras. Bunyi pantul ini terjadi jika jarak antara sumber bunyi
dan pendengar dekat dengan dinding pantul sehingga bunyi dipantulkan dengan
sangat cepat.
b. Gaung Atau Kerdam
Bunyi
pantul yang terdengar sebagian bersamaan dengan bunyi asli sehingga bunyi asli hanya terdengar sebagian.
Gaung terjadi karena sumber bunyi dan pendengar jaraknya cukup dekat dengan
dinding pantul. Gaung juga dapat terjadi karena bunyi memantul pada bidang
pantul yang tidak rata. Akibatnya, bunyi-bunyi pantul yang terjadi saling
bertumpuk. Bertumpuknya bunyi-bunyi pantul menyebabkan sebagian bunyi asli mengalami
pelemahan dan sebagian lainnya mengalami penguatan sehingga bunyi asli
terdengar tidak jelas.
Gaung
merupakan jenis pemantulan bunyi yang merugikan. Gaung sering terjadi pada
tebing-tebing terjal, gua, aula, dan gedung bioskop. Oleh karena itu, dalam
aula dan gedung bioskop digunakan peredam suara untuk mengurangi gaung.
Bahan-bahan yang sering digunakan sebagai peredam antara lain karpet, kertas
karton, kain wol, gabus, dan busa.
c.
Gema
Bunyi
pantul yang terdengar setelah bunyi asli selesai terdengar. Bunyi pantul ini
terjadi apabila jarak sumber bunyi dan pendengar jauh dari dinding pemantul. Peristiwa
gema, selisih waktu antara bunyi asli dan bunyi pantul merupakan waktu yang
diperlukan untuk menempuh bahwa bunyi dapat merambat pada zat padat, cair, dan
gas (udara). Cepat rambat bunyi pada berbagai medium besarnya berbeda-beda dengan
menggunakan persamaan dan sifat perambatan gelombang pada zat cair, manusia
memanfaatkan gema yang dipantulkan oleh dasar laut untuk mengukur kedalaman
laut dengan menggunakan sistem sonar.
II.
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
|
A.
Pengamatan
1 : Bel Sendok Logam
|
1.
Alat
a. Sendok logam.
b. Meja.
c. Kursi.
2.
Bahan
a. Benang jahit 1,2 meter.
3.
Langkah Kerja
a. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan selama pengamatan.
b. Menggunting benang kira-kira sepanjang 1,2 meter.
c. Membuat simpul ditengah- tengah benang.
d. Mengikat batang sendok logam tersebut di bagian benang yang
telah disimpul sebelumnya.
e. Menyentuh kedua ujung benang pada lubang telinga.
f. Membenturkan sendok logam pada benda keras seperti pinggiran
meja dan kursi.
g. Mengamati apa yang didengar saat melakukan percobaan tersebut.
h. Membuat kesimpulan sesuai hasil pengamatan yang telah dilakukan.
B. Peraktikum 2 : Kwek Sederhana
1.
Alat
a. Gunting.
2.
Bahan
a. Sedotan plastik secukupnya.
3.
Langkah kerja
a. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan selama pengamatan.
b. Meratakan salah satu ujung sedotan kira-kira sepanjang 6,5.
c. Memotong ujung tersebut hingga berbentuk lancip seperti tombak
panjang dan kurus. Jika ujungnya kurang rata maka di ratakan kembali.
d. Memasukkan ujung yang lancip ke dalam muliut dan meniupnya.
e. Mengamati yang di dengar ketika meniup kwek sederhana tersebut.
f. Membuat kesimpulan dari percobaan yang telah diamati.
III.
HASIL PENGAMATAN
PRAKTIKUM
|
A. Hasil Pengamatan Praktikum 1 : Bel Sendok Logam
B. Hasil Pengamatan Praktikum 2 : Kwek
Sederhana
IV.
ANALISIS HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM
|
A. Analisis Hasil Pengamatan Praktikum
1 : Bel Sendok Logam
Praktikum yang telah diamati yakni
bel sendok logam. Langkah pertama adalah menyiapkan alat dan bahan yakni sendok
logam, meja, kursi, dan benang jahit 1,2 meter. Langkah kedua adalah
menggunting benang kira-kira sepanjang 1,2 meter dan membuat simpul
ditengahnya. Langkah ketiga adalah mengikat batang sendok tersebut dibagian
benang yang telah disimpul sebelumnya. Langkah keempat adalah menyentuhkan
kedua ujung benang pada lubang telinga dan membenturkan sendok logam pada benda
keras seperti pinggiran meja dan kursi. Pengamat menyimpulkan bahwa dari hasil
pengamatan tersebut sendok yang dibenturkan menimbulkan suatu getaran bunyi dan
merambat melalui benang tersebut.
B. Analisis Hasil Pengamatan Praktikum
2 : Kwek Sederhana
12
|
V.
KESIMPULAN
|
A. Kesimpulan Praktikum 1 : Bel Sendok
Logam
Pengamatan yang
telah dilakukan dimana sendok yang dibenturkan menimbulkan suatu getaran bunyi
yang merambat melalui benang.
B. Kesimpulan Praktikum 2 : Kwek
Sederhana
|
DAFTAR
PUSTAKA
Moch Agus Krisno. dkk 2008. Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VIII.
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Karim Saeful. dkk 2008. Belajar IPA membuka cakrawala alam sekitar 2
untuk SMP/MTs kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional.
No comments:
Post a Comment