Friday, 30 October 2015

LAPORAN PRAKTIKUM BAB 3 BUNYI (IPA 1)





                                                                                               
LAPORAN PRAKTIKUM






BUNYI






Oleh

SUTRYANY
1447042002






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2015

Judul : BUNYI
I.     KAJIAN PUSTAKA
A.  Bunyi
1.    Pengertian Gelombang  dan Bunyi
Gelombang adalah gangguan yang merambat pada medium tertentu atau tanpa medium. Gelombang yang merambat pada frekuensi tertentu akan menggetarkan gendang telinga, lalu memberikan informasi ke otak sebagai suara atau bunyi tertentu.  (Saeful Karim : 2008)

Seruling mengeluarkan bunyi karena udara di dalam seruling bergetar, sedangkan drum berbunyi jika kulitnya bergetar. Berdasarkan dua peristiwa tersebut, dapat disimpulkan bahwa bunyi dihasilkan dari benda yang bergetar. Benda yang bergetar dan menghasilkan bunyi disebut sumber bunyi.(H. Moch. Agus Krisno : 2008)

          Manusia memiliki batas pendengaran terhadap bunyi. Bunyi yang berfrekuensi sangat rendah dan berfrekuensi terlalu tinggi tidak dapat didengar oleh telinga manusia. Berdasarkan frekuensinya, gelombang bunyi dibedakan menjadi tiga, yaitu gelombang infrasonik, gelombang audiosonik, dan gelombang ultrasonik.
a. Gelombang Infrasonik
1
          Gelombang infrasonik adalah gelombang yang mempunyai frekuensi di bawah jangkauan manusia, yaitu lebih kecil dari 20 Hz. Gelombang infrasonik hanya mampu didengar oleh beberapa binatang seperti jangkrik, anjing, dan kelelawar.
b. Gelombang Audiosonik
          Gelombang audiosonik adalah gelombang yang mempunyai frekuensi antara 20 sampai 20.000 Hz. Gelombang audiosonik merupakan gelombang yang mampu didengar oleh pendengaran manusia dan sebagian besar  binatang.
c. Gelombang Ultrasonik
          Gelombang ultrasonik mempunyai frekuensi di atas jangkauan pendengaran manusia, yaitu lebih besar dari 20.000 Hz. Kelelawar pada malam hari memancarkan gelombang ultrasonik dari mulutnya. Gelombang ini akan dipantulkan kembali bila mengenai benda. Gelombang pantul yang didengar tadi, kelelawar dapat mengetahui jarak dan ukuran benda yang berada di depannya. Gelombang ultrasonik dimanfaatkan oleh manusia dalam berbagai bidang, yakni untuk mengukur kedalaman air laut, untuk sterilisasi pada makanan, digunakan dalam bidang kedokteran untuk memeriksa tubuh manusia, dan kacamata tunanetra.
B.  Cepat Rambat Bunyi
          Cepat rambat bunyi dapat di contohkan dengan memerhatikan kilat dan guntur, selisih waktu yang lama antara terjadinya kilat dengan guntur hal ini terjadi karena cepat rambat bunyi (guntur) lebih lambat daripada cepat rambat cahaya (kilat). Semakin jauh jarak yang ditempuh bunyi (guntur), semakin lama waktu yang  diperlukan untuk dapat didengar oleh pendengar.
           Memukul batu di dalam air pengamat akan mendengar suara pukulan tersebut, demikian juga ikan yang berenang di dalam kolam yang jernih, pengamat tentu akan beranggapan ikan-ikan tersebut tidak bersuara. Pengamat ketika menyelam ke dalam air, pengamat akan mendengar suara kibasan ekor dan sirip ikan tersebut. Pengamat membuktikan bahwa bunyi dapat merambat di dalam zat cair dengan bantuan alat seismograf, para ahli gempa dapat mendeteksi getaran gempa bumi. Getaran lebih kuat jika jaraknya lebih dekat pada  sumber  getaran, contoh-contoh tersebut pengamat dapat menyimpulkan bahwa bunyi yang terdengar bergantung pada jarak antara sumber bunyi dan pendengar. Jarak yang ditempuh bunyi tiap satuan waktu disebut cepat rambat bunyi (v).
C.  Nada
          Pengamat mendengarkan suara penyanyi yang sangat merdu, tentu telinga pengamat merasa dapat merasakan keindahan alunan yang merdu tersebut. Suara merdu seorang penyanyi memiliki frekuensi yang teratur. Bunyi yang frekuensinya teratur disebut nada, sedangkan bunyi yang frekuensinya tidak teratur disebut desah.
1.    Hubungan Frekuensi dan Amplitudo Terhadap Bunyi
          Pengamat memerhatikan orang yang sedang bermain gitar, ketika senar gitar dipetik dengan kuat maka bunyi yang dihasilkan semakin keras. Memetik senar gitar dengan kuat berarti memperbesar amplitudonya, sehingga semakin besar amplitudo maka semakin keras bunyi yang dihasilkan. Pada gitar yang dipetik, panjang gelombangnya bergantung pada jarak senar yang ditekan dan semakin panjang jarak antara senar yang dipetik dengan yang ditekan maka bunyi yang dihasilkan semakin rendah, jadi tinggi maupun rendah nada bergantung pada panjang gelombangnya.


2.    Deret Nada Dan Interval Nada
          Permain musik atau bernyanyi digunakan nada berfrekuensi rendah sampai nada yang berfrekuensi tinggi. Susunan nada dengan perbandingan frekuensi yang tetap disebut deret nada atau tangga nada dan berdasarkan deret nada dan interval nada pengamat dapat menentukan frekuensi nada lainnya.
3.    Hukum Mersenne
          Perancis, membuat alat untuk menyelidiki hubungan antara frekuensi dengan tinggi nada dan percobaannya dinamakan sonometer. Mersenne mencoba sonometer dengan penampang kawat yang berbeda-beda dan panjang tumpuan kawat yang bermacam-macam dan dalam penelitiannya, Mersenne menarik beberapa kesimpulan yakni kesimpulannya dikenal sebagai hukum Mersenne yang bunyinya sebagai berikut.   
a.    Semakin panjang jarak tumpuan senar frekuensi senar makin rendah dan frekuensi senar berbanding terbalik dengan panjang tumpuan senar.
b.    Semakin besar luas penampang senar, frekuensi senar makin rendah sehingga frekuensi senar berbanding terbalik dengan akar luas penampang senar.
c.    Semakin besar tegangan senar, frekuensi senar semakin besar, sehingga  frekuensi senar berbanding lurus dengan akar tegangan senar.
d.   Semakin besar massa jenis senar, frekuensi senar semakin kecil, sehingga frekuensi senar berbanding terbalik dengan akar massa jenis.


D.  Resonansi
          Peristiwa resonansi dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain sebagai berikut.
1.    Telinga manusia
          Pengamat dapat mendengar bunyi karena adanya peristiwa resonansi pada telinga pengamat dan di dalam telinga terdapat selaput gendang telinga, serta selaput ini sangat tipis dan mudah beresonansi dengan bunyi audiosonik.
2.    Alat Musik
          Alat musik akustik seperti seruling, biola, drum, dan gitar memanfaatkan resonansi agar diperoleh bunyi yang merdu. Alat musik tradisional, seperti gamelan juga memanfaatkan peristiwa resonansi.
3.    Rongga Mulut Katak
          Rongga mulut katak dapat mengembang sedemikian rupa sehingga menyerupai selaput tipis, pada selaput tipis inilah terjadi peristiwa resonansi. Peristiwa resonansi ada juga yang merugikan manusia karena menyebabkan kerusakan atau ketidaknyamanan, sehingga manusia berusaha untuk menghilangkan atau mencegahnya, contohnya resonansi yang merugikan antara lain resonansi pada mesin, resonansi pada pesawat, dan resonansi pada mobil.
E.  Pemantulan Bunyi
1.    Hukum Pemantulan Bunyi
          Hukum pemantulan bunyi dapat dilihat dengan contoh percobaan yakni ketika pengamat berteriak di dalam ruangan yang tertutup rapat samar-samar akan terdengar suara yang meniru suara pengamat. Hal ini terjadi karena suara dipantulkan oleh dinding-dinding ruangan.
2.    Macam-Macam Bunyi Pantul
         Keras lemahnya bunyi pantul tergantung dari cepat rambat bunyi, jarak antara pendengar dengan dinding pemantul, dan jarak sumber bunyi dengan dinding pemantul. Bunyi pantul dibedakan menjadi 3 yaitu bunyi pantul yang memperkuat bunyi asli, gaung atau kerdam, dan gema.
a.    Bunyi Pantul Yang Memperkuat Bunyi Asli
          Bunyi pantul yang terdengar hampir bersamaan dengan bunyi aslinya sehingga bunyi asli terdengar lebih keras. Bunyi pantul ini terjadi jika jarak antara sumber bunyi dan pendengar dekat dengan dinding pantul sehingga bunyi dipantulkan dengan sangat cepat.
b.   Gaung Atau Kerdam
          Bunyi pantul yang terdengar sebagian bersamaan dengan bunyi asli  sehingga bunyi asli hanya terdengar sebagian. Gaung terjadi karena sumber bunyi dan pendengar jaraknya cukup dekat dengan dinding pantul. Gaung juga dapat terjadi karena bunyi memantul pada bidang pantul yang tidak rata. Akibatnya, bunyi-bunyi pantul yang terjadi saling bertumpuk. Bertumpuknya bunyi-bunyi pantul menyebabkan sebagian bunyi asli mengalami pelemahan dan sebagian lainnya mengalami penguatan sehingga bunyi asli terdengar tidak jelas.
          Gaung merupakan jenis pemantulan bunyi yang merugikan. Gaung sering terjadi pada tebing-tebing terjal, gua, aula, dan gedung bioskop. Oleh karena itu, dalam aula dan gedung bioskop digunakan peredam suara untuk mengurangi gaung. Bahan-bahan yang sering digunakan sebagai peredam antara lain karpet, kertas karton, kain wol, gabus, dan busa.
c.       Gema
          Bunyi pantul yang terdengar setelah bunyi asli selesai terdengar. Bunyi pantul ini terjadi apabila jarak sumber bunyi dan pendengar jauh dari dinding pemantul. Peristiwa gema, selisih waktu antara bunyi asli dan bunyi pantul merupakan waktu yang diperlukan untuk menempuh bahwa bunyi dapat merambat pada zat padat, cair, dan gas (udara). Cepat rambat bunyi pada berbagai medium besarnya berbeda-beda dengan menggunakan persamaan dan sifat perambatan gelombang pada zat cair, manusia memanfaatkan gema yang dipantulkan oleh dasar laut untuk mengukur kedalaman laut dengan menggunakan sistem sonar.


  II.    

PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A.   

Pengamatan 1 : Bel Sendok Logam
1.    Alat
a.    Sendok logam.
b.    Meja.
c.    Kursi.
2.    Bahan
a.    Benang jahit 1,2 meter.
3.    Langkah Kerja
a.    Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan selama pengamatan.
b.    Menggunting benang kira-kira sepanjang 1,2 meter.
c.    Membuat simpul ditengah- tengah benang.
d.   Mengikat batang sendok logam tersebut di bagian benang yang telah disimpul sebelumnya.
e.    Menyentuh kedua ujung benang pada lubang telinga.
f.     Membenturkan sendok logam pada benda keras seperti pinggiran meja dan kursi.
g.    Mengamati apa yang didengar saat melakukan percobaan tersebut.
h.    Membuat kesimpulan sesuai hasil pengamatan yang telah dilakukan.

B.  Peraktikum 2 : Kwek Sederhana
1.    Alat
a.    Gunting.
2.    Bahan
a.    Sedotan plastik secukupnya.
3.    Langkah kerja
a.    Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan selama pengamatan.
b.    Meratakan salah satu ujung sedotan kira-kira sepanjang 6,5.
c.    Memotong ujung tersebut hingga berbentuk lancip seperti tombak panjang dan kurus. Jika ujungnya kurang rata maka di ratakan kembali.
d.   Memasukkan ujung yang lancip ke dalam muliut dan meniupnya.
e.    Mengamati yang di dengar ketika meniup kwek sederhana tersebut.
f.     Membuat kesimpulan dari percobaan yang telah diamati.

III.

HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM
A.  Hasil Pengamatan Praktikum 1 : Bel  Sendok Logam

B.  Hasil Pengamatan Praktikum 2 : Kwek Sederhana

 IV. 

 ANALISIS HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM
A.  Analisis Hasil Pengamatan Praktikum 1 : Bel Sendok Logam
          Praktikum yang telah diamati yakni bel sendok logam. Langkah pertama adalah menyiapkan alat dan bahan yakni sendok logam, meja, kursi, dan benang jahit 1,2 meter. Langkah kedua adalah menggunting benang kira-kira sepanjang 1,2 meter dan membuat simpul ditengahnya. Langkah ketiga adalah mengikat batang sendok tersebut dibagian benang yang telah disimpul sebelumnya. Langkah keempat adalah menyentuhkan kedua ujung benang pada lubang telinga dan membenturkan sendok logam pada benda keras seperti pinggiran meja dan kursi. Pengamat menyimpulkan bahwa dari hasil pengamatan tersebut sendok yang dibenturkan menimbulkan suatu getaran bunyi dan merambat melalui benang tersebut.
B.  Analisis Hasil Pengamatan Praktikum 2 : Kwek Sederhana
12
          Pengamatan yang telah dilakukan yakni kwek sederhana. Langkah pertama menyiapkan alat dan bahan yakni gunting dan sedotan plastik. Langkah kedua adalah meratakan salah satu ujung sedotan dan memotong ujung tersebut hingga berbentuk lancip. Langkah ketiga adalah meniup ujung lancip tersebut dan pengamat dapat mengamati apa yang terjadi pada ujung yang lancip maupun ujung yang rata ketika ditiup. Pengamat menyimpulkan bahwa sebuah bunyi dapat terbentuk apabila terdapat rongga udara, seperti halnya dengan apa yang diamati sebelumnya.

  V.

  KESIMPULAN
A.  Kesimpulan Praktikum 1 : Bel Sendok Logam
          Pengamatan yang telah dilakukan dimana sendok yang dibenturkan menimbulkan suatu getaran bunyi yang merambat melalui benang.
B.  Kesimpulan Praktikum 2 : Kwek Sederhana

          Pengamatan yang telah dilakukan dimana sebuah bunyi dapat terbentuk apabila terdapat rongga udara.

DAFTAR PUSTAKA
Moch Agus Krisno. dkk 2008. Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Karim Saeful. dkk 2008. Belajar IPA membuka cakrawala alam sekitar 2 untuk SMP/MTs kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

No comments:

Post a Comment

Hakikat Konsep serta Pentingnya Kesadaran dalam Perspektif Global (unm)

MAKALAH  PERSPEKTIF GLOBAL (  Hakikat dan Konsep serta Pentingnya Kesadaran dalam Perspektif Global ) ...