MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
“TEORI BELAJAR B.F. SKINNER”
OLEH:
KELOMPOK 7
M3.1
DWI LESTARI
BASNUR (1447041002)
IKA KARTIKA
KUSUMA WARDANI (1447042005)
NI DWI RATIH
GUNAWATI (1447040002)
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2015
DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI………………………………………………………………….. i
KATA
PENGANTAR……………………………………………………….. ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG……………………………………………….. 1
B.
RUMUSAN MASALAH……………………………………………... 1
C.
TUJUAN……………………………………………………………… 2
D.
MANFAAT…………………………………………………………… 2
BAB II
PEMBAHASAN
A.
BIOGRAFI B.F. SKINNER…………………………………………… 3
B.
SEJARAH MUNCULNYA TEORI OPERAN KONDISIAN B.F.
SKINNER………………………………………………………………. 3
C.
TEORI BELAJAR B.F. SKINNER…………………………………... 4
D.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI BELAJAR B.F
SKINNER………………………………………………………………. 13
E.
IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR B.F. SKINNER DALAM
PEMBELAJARAN…………………………………………………….. 14
BAB III PENUTUP
A.
KESIMPULAN………………………………………………………… 16
B.
SARAN…………………………………………………………………. 16
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 17
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan
Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan kami semoga
makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,
sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan
karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.
Makassar,
13 Oktober 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Banyak teori tentang belajar yang telah
berkembang mulai abad ke-19 sampai sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori
belajar yang berkembang pesat dan memberi banyak sumbangan terhadap para ahli
psikologi adalah teori belajar tingkah laku (behaviorisme). Teori
ini pada awal mulanya dikembangkan oleh psikolog Rusia Ivan Pavlov (tahun
1900-an) dengan teorinya yang dikenal dengan istilah pengkondisian klasik (classical
conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan
oleh beberapa ahli psikologi yang lain, di antaranya yaitu B.F Skinner.
Di awal abad ke-20 sampai sekarang ini teori
belajar behaviorisme mulai ditinggalkan dan banyak ahli
psikologi yang baru lebih mengembangkan teori belajar kognitif dengan asumsi
dasar bahwa kognisi mempengaruhi perilaku. Penekanan kognitif menjadi basis
bagi pendekatan untuk pembelajaran. Walaupun teori belajar tingkah laku mulai
ditinggalkan di abad ini, namun mengkolaborasikan teori ini dengan teori
belajar kognitif dan teori belajar lainnya sangat penting untuk menciptakan
pendekatan pembelajaran yang cocok dan efektif, karena pada dasarnya tidak ada
satu pun teori belajar yang cocok untuk menciptakan sebuah pendekatan
pembelajaran yang tepat dan efektif.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Siapa B.F. Skinner?
2. Bagaimana sejarah
munculnya teori kondisioning operan B.F Skinner?
3. Bagaimana teori belajar
B.F. Skinner?
4. Apa kelebihan dan
kekurangan teori belajar B.F. Skinner?
5. Bagaimana implementasi
teori belajar B.F. Skinner dalam pembelajaran?
C. TUJUAN
1. Mengetahui siapa B.F.
Skinner
2. Mengetahui sejarah
munculnya teori kondisioning operan B.F Skinner.
3. Mengetahui teori belajar
B.F. Skinner.
4. Mengetahui kelebihan dan
kekurangan teori belajar B.F. Skinner.
5. Mengetahui
pengimplementansian teori belajar B.F. Skinner dalam Pembelajaran.
D. MANFAAT
1. Dapat mengetahui siapa
B.F. Skinner
2. Dapat mengetahui sejarah
munculnya teori kondisioning operan B.F Skinner.
3. Dapat mengetahui teori
belajar B.F. Skinner.
4. Dapat mengetahui
kelebihan dan kekurangan teori belajar B.F. Skinner.
5. Dapat mengetahui
pengimplementansian teori belajar B.F. Skinner dalam Pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. BIOGRAFI B.F. SKINNER
B.F.
Skinner lahir pada tanggal 20 Maret 1904 di sebuah kota kecil bernama
Susquehanna, Pennsylvania. Ayahnya adalah seorang
pengacara dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang baik. Ia
merefleksikan tahun-tahun awal kehidupannya sebagai suatu masa dalam lingkungan
yang stabil, di mana belajar sangat dihargai dan disiplin sangat kuat. Skinner
mendapat gelar BA-nya dalam sastra bahasa inggris pada tahun 1926 dari
Presbyterian-founded Humilton College. Setelah wisuda, ia menekuni dunia tulis
menulis sebagai profesinya selama dua tahun.
Pada
tahun 1928, ia melamar masuk program pasca sarjana psikologi Universitas
Harvard. Ia memperoleh MA pada tahun 1930 dan Ph.D
pada tahun 1931. Pada tahun 1945, dia menjadi kepala departemen psikologi
Universitas Indiana. Kemudian 3 tahun kemudian, tahun 1948, dia diundang untuk
datang lagi ke Universitas Harvard. Di Universitas tersebut dia menghabiskan
sisa karirnya. Skinner adalah seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan,
seperti melakukan berbagai penelitian, membimbing ratusan calon doktor, dan
menulis berbagai buku. Meski tidak sukses sebagai penulis buku fiksi dan puisi,
ia menjadi salah satu penulis psikologi terbaik. Salah satu karyanya yang
terkenal adalah Walden II.Pada tanggal 18 Agustus 1980, Skinner meninggal dunia
karena penyakit Leukemia.
B. SEJARAH
MUNCULNYA TEORI KONDISIONING OPERAN B.F SKINNER
Asas
pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada waktu
keluarnya teori S-R. Waktu itu model kondisian klasik dari Pavlov
telah memberikan pengaruh yang kuatpada pelaksanaan penelitian. Istilah-istilah
seperti cues (pengisyratan), purposive behavior (tingkah
laku purposive) dan drive stimuli (stimulus dorongan)
dikemukakan untuk menunjukkan daya suatu stimulus untuk memunculkan atau memicu
suatu respon tertentu.
Skinner
tidak sependapat dengan pandangan S-R dan penjelasan reflex bersyarat dimana
stimulus terus memiliki sifat-sifat kekuatan yang tidak mengendur. Menurut
Skinner penjelasan S-R tentang terjadinya perubahan tingkah laku tidak lengkap
untuk menjelaskan bagaimana organisme berinteraksi dengan lingkungannya. Bukan
begitu, banyak tingkah laku menghasilkan perubahan atau konsekuensi pada
lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap organisme dan dengan begitu
mengubah kemungkinan organisme itu merespon nanti.
Asas-asas
kondisioning operan adalah kelanjutan dari tradisi yang didirikan oleh John
Watson. Artinya, agar psikologi bisa menjadi suatu ilmu, maka studi tingkah
laku harus dijadikan fokus penelitian psikologi. Tidak seperti halnya
teoritikus-teoritikus S-R lainnya, Skinner menghindari kontradiksi yang
ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari Pavlov dan kondisioning
instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma yang mencakup kedua
jenis respon itu dan berlanjut dengan mengupas kondisi-kondisi yang bertanggung
jawab atas munculnya respons atau tingkah laku operan.
C. TEORI BELAJAR SKINNER
Teori Skinner sering
juga disebut dengan operant conditioning. Dinamakan teori Skinner
karena penelitian pada teori ini dilakukan oleh seorang ilmuan bernama
lengkap Burhuss Frederic Skinner. Dia lahir pada
tanggal 20 Maret 1904 di sebuah kota kecil bernama Susquehanna, Pennsylvania.
Ayahnya adalah seorang pengacara dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga
yang baik. Ia merefleksikan tahun-tahun awal kehidupannya sebagai suatu masa
dalam lingkungan yang stabil, dimana belajar sangat dihargai dan disiplin
sangat kuat. Sebelum membahas lebih mendalam mengenai Teori Skinner ini,
terlebih dahulu akan dibahas mengenai Teori Conditioning.
Mula-mula teori Conditioning ini
dipelopori oleh Ivan Pavlov (1927), kemudian dikembangkan oleh Watson (1970).
Percobaan yang dilakukan Pavlov terhadap anjingnya menggambarkan bahwa belajar
dilakukan dengan mengasosiasikan suatu ganjaran (reward) dengan
rangsangan (stimulus) yang mendahului ganjaran itu. Perangsang bersyarat
dan perangsang tidak bersyarat merupakan pengkondisian (conditioning) di
dalam proses pembentukan perilaku. Watson mengembangkan teori ini melalui
percobaan tentang gejala takut pada anak, dengan menggunakan tikus putih.
Menurut teori ini, belajar adalah suatu proses yang disebabkan oleh adanya
syarat tertentu yaitu berupa rangsangan. Pengkodisian (conditioning)
dalam bentuk rangsangan dan pembiasaan mereaksi terhadap perangsang tertentu
menimbulkan proses belajar.
Seperti Pavlov dan
Watson, Skinner juga memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang
dan respons, tetapi berbeda dengan kedua ilmuan yaitu Pavlov dan Watson.
Skinner kurang setuju dengan teori dari Pavlov. Skinner menyatakan bahwa teori
Pavlov hanya berlaku bagi interaksi antara stimulus dan respons yang sederhana
saja. Padahal manusia dalam menjalankan fungsinya memerlukan prilaku yang
kompleks yang mempersyaratkan terjadinya interaksi stimulus dan respons yang
kompleks pula. Dengan demikian, interaksi stimulus-respons dalam diri seorang
individu tidaklah sesederhana itu.
Menurut Skinner, kunci
untuk memahami perilaku individu terletak pada pemahaman terhadap hubungan
antara stimulus satu dengan stimulus lainnya, respons yang dimunculkan, dan
juga berbagai konsekuensi yang diakibatkan oleh respons tersebut. Skinner
setuju dengan pendapat Watson yang mengatakan bahwa belajar merupakan proses
perubahan perilaku.
Ada enam asumsi dasar
dari teori Operant Conditioning ini, yaitu :
1. Hasil belajar merupakan
perilaku yang dapat diamati
2. Perubahan perilaku sebagai
hasil belajar secara fungsional berhubungan dengan perubahan situasi dalam
lingkungan atau suatu kondisi
3. Hubungan antara perilaku
dan lingkungan dapat ditentukan hanya jika elemen-elemen perilaku dan kondisi
percobaan diukur secara fisik dan diamati perubahannya dalam situasi yang
terkontrol ketat
4. Data yang dihasilkan
oleh percobaan-percobaan trhadap perilaku merupakan satu-satunya data yang
dapat dipergunakan untuk mengkaji alasan munculnya suatu perilaku.
5. Sumber data yang paling
tepat adalah perilaku dari masing-masing individu.
6. Dinamika interaksi
antara individu dengan lingkungannya bersifat relatif sama untuk semua jenis
makhluk hidup.
Skinner mengembangkan
teori operant conditioning ini melalui percobaan terhadap
burung dan kotak yang dilengkapi pengungkit. Apabila pengungkit itu kena
tekanan maka ia dapat mengeluarkan makanan. Skinner membedakan adanya dua macam
respons, yaitu :
1. Respondent
response (reflexive response), yaitu respons yang ditimbulkan oleh
prangsang-perangsang tertentu. Perangsang-perangsang yang demikian itu, yang
disebut eliciting stimuli, menimbulkan respons-respons yang secara
relatif tetap, misalnya makanan yang menimbulkan keluarnya air liur. Pada
umumnya perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului respons yang
ditimbulkannya.
2. Operant Response (instrumental response), yaitu
respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang
tertentu. Perangsang yang demikian itu disebut reinforcing stimuli atau reinforceri,karena
perangsang-perangsang tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh
organisme. Jadi, perangsang yang demikian itu mengikuti (dan karenanya
memperkuat) sesuatu tingkah laku tertentu yang telah dilakukan. Jika seorang
anak belajar (telah melakukan perbuatan), lalu mendapat hadiah, maka dia akan
menjadi lebih giat belajar (responsnya menjadi lebih intensif/kuat).
Dalam kenyataannya,
respons jenis pertama itu (respondent response atau respondent
behavior) sangat terbatas adanya pada manusia dan karena adanya hubungan
yang pasti antara stimulus dan respons kemungkinan untuk memodifikasikannya
adalah kecil. Sebaliknya, operant response atau instrumental
behavior merupakan bagian terbesar daripada tingkah laku manusia, dan
kemungkinannya untuk memodifikasi \boleh dikatakan tak terbatas. Fokus teori
Skinner adalah pada respons atau jenis tingkah laku yang kedua ini; soalnya
ialah bagaimana menimbulkan, mengembangkan dan memodifikasikan tingkah laku
tersebut. Jika disederhanakan prosedur pembentukan tingkah laku dalam operant
conditioning itu adalah sebagai berikut :
1. Dilakukan identifikasi
mengenai hal apa yang merupakan reinforcer (hadiah) bagi
tingkah laku yang akan dibentuk itu.
2. Dilakukan analisis untuk
mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk tingkah laku yang
dimaksud. Komponen-komponen itu lalu disusun dalam urutan yang tepat untuk
menuju kepada terbentuknya tingkah laku yang dimaksud.
3. Dengan
mempergunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan-tujuan
sementara, mengidentifikasi reinforcer (hadiah) untuk masing
-masing komponen itu.
4. Melakukan
pembentukan tingkah laku dengan menggunakan urutan komponen-komponen yang telah
tersusun itu. Kalau komponen pertama telah dilakukan maka hadiahnya diberikan;
hal ini akan mengakibatkan komponen itu makin cenderung untuk sering dilakukan.
Kalau ini sudah terbentuk, dilakukannya komponen kedua yang diberi hadiah
(komponen pertama tidak lagi memerlukan hadiah); demikian berulang-ulang,
sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen
ketiga, keempat, dan selanjutnya, sampai seluruh tingkah laku yang diharapkan
terbentuk.
Dalam kenyataan,
prosedur penyederhanaan operant conditioning banyak variasi
dan lebih kompleks.Komponen proses belajar menurut Skinner terdiri dari
stimulus yang diskriminatif (discriminative stimulus) dan penguatan
(positif, negatif, dan hukuman) untuk menghasilkan respons (perubahan tingkah
laku). Stimulus yang diskriminatif menurut Skinner merupakan stimulus yang
selalu hadir untuk pemunculan suatu respons. Kunci berwarna merah merupakan
stimulus yang diskriminatif dalam percobaan Skinner terhadap burung merpati.
Jika merpati mematuk kunci merah maka merpati akan memperoleh makanan. Setelah
beberapa kali pengulangan, jika kunci diganti warna maka merpati tidak akan
mematuk. Makanan dalam hal ini berfungsi sebagai faktor penguatan. Kemungkinan
pemunculan respons dapat dimaksimalkan dengan kehadiran stimulus yang
diskriminatif. Jika ada stimulus lain yang memiliki persamaaan dengan stimulus
diskriminatif maka respons dapat dimunculkan kembali
Skinner juga membuat
eksperimen dalam laboratoriumnya dengan memasukkan tikus kedalam kotak yang
disebut Skinner Box. Kotak ini sudah dilengkapi dengan
berbagi perlengkapan yaitu tombol, alat pemberi makan, penampung makanan, lampu
yang diatur nyalanya dan lantai yang dialiri oleh listrik. Karena
dorongan lapar sang tikus (hunger drive), si tikus berusaha keluar untuk
mencari makanan.
Selama tikus itu
bergerak kesana-kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja tikus itu menekan
tombol sehingga makanan keluar. Secara terjadwal, diberikan makanan secara
bertahap sesuai peningkatan perilaku yang di tunjukkan oleh tikus tersebut,
sehingga proses ini disebut shapping. Tujuan dari eksperimen ini sendiri adalah
bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah
pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat
bila diberi penguatan. Selain itu menghasilkan hukum-hukum dari teori belajar
yaitu:
1. Law of operant
conditioning, yaitu jika timbulnya perilaku yang diiringi dengan stimulus
penguat, maka perilaku itu menguat.
2. Law of operant of
extinction,
yaitu jika timbulnya operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu
tidak diiringi stimulus penguat , maka perilaku itu akan menurun.(John W.
satrock, 2007).
Jika dalam teori
Thorndike dikenal konsep reward, maka dalam teori Skinner
menganggap reinforcementmerupakan faktor penting dalam
belajar. Reinforcement (penguatan) adalah konsekuensi yang
meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Dan Punishment (hukuman)
adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.
Penguatan boleh jadi kompleks. Penguatan berarti memperkuat. Secara umum reinforcement (penguatan)
dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1.
Dari Segi Jenisnya, reinforcement dibagi menjadi
dua kategori, yaitu:
a. Reinforcemen primer yaitu reinforcemen
yang berupa kebutuhan dasar manusia seperti; makanan, air, keamanan, dan
kehangatan.
b. Reinforcemen sekunder yaitu reinforcemen
yang diasosiasikan dengan reinforcemen primer, seperti; uang mungkin tidak
mempunyai nilai bagi anak kecil sampai ia belajar bahwa uang itu dapat
digunakan untuk membeli kue kesukaannya.
2.
Dari Segi
Bentuknya, reinforcement dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Penguatan Positifadalah penguatan berdasarkan
prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang
mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah
berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll) dan berupa perilaku (senyum,
menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol,
atau penghargaan).
b. Penguatan Negatifadalah penguatan
berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan
penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk
penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan
tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening
berkerut, muka kecewa, dll).
3. Waktu pemberian
reinforcemen, ada empat macam pemberian jadwal reinforcemen, yaitu:
a. Fixed Rtio (FR) adalah salah satu
skedul pemberian reinforcemen ketika reinforcemen diberikan setelah sejumlah
tingkah laku. Misalnya, seorang guru mengatakan “kalau kalian dapat
menyelesaikan sepuluh soal matematika dengan cepat dan benar, maka kalian boleh
pulang dahulu”.
b. Variabel-Ratio (VR) adalah sejumlah
prilaku yang dibutuhkan untuk berbgai macam reinforcemen, dari reinforcemen
satu ke reinforcemen yang lain.
c. Fixed Interval (FI), yang diberikan ketika
seorang menunjukkan prilaku yang diinginkan pada waktu tertentu.
d. Variabel Interval (VI) yaitu reinforcemen
yang diberikan tergantung pada waktu dan sebuah respons. Tetapi antara waktu
dan reinforcemen bermacam-macam.
Satu cara untuk
mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan
negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan
atau diperoleh. Dan rangsangannya makin memperkuat atau mendorong suatu tindak
balas. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan
serta menghindari suatu tindak balas tertentu yang tidak memuaskan. Adalah
mudah mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak
rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu
prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Skiner
menekankan bahwa hukuman dapat menghasilkan tiga dampak yang tidak diharapkan,
yaitu hukuman hanya bersifat sementara dalam menghilangkan respons yang tak
diinginkan, hukuman dapat mengakibatkan timbulnya perasaanyang tidak
mengenakkan, sepert malu, rasa bersalah, dll, dan hukuman dapat meningkatkan
pemunculan perilaku yang dianggap mengurangi hadirnya stimulus yang tidak
menyenangkan. Secara umum, hukuman tidak menghasilkan perilaku yang positif.
Oleh karena itu, Skinner lebih menganjurkan penggunaan penguatan daripada
hukuman jika ingin memperoleh respons yang benar.
Berikut ini disajikan
contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman. Contoh dari konsep
penguatan positif, negatif, dan hukuman( John W. Satrock, 2007).
Penguatan positif
|
||
Perilaku
Murid mengajukan pertanyaan yang bagus
|
Konsekuensi
Guru menguji murid
|
Prilaku kedepan
Murid mengajukan lebih banyak pertanyaan
|
Penguatan negative
|
||
Perilaku
Murid menyerahkan PR tepat waktu
|
Konsekuensi
Guru berhenti menegur murid
|
Prilaku kedepan
Murid makin sering menyerahkan PR tepat waktu
|
Hukuman
|
||
Perilaku
Murid menyela guru
|
Konsekuensi
Guru mengajar murid langsung
|
Prilaku kedepan
Murid berhenti menyela guru
|
Penguatan bisa berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua bentuk
itu, konsekuensi meningkatkan prilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang.
|
Teori Skinner tidak
hanya mencakup penjelasan terhadap proses belajar sederhana, namun juga proses
belajar yang kompleks, yang dikenal dengan nama shaping (pembentukan).
Proses shaping yang dilakukan secara bertahap akan
menghasilkan penguasaan terhadap perilaku yang kompleks melalui perancangan
(manipulasi) stimulus yang diskriminatif dan penguatan. Menurut Skinner,
proses shaping dapat menghasilkan perilaku yang kompleks yang
tidak memiliki kemungkinan untuk diperoleh secara alamiah atau dengan
sendirinya.Shaping yang berkelanjutan yang dilakukan untuk
memperoleh perilaku kompleks, disebut dengan program oleh
Skinner. Dari serangkaian percobaan yang dilakukan oleh Skinner dapat
disimpulkan bahwa :
1. Setiap langkah dalam
proses belajar perlu dibuat pendek-pendek, berdasarkan tingkah laku yang pernah
dipelajari sebelumnya.
2. Untuk setiap langkah
yang pendek tersebut disediakan penguatan yang dikontrol dengan hati-hati.
3. Penguatan harus
diberikan sesegera mungkin setelah respons yang benar dimunculkan.
4. Stimulus diskriminatif
perlu dirancang sedemikian rupa agar dapat diperoleh perampatan stimulus dan
peningkatan keberhasilan belajar.
Dasar teori Skinner dan perkembangan teorinya
selanjutnya menjadikan Skinner seorang penganut aliran perilaku yang mempunyai
nama dan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan teori belajar dalam
aliran perilaku. Teori Operant Conditioning dari Skinner
percaya bahwa setiap individu harus diidentifikasi karakteristik maupun
perilaku awalnya untuk suatu proses shaping. Skinner menyatakan,
bahwa perilaku dapat dibentuk (dan juga dihilangkan) sehingga (hampir) semua
orang yang memperoleh latihan yang layak akan dapat memiliki perilaku tertentu
yang diinginkan. Juga pengkondisian suatu respons sangat tergantung kepada
penguatan yang dilakukan berulang-ulang secara berkesinambungan. Skinner juga
mengemukakan bahwa manusia dapat diajar untuk berpikir atau menjadi
kreatif melalui metode pemecahan masalah yang melibatkan proses
identifikasi masalah secara tepat (labeling), dan proses mengaktifkan
strategi (rule and or sequence) untuk memanipulasi variabel dalam
masalah tersebut sehingga diperoleh pemecahan masalahnya.
D. Kelebihan dan Kekurangan Teori B.F. Skinner
1. Kekurangan / Kelemahan
Teori Skinner
Adapun beberapa kekurangan/kelemahan dari teori
Skinner ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G. 1994) adalah
bahwa:
a.
Teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap, analisa
yang berhasil bergantung pada keterampilan teknologis,
b.
Keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks
sebagai ukuran peluang kejadian.
Tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat
anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. Hal tersebuat
akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery
learning, tugas guru akan menjadi semakin berat. Beberapa Kekeliruan dalam
penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk
mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan
sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri
kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun
fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk
pada siswa. Selain itu kesalahan dalam reinforcement positif juga terjadi
didalam situasi pendidikan seperti penggunaan rangking Juara di kelas yang
mengharuskan anak menguasai semua mata pelajaran. Sebaliknya setiap anak diberi
penguatan sesuai dengan kemampuan yang diperlihatkan sehingga dalam satu kelas
terdapat banyak penghargaan sesuai dengan prestasi yang ditunjukkan para siswa:
misalnya penghargaan di bidang bahasa, matematika, fisika, menyanyi, menari
atau olahraga.
2.
Kelebihan Teori Skinner
Kelebihan dari Teori Skinner ini adalah pada teori ini, seorang
pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. Hal ini ditunjukkan
dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan
lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya
kesalahan.
E.
IMPLEMENTASI
TEORI BELAJAR B.F SKINNER DALAM PEMBELAJARAN
Penggunaan teori Skinner
ini diimplementasikan dalam proses pembelajaran dikelas sebagai
berikut :
1. Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada
unit-unit secara organis.
2. Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada
siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
3. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang
belajar.
4. Materi pelajaran digunakan sistem modul.
5. Tes lebih ditekankan untuk kepentingan
diagnostic.
6. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan
aktivitas sendiri.
7. Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan
hukuman.
8. Dalam pendidikan mengutamakan mengubah
lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
9. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi
hadiah.
10. Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
11. Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis
kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
12. Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
13. Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan
tingkah laku operan.
14. Dalam belajar mengajar menggunakan teaching
machine.
15. Melaksanakan mastery learning yaitu
mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak
berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang
berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.
Teori belajar B.F. Skinner cocok untuk
diaplikasikan pada siswa kelas rendah dan kelas tinggi karena teori Skinner
karena setiap anak baik anak kelas tinggi maupun rendah menyukai diberi sebuah
hadiah atau penguatan. Hal tersebut akan menjadi sebuah motivasi untuk anak.
Mereka akan lebih giat dalam belajar jika diberi pujian maupun hadiah. Selain
itu, penghilangan hukuman juga menjadi hal yang disukai oleh anak.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
B.F.
Skinner lahir pada tanggal 20 Maret 1904 di sebuah kota kecil bernama
Susquehanna, Pennsylvania.Pada tanggal 18 Agustus
1980, Skinner meninggal dunia karena penyakit Leukemia.
Asas
pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada waktu
keluarnya teori S-R.Dari serangkaian percobaan yang dilakukan oleh Skinner dapat
disimpulkan bahwa :
a. Setiap langkah dalam
proses belajar perlu dibuat pendek-pendek, berdasarkan tingkah laku yang pernah
dipelajari sebelumnya.
b. Untuk setiap langkah
yang pendek tersebut disediakan penguatan yang dikontrol dengan hati-hati.
c. Penguatan harus
diberikan sesegera mungkin setelah respons yang benar dimunculkan.
d. Stimulus diskriminatif
perlu dirancang sedemikian rupa agar dapat diperoleh perampatan stimulus dan
peningkatan keberhasilan belajar.
B. SARAN
Makalah
ini disusun dengan tujuan untuk menambah wawasan dan membantu memudahkan kita.
Kami sebagai penyusun memberi saran dan harapan yang besar kepada pembaca untuk
mempergunakan makalah ini sebaik mungkin. Selain itu kami juga menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan, maka dari itu kami
bersedia menerima tiap kritikan dan saran dari pembaca yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Hergenhahn,
B.R & Olson, Matthew H. 2008. Theories
Of Learnig (Teori Belajar).
Jakarta: Prenada
Media Grup.
B.F. Skinner - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm
http://asbarsalim009.blogspot.com/2015/01/teori-belajar-skinner.html
No comments:
Post a Comment