PENDIDIKAN PANCASILA
DAN KEWARGANEGARAAN
“Teori belajar BRUNER”
Disusun Oleh:
ANDINI KAMAL
(1447040013)
NUR FADILLAH
(1447041009)
M 3.1
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI
MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
mana telah memberikan kami semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan
makalah mata kuliah ”Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan” dapat selesai
seperti waktu yang telah kami rencanakan.
Kami pun menyadari bahwa makalah yang telah kami susun
dan kami kemas masih memiliki banyak kelemahan serta kekurangan-kekurangan baik
dari segi teknis maupun non-teknis. Untuk itu penulis membuka pintu yang
selebar-lebarnya kepada semua pihak agar dapat memberikan saran dan kritik yang
membangun demi penyempurnaan penulisan-penulisan mendatang. Dan apabila di
dalam makalah ini terdapat hal-hal yang dianggap tidak berkenan di hati pembaca
mohon dimaafkan.
Makassar, 14 Oktober 2015
Penyusun
Kelompok 8
DAFTAR
ISI
A.
Biografi Jerome S.
Bruner...........................................................................
D.
Penerapan Teori Belajar
Bruner...................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Belajar merupakan aktifitas yang berproses, tentu
didalamnya terjadi perubahan-perubahan
yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui tahap-tahap yang
antara satu dan lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Dalam
memandang proses belajar, Brunner menekankan adanya pengaruh kebudayaan
terhadap tingkah laku seseorang. Pembelajaran secara umumdiberikan untuk
membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,
kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Pembelajaran mengkaji benda
abstrak (benda pikiran) yang disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan
menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif yang berkenaan dengan ide
(gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis
sehingga berkaitan dengan konsep-konsep abstrak.
Seorang guru perlu dalam menanamkan pemahaman
seseorang belajar utamanya bagaimana menanamkan pengetahuan konsep-konsep dan
pengetahuan prosedural.Salah satunya, untuk dapat memahami konsep-konsep dan
prosedural, guru perlu mengetahui berbagai teori belajar. Guru sebagai
salah satu perancang proses dalam proses yang sengaja dirancang hingga
terjadinya proses pembelajaran menuju kepada tujuan yang ingin dicapai. Oleh
karena itu, makalah ini akan membahas tentang salah satu ahli yaitu Jerome S.
Bruner dengan teori belajarnya, serta kelebihan dan kelemahan teori belajar
dari Bruner agar dapat menjadi bekal persiapan profesionalitas para pendidik
(guru).
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah teori belajar Jerome S.
Bruner atau yang dikenal dengan teori belajar Bruner?
2.
Apakah kelebihan dan kekurangan
teori belajar Bruner?
3.
Apakah pembelajaran tersebut layak
digunakan di kelas rendah atau kelas tinggi Sekolah Dasar dan apa manfaatnya.
C. Maksud
dan tujuan
1. Untuk
mengetahui pembelajaran dalam teori Bruner.
2. Untuk
mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan teori pembelajaran tersebut.
3. Untuk
mengetahui seperti apa kelayakan teori belajar tersebut di jenjang Sekolah
Dasar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Jerome S. Bruner
Jerome S. Bruner lahir di New York tahun l915. Pada
usia dua tahun ia menderita penyakit katarak dan harus dioperasi. Ayahnya
meninggal ketika ia berusia 12 tahun yang menyebabkan ia harus pindah ke rumah
keluarganya dan kerap kali putus sekolah dan pindah-pindah sekolah. Meskipun
demikian prestasinya cukup baik ketika masuk Duke University Durham, New York City.
Ia memperoleh gelar B.A pada tahun 1937 dan memperoleh Ph.D dari Harvard
University tahun 1941. Bruner juga seorang profesor psikologi di Harvard
University 1952-1972 dan di Oxford University 1972-1980.
Bruner
menghabiskan waktunya di New York University School of Law dan New School For
Social Research di New York City. Lebih 45 tahun Bruner menekuni psikologi
kognitif sebagai suatu alternatif teori behavioristik dalam psikologi sejak
pertengahan abad 20. Pendekatan kognitif Bruner menjadikan reformasi pendidikan
di Amerika Serikat dan juga di Inggris. Selain sebagai psikolog, ia juga
termasuk Dewan Penasehat Presiden bidang sains pada masa Pesiden Jhon F.
Kennedy dan Jhonson serta banyak menerima penghargaan dan kehormatan termasuk
International Baldan Prize, medali emas CIBA untuk riset dari Asosiasi
Psikologi Amerika. Bruner juga seorang penulis produktif. Beberapa karya
tulisnya antara lain:
1.
Acts of Meaning (Harvard University
Press, l99l)
2.
The Culture of Education (Harvard
University press, 1996)
3.
The Process of Education (Harvard
University press. 1960)
4.
Toward a Theory of Instruction
(Harvard Univenity press, 1966)
5.
Beyond the Information Given; Studies
in the Psychology of Knowing (Norton, 1973)
6.
Child’s Talk: Learning to Use
Language (Norton, 1983)
7.
Actual Minds, Possible Worlds
(Harvard, University press, 1986)
Beliau
bertugas sebagai profesor psikologi di Harvard University di Amerika Serikat
dan dilantik sebagi pengarah di Pusat Pengajaran Kognitif dari tahun 1961
sehingga 1972, dan memainkan peranan penting dalam Struktur Projek Madison di
Amerika Serikat. Setelah itu, beliau menjadi seorang profesor Psikologi di
Oxford University di Inggris.
B. Teori
Belajar Bruner
Belajar
merupakan aktifitas yang berproses, tentu didalamnya terjadi perubahan-perubahan
yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui tahap-tahap yang
antara satu dan lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Dalam
memandang proses belajar, Brunner menekankan adanya pengaruh kebudayaan
terhadap tingkah laku seseorang. Dengan teorinya yang disebut “(Free
discovery learning)” (Budiningsih,2008).Ia mengatakan bahwa proses
belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya. Dengan kata lain, siswa
dibimbing secara induktif untuk memahami suatu kebenaran umum. Misalnya untuk
memahami konsep kejujuran, siswa pertama-tama tidak menghafal definisi kata
kejujuran, tetapi mempelajari contoh-contoh konkret tentang kejujuran. Dari
contoh-contoh itulah siswa dibimbing untuk mendefinisikan kata “kejujuran”.
Sementara
ditinjau dari arti katanya “discover” berarti menemukan dan “discovery”
adalah penemuan. Robert B. menyatakan bahwa discovery adalah proses
mental di mana anak/individu mengasilmilasi konsep dan prinsip (Ahmadi,2005).
Jadi, seseorang siswa dikatakan melakukan discovery bila anak terlihat
menggunakan proses mentalnya dalam usaha menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip.
Proses mental yang dilakukan, misalnya mengamati, menggolongkan, mengukur,
menduga dan mengambil kesimpulan.
Selain itu
Bruner menganggap, bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu
memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan
ketepatan pengetahuan. Dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa
kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan
sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan
menjadi tiga tahap (Muhbidin Syah,2006:10). Ketiga tahap itu adalah: (1) tahap
informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru,
(2) tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis
pengetahuan baru serta ditransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin
bermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan (3) evaluasi, yaitu untuk mengetahui
apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak. Teori belajar
Bruner dikenal dengan teori Free Discovery learning.
Bruner
mengemukakan perlunya ada teori pembelajaran yang akan menjelaskan asas-asas
untuk merancang pembelajaran efektif di kelas. Menurut pandangan Brunner (1964)
bahwa teori belajar itu bersifat deskriftif dimaksudnya untuk memberikan hasil,
karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar. Sedangkan
teori pembelajaran itu bersifat prespektif dimaksudkan untuk mencapai tujuan
dan tujuan utama teori pembelajaran itu sendiri adalah menetapkan metode
pembelajaran yang optimal, misalnya, teori belajar memprediksikan berapa usia
maksimum seorang anak untuk belajar penjumlahan, sedangkan teori pembelajaran
menguraikan bagaimana cara-cara mengajarkan penjumlahan.
Dalam
mengajar guru tidak menyajikan bahan pembelajaran dalam bentuk final, tetapi
anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri dengan
menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah yaitu sebagai berikut :
a. Stimulus (pemberian
perangsang/stimuli) : Kegiatan belajar dimulai dengan memberikan pertanyaan
yang merangsang berfikir si belajar, menganjurkan dan mendorongnya untuk
membaca buku dan aktivitas belajar lain yang mengarah pada persiapan pemecahan
masalah.
b. Problem
Statement (mengidentifikasi masalah) : Memberikan kesempatan
kepada si belajar untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan
dengan bahan belajar kemudian memilih dan merumuskan dalam bentuk hipotesa
(jawaban sementara dari masalah tersebut).
c. Data Collection
(pengumpulan data) : Memberikan kesempatan kepada para si belajar untuk
mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak-banyaknya untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesa tersebut.
d. Data
Processing (pengolahan data) : Mengolah data yang telah diperoleh
siswa melalui kegiatan wawancara, observasi dan lain-lain. Kemudian data
tersebut ditafsirkan.
e. Verifikasi :
Mengadakan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar dan tidaknya
hipotesis yang diterapkan dan dihubungkan dengan hasil dan processing.
f. Generalisasi :
Mengadakan penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk
semua kejadian atau masalah yang sama dengan memperhatikan hasil verifikasi.
Menurut
Brunner perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara menyusun
mata pelajaran dan menyajikannya sesuai dengan tahap perkembangan orang
tersebut. Gagasanya mengenai kurikulum spiral (a spiral curriculum)sebagai
suatu cara mengorganisasikan materi pelajaran tingkat makro, menunjuk cara
mengurutkan materi pelajaran mulai dari mengajarkan materi secara umum dan
kemudian secara berkala kembali mengajarkan materi yang sama dalam cakupan yang
lebih rinci. (Budiningsih,2008:42).
Didalam proses
pembelajaran terdapat empat tema pendidikan yang perlu diperhatikan
1.
Mengemukakan pentingnya arti
struktur pengetahuan. Hal ini perlu karena struktur pengetahuan dapat menolong
siswa untuk melihat bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan,
dapat dihubungkan satu dengan yang lain.
2.
Tentang kesiapan untuk belajar,
menurut Bruner kesiapan terdiri atas penguasaan keterampilan-keterampilan yang
lebih sederhana yang dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai
keterampilan-keterampilan yang lebih tinggi
3.
Menekankan nilai intuisi dalam
proses pendidikan. Dengan intuisi teknik-teknik intelektual untuk sampai pada
formulasi-formulasi tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk
mengetahui apakah formulasi-formulasi itu merupakan kesimpulan yang shahih atau
tidak.
4.
Tentang motivasi atau kinginan untuk
belajar dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi
itu.
Menurut
Brunner perkembangan kognitif seseorang terjadi melaui tiga tahap pembelajaran
yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu :
a. Tahap enaktif, seseorang
melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitar,
artinya dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik.
Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya.
b.Tahap Ikonik, seseorang memahami
objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar atau visualisasi verbal.
Maksudnya dalam memhami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk
perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
c. Tahap Simbolik, seseorang
telah mampu memilki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat
dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia
sekitarnya anak belajar melalui simbol bahasa, logika, matematika dan sebagainya.
Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak sistem simbol. Semakin matang
seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem simbolnya. Meskipun
begitu tidak berarti ia tidak lagi menggunakan sistem enaktif dan ikonik.
Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu bukti masih
diperlukannnya sistem enaktif dan ikonik dalam proses belajar.
C.
Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Bruner
Kelebihan
dari Teori Belajar Penemuan (Free Dicovery Learning) adalah :
1. Belajar penemuan
dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah bermakna.
2. Pengetahuan
yang diperoleh si belajar akan tertinggal lama dan mudah diingat.
3. Belajar penemuan sangat
diperlukan dalam pemecahan masalah sebab yang diinginkan dalam belajar agar si
belajar dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang diterima.
4. Transfer dapat ditingkatkan di
mana generalisasi telah ditemukan sendiri oleh si belajar daripada disajikan
dalam bentuk jadi.
5. Penggunaan belajar penemuan
mungkin mempunyai pengaruh dalam menciptakan motivasi belajar.
6. Meningkatkan penalaran si
belajar dan kemampuan untuk berfikir secara bebas.
Kelemahan dari Teori Belajar
Penemuan (Free Discovery Learning) adalah (Ahmadi,2005:79) :
1. Belajar Penemuan ini
memerlukan kecerdasan anak yang tinggi. Bila kurang cerdas, hasilnya kurang
efektif.
2. Teori belajar seperti ini
memakan waktu cukup lama dan kalau kurang terpimpin atau kurang terarah dapat
menyebabkan kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajari.
D.
Penerapan Teori Belajar Bruner
Jerome Bruner membagi alat instruksional dalam 4 macam
menurut fungsinya.
·
Alat untuk menyampaikan pengalaman vicarious.
Yaitu menyajikan bahan-bahan kepada murid-murid yang sedianya tidak dapat
mereka peroleh dengan pengalaman langsung yang lazim di sekolah. Ini dapat
dilakukan melalui film, TV, rekaman suara dll.
·
Alat model yang dapat memberikan
pengertian tentang struktur atau prinsip suatu gejala, misalnya model molekul
atau alat pernafasan, tetapi juga eksperimen atau demonstrasi, juga program yang
memberikan langkah-langkah untuk memahami suatu prinsip atau struktur pokok.
·
Alat dramatisasi, yakni yang
mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa atau tokoh, film tentang alam yang
memperlihatkan perjuangan untuk hidup, untuk memberi pengertian tentang suatu
ide atau gejala.
·
Alat automatisasi seperti “teaching
machine” atau pelajaran berprograma, yang menyajikan suatu masalah dalam urutan
yang teratur dan memberi ballikan atau feedback tentang responds murid.
1.
Penerapan
Model Kognitif Jerome Bruner Dalam Pembelajaran
Karakteristik
teori adalah Model ini sangat membebaskan peserta didik untuk
belajar sendiri. Teori ini mengarahkan peserta didik untuk belajar secara
discovery learning. Penerapan dalam pembelajaran adalah:
a. Menentukan
tujuan-tujuan instruksional
b. Memilih
materi pelajaran
c. Menentukan
topik-topik yang akan dipelajari oleh peserta didik.
d. Mencari
contoh-contoh, tugas, ilustrasi dsbnya., yang dapat digunakan peserta didik
untuk bahan belajar
e. Mengatur
topik peserta didik dari konsep yang paling
kongkrit ke yang abstrak, dari yang sederhana ke kompleks.
f. Mengevaluasi
proses dan hasil belajar
2. Contoh Penerapan Teori Belajar
Bruner dalam Pembelajaran dalam sebagai berikut :
a.Sajikan contoh dan non contoh dari
konsep-konsep yang anda ajarkan.
b.Beri satu pertanyaan dan biarkan siswa untuk berusaha mencari jawabannya sendiri.
c.Ajak dan beri semangat belajar untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya.
b.Beri satu pertanyaan dan biarkan siswa untuk berusaha mencari jawabannya sendiri.
c.Ajak dan beri semangat belajar untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya.
3. Manfaat penerapan model belajar
Bruner dalam pembelajaran di SD
Dalam penerapannya dalam proses pembelajaran di kelas,
Bruner mengembangkan model pembelajaran penemuan.Model ini pada prinsipnya
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh informasi sendiri dengan
bantuan guru dan biasanya menggunakan barang yang nyata.
Peranan guru dalam pembelajaran ini bukanlah sebagai
seorang pemberi informasi melainkan seorang penuntun untuk mendapatkan
informasi.Guru harus mempunyai cara yang baik untuk tidak secara lansung
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh siswa. Model pembelajaran ini mempunyai
banyak manfaat, antara lain :
1.Pembelajar (Siswa) akan mudah mengingat materi
pembelajaran apabila informasi tersebut didapatkan sendiri, bukan merupakan
informasi perolehan.
2.Apabila pembelajar telah memperoleh informasi, maka
dia akan mengingat lebih lama.
Jadi dalam
proses mengajar menurut Bruner adanya pendekatan spiral atau lebih dikenal
dengan a apiral curriculum, yaitu mengurutkan materi pelajaran mulai
dari mengajarkan materi secara umum kemudian secara berkala kembali mengajarkan
materi yang sama dalam cakupan yang lebih rinci, dengan memperhatikan tahapan
perkembangan kognitif seseorang (enaktif, ikonik, dan simbolik).
4.
Kelayakan pembelajaran teori belajar
Bruner
Pembelajaran
dengan konsep teori belajar bruner hanya cocok digunakan di kelas tinggi
Sekolah Dasar, dimana teori belajar ini memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupan siswa dibimbing secara induktif
untuk memahami suatu kebenaran umum. Kemudian telah dijelaskan bahwa teori
belajar ini lebih mengarah pada menemukan atau discovery yang dimana seseorang siswa dikatakan
melakukan discovery bila anak terlihat menggunakan proses mentalnya
dalam usaha menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip juga belajar penemuan
sangat diperlukan dalam pemecahan masalah sebab yang diinginkan dalam belajar
agar si belajar dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang diterima.Belajar
Penemuan ini memerlukan kecerdasan anak yang tinggi, bila kurang cerdas
hasilnya kurang efektif yang dimana dalam pembelajaran kelas rendah kecerdasan
seorang anak secara umumnya belum sepenuhnya terlihat. Jadi pembelajaran teori
Bruner ini hanya cocok digunakan dalam pendidikan SD kelas tinggi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut
Bruner belajar merupakan aktifitas yang berproses, tentu didalamnya terjadi perubahan-perubahan bertahap yang menekankan
adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Teori belajar
Bruner hanya cocok digunakan di pendidikan Sekolah Dasar kelas tinggi.Seorang
guru perlu dalam menanamkan pemahaman seseorang belajar utamanya bagaimana menanamkan
pengetahuan konsep-konsep dan pengetahuan prosedural. Salah satunya, untuk
dapat memahami konsep-konsep dan prosedural, guru perlu mengetahui
berbagai teori belajar. Guru sebagai salah satu perancang proses dalam proses
yang sengaja dirancang hingga terjadinya proses pembelajaran menuju kepada
tujuan yang ingin dicapai.
B. Saran
Sebaiknya
teori belajar Bruner ini impelentasikan dalam pengajaran pendidikan Sekolah
Dasar kelas tinggi sesuai dengan penjelasan dan prosedur yang telah dijelaskan
agar pembelajaran dalam berlangsung secara efektif hingga tercapai tujuan pembelajaran yang diinginkan
DAFTAR PUSTAKA
http://8tunas8.wordpress.com/teori-belajar-mengajar-menurut-jerome-s-bruner/ (11 Oktober 2015, 14:00)
http://penembushayalan.wordpress.com/kuliah/tokoh-dan-teori-belajar/teori
belajar-jerome-bruner/ (11 Oktober
2015, 14:00)
Sujana,
Nana. 1990. Teori-Teori belajar untuk
Pengajaran.. Jakarta:. LPFE UI.
No comments:
Post a Comment