MAKALAH
TEORI BELAJAR MENURUT
THORNDIKE
Oleh :
KELOMPOK 6
AUNIA
SYARIF 1447042004
HASNI TUHA 14470400012
RAJENIA 1447040003
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKSSAR
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji patut disampaikan kepada Allah
SWT. Serta tak lupa pula kita kirimkan
salawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Mugammad Saw. atas
selesainya pembuatan makalah kami yang berjudul “Teori Belajar
Menurut Thorndike”
Seperti
kata pepatah, “Tak ada gading yang tak retak”, hasil kami tidaklah sesempurna
apa yang di inginkan pembaca. Namun, kami sudah berusaha semaksimal mungkin
dalam menyelesaikan makalah ini. Untuk itu kritik dan saran sangat kami
butuhkan untuk memperbaiki dam makalah ini lebih baik.
Oleh
karena itu, kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi bacaan yang
bermanfaat bagi semua terutama kami selaku penulis.
Makassar, 11 Oktober2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI
............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN......…................................................................... 1
A.
LatarBelakang
.......................................................................................1
B. RumusanMasalah
.................................................................................. 2
C. Tujuan
.................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 4
A.
Teori Pembelajaran
Menurut Thorndike................................................. 4
B. Prisip-Prinsip
Belajar yang Dikemukakan oleh Thorndike.....................7
C. Kelebihan
dan Kekurangan Teori Belajar Thorndike............................. 8
D. PenerapanTeori Thorndike dalamPembelajaran…............................... 10
BAB III
PENUTUP...................................................................................... 13
A. Kesimpulan
............................................................................................. 13
B.
Saran....................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................... ........... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Belajar
merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri manusia. Kegiatan belajar
sangat dipengaruhi bermacam-macam faktor. Metode dan strategi belajar sangat
menentukan keberhasilan pembelajaran. Keberhasilan siswa mencapai suatu tahap
hasil belajar memungkinkannya untuk belajar lebih lancar dalam mencapai tahap
selanjutnya.
Mengajar
tidak secara otomatis menjadikan siswa belajar. Seorang guru sebaiknya memiliki
pola pembelajaran yang dapat menerangkan proses, menyebutkan dan menghasilkan
lingkungan belajar tertentu sehingga siswa dapat berinteraksi yang selanjutnya
berakibat terjadinya perubahan tigkah laku siswa secara khusus. Melalui
pemahaman berbagai model pembelajaran yang banyak dikembangkan di kelas,
seorang guru dapat mengembangkan strategi pembelajaran lewat pemikiran di
belakang meja sebelum yang bersangkutan menghadapi siswa. Model pembelajaran
dapat membantu guru dalam penguasaan kemampuan dan keterampilan yang berkaitan
dengan upaya mengubah tingkah laku siswa sejalan dengan rencana yang telah
ditetapkan.Hal ini berarti model pembelajaran diharapkan dapat berperan dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas.
Strategi
pembelajaran tidak terlepas dari teori belajar yang dihasilkan oleh pakar-pakar
pendidikan. Teori belajar yang bersumber dari pakar pendidikan atau pakar
psikologi pendidikan banyak macamnya. Misalnya teori belajar assosiasi, teori
belajar conditioning, teori belajar
deduktif hipotesis, teori belajar sosial, teori belajar eklektif, teori belajar
medan kognitif, teori belajar kognitif, teori belajar pemrosesan informasi dan
sebagainya.
Disadari
atau tidak, mungkin saja para guru atau pendidik di sekolah sudah menerapkan
sebagian dari teori-teori itu dalam melaksanakan tugasnya, mungkin juga dengan
tidak disadarinya guru telah menggunakan kombinasi delapan teori belajar yang
relevan untuk para siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Namun dalam
pembahasan makalah ini, hanya akan dikhususkan pada bagaimana teori pembelajaran
menurut Thorndike.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah teori pembelajaran
menurut Thorndike ?
2.
Apakah kelebihan dan kekurangan teori pembelajaran menurut Thorndike?
3.
Bagaimana penerapan teori pembelajaran Thorndik?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui teori pembelajaran menurut Thorndike.
2. Untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan teori pembelajaran Thorndike
3. Untuk
mengetahui bagaimana penerapan teori pembelajaran Thorndike.
D. Manfaat
1. Dapat
mengetahui teori pembelajaran menurut Thorndike
2. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan
teori pembelajarn menurut Thorndike
3. Dapat mengetahui penerapan teori
pembelajaran Thorndike
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Teori Pembelajaran Menurut Thorndike
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan
perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan
terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku
reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik
Berdasarkan
teori stimulus-respon, Thorndike menyatakan bahwa cara belajar manusia dan
binatang pada dasarnya sama, karena
belajar pada dasarnya terjadi melalui pembentukan asosiasi antara stimulus dan respon. Menurut Thorndike,
belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara
peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ). Stimulus
adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk
mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari adalah
sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang
Thorndike
memplokamirkan teorinya dalam belajar ia mengungkapkan bahwasanya setiap
makhluk hidup itu dalam tingkah lakunya itu merupakan hubungan antara stimulus
dan respon adapun teori thorndike ini disebut teori koneksionisme.
Belajar adalah pembentukan hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya.
Dalam artian dengan adanya stimulus itu maka diharapkan timbulah respon yang
maksimal teori ini sering juga disebut dengan teori trial and error dalam
teori ini orang yang bisa menguasai hubungan stimulus dan respon
sebanyak-banyaknya maka dapat dikatakan orang ini merupakan orang yang berhasil
dalam belajar. Adapun cara untuk membentuk hubungan stimulus dan respon ini
dilakukan dengan ulangan-ulangan.
Dalam teori trial
and error ini, berlaku bagi semua organisme dan apabila organisme ini
dihadapkan dengan keadaan atau situasi yang baru maka secara otomatis
oarganisme ini memberikan respon atau tindakan-tindakan yang bersifat coba-coba
atau bisa juga berdasarkan naluri karena pada dasarnya disetiap stimulus itu
pasti ditemukakn respon. Apabila dalam tindakan-tindakan yang dilakukan itu
menelurkan perbuatan atau tindakan yang cocok atau memuaskan maka tindakan ini
akan disimpan dalam benak seseoarang atau organisme lainnya karena dirasa
diantara tindakan-tindakan yang paling cocok adalah itu, selama yang telah
dilalakukan dalam menanggapi stimulus dan situasi baru. Jadi dalam teori ini
pengulangan-pengulangan respon atau tindakan dalam menanggapi stimulus atau
situasi baru itu sangat penting sehingga seseorang atau organisme mampu
menemukan tindakan yang tepat dan dilakukan secara terus menerus agar lebih
tajam dan tidak terjadi kemunduran dalam tindakan atau respon terhadap
stimulus.Menurut Thorndike, terjadinya asosiasi stimulus dan respon berdasarkan
tiga hukum, yaitu:
a.
Hukum kesiapan, yang mempunyai tiga
ciri: (1) Jika seseor ang berkeinginan untuk bertindak dan keinginan tersebut
dilaksanakan, maka dia akan puas dan tidak
melakukan tindakan yang lain. (2 ) Jika seseorang berkeinginan untuk bertindak
dan keinginan itu tidak dilaksanakan, maka dia tidak puas dan akan melakukan
tindakan yang lain. (3) Jika seseorang tidak mempunyai keinginan untuk
bertindak, tetapi dia melakukan tindakan
itu, maka dia merasa tidak puas dan akan melakukan tindakan lain.
b.
Hukum latihan, yang berprinsip utama
pada latihan (pengulangan). Oleh karena itu, jika guru sering memberi latihan
(S ) dan siswa menjawabnya (R), maka prestasi belajar siswa pada pelajaran
tersebut akan meningkat. Thorndike menyatakan bahwa pengulangan tanpa ganjaran
tidak efektif, karena asosiasi S dan R hanya diperkuat oleh ganjaran. Jadi
hukum latihan ini mengarah pada banyaknya pengulangan, yang biasa disebut drill .
c.
Hukum akibat, yang menunjukkan bahwa
jika suatu hubungan dapat dimodifikasi seperti halnya hubungan antara stimulus
dan respon, dan hubungan tersebut diikuti oleh peristiwa yang diharapkan, maka
kekuatan hubungan yang terjadi semakin meningkat. Sebaliknya, jika kondisi peristiwa yang tidak
diharapkan mengikuti hubungan tersebut, maka kekuatan hubungan yang terjadi
semakin berkurang.
Hukum
belajar ini timbul dari percobaan thorndike pada seekor kucing yang lapar dan
ditaruh dalam kandang, yang ditaruh makanan diluar kandang tersebut tepat
didepan pintu kandang. Makanan ini merupakan effect positif atau juga bisa
dikatakan bentuk dari ganjaran yang telah diberikan dari respon yang dilakukan
dalam menghadapi situsai yang ada.
Thorndike
mengungkapkan bahwa organisme itu sebagai mekanismus yang hanya bertindak jika
ada perangsang dan situasi yang mempengaruhinya. Dalam dunia pendidikan Law of
Effect ini terjadi pada tindakan seseoranng dalam memberikan punishment
atau reward . Akan tetapi dalam dunia pendidikan menurut Thorndike yang
lebih memegang peranan adalah pemberian reward dan inilah yang lebih
dianjurkan. Teori Thorndike ini biasanya juga disebut teori koneksionisme karena
dalam hukum belajarnya ada “Law of Effect” yang mana disini terjadi hubungan
antara tingkah laku atau respon yang dipengaruhi oleh stimulus dan situasi dan
tingkah laku tersebut mendatangkan hasilnya(Effect).
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa seseorang akan melakukan pekerjaan jika hasil
pekerjaan itu akan memberikan rasa menyenangkan/memuaskan,. Sebaliknya, jika hasil tersebut tidak membawa dampak menyenangkan, maka seseorang tidak
melaksakan pekerjaan tersebut. Jika dikaitkan dengan pembelajaran PKN, teori
ini cocok diterapkan pada anak kelas
satu, karena mereka merasa senang apabila memperoleh hadiah dari gurunya.
B. Prinsip-Prinsip Belajar yang
Dikemukakan oleh Thorndike
1. Pada saat
seseorang berhadapan dengan situasi yang baru, berbagai respon yang ia lakukan.
Adapun respon-respon tiap-tiap individu berbeda-beda tidak sama walaupun
menghadapi situasi yang sama hingga akhirnya tiap individu mendapatkan respon
atau tindakan yang cocok dan memuaskan. Seperti contoh seseorang yang sedang
dihadapkan dengan problema keluarga maka seseorang pasti akan menghadapi dengan
respon yang berbeda-beda walaupun jenis situasinya sama, misalnya orang tua
dihadapkan dengan prilaku anak yang kurang wajar.
2. Dalam
diri setiap orang sebenarnya sudah tertanam potensi untuk mengadakan seleksi
terhadap unsur-unsur yang penting dan kurang penting, hingga akhirnya menemukan
respon yang tepat. Seperti orang yang dalam masa pekembangan dan menyongsong
masa depan maka sebenarnya dalam diri orang tersebut sudah menegetahui unsur
yang penting yang harus dilakukan demi mendapatkan hasil yang sesuai dengan
yang diinginkan.
3. Orang
cenderung memberikan respon yang sama terhadap situasi yang sama. Seperti apabila
seseorang dalam keadaan stress karena diputus oleh pacarnya dan ia mengalami
ini bukan hanya kali ini melainkan ia pernah mengalami kejadian yang sama
karena hal yang sama maka sudah barang tentu ia akan merespon situasi tersebut
seperti yang ia lakukan seperti dahulu yang ia lakukan.
C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Pembelajaran
Thorndike
1. Kelebihan Teori Pembelajaran
Thordike
a.
Dengan sering melakukan pengulangan
dalam memecahkan suatu permasalahan, anak didik akan memiliki sebuah pengalaman
yang berharga. Selain itu dengan adanya sistem pemberian hadiah, akan membuat
anak didik menjadi lebih memiliki kemauan dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapinya.
b.
Teori ini sering juga disebut dengan
teori trial dan error dalam teori ini orang yang bisa menguasai hubungan
stimulus dan respon sebanyak- banyaknya sehingga orang akan terbiasa berpikir
dan terbiasa mengembangkan pikirannya.
c.
Teori ini mengarahkan anak untuk
berfikir linier dan konvergen. Belajar merupakan proses pembentukan atau
shapping yaitu membawa anakmenuju atau mencapai target tertentu.
d.
Membantu guru dalam
menyelesaikan indikator pembelajaran Matematika.
2. Kekurangan
teori belajar Thorndike
a.
Teori ini sering kali tidak mampu
menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal
yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah
menjadi sekedar hubungan antara stimulus dan respon.
b.
Teori ini tidak mampu menjelaskan
alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon ini dan
tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antara
stimulus yang diberikan dengan responnya.
c.
Terlalu memandang manusia sebagai
mekanismus dan otomatisme belaka disamakan dengan hewan. Meskipun banyak
tingkah laku manusia yang otomatis, tetapi tidak selalu bahwa tingkah laku
manusia itu dapat dipengaruhi secara trial and error. Trial and error tidak
berlaku mutlak bagi manusia.
d.
Memandang belajar hanya merupakan
asosiasi belaka antara stimulus dan respon. Sehingga yang dipentingkan dalam
belajar ialah memperkuat asosiasi tersebut dengan latihan-latihan, atau
ulangan-ulangan yang terus-menerus.
e.
Karena belajar berlangsung secara
mekanistis, maka pengertian tidak dipandangnya sebagai suatu yang pokok dalam
belajar. Mereka mengabaikan pengertian sebagai unsur yang pokok dalam
belajar.
D. PenerapanTeori
Thorndike dalamPembelajaran
Aplikasi teori Thorndike sebagai salah satu aliran psikologi tingkah laku dalam pembelajaran
tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pembelajaran,
karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Setiap pembelajaran
yang berpegang pada teori belajar behavioristik telah terstruktur rapi, dan mengarah
pada bertambahnya pengetahuan pada siswa. Penerapan yang sebaiknya dilakukan dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut:
a.
Sebelum memulai
proses belaja rmengajar, pendidik harus memastikan siswanya siap mengikluti pembelajaran
tersebut. Jadi setidaknya ada aktivitas yang dapat menarik perhatian siswa untuk
mengikuti kegiatan belajar mengajar.
b. Pembelajaran yang diberikan sebaiknya berupa pembelajaran yang kontinu, hal
ini dimaksudkan agar materi lampau dapat tetap diingat oleh siswa.
c.
Dalam proses
belajar, pendidik hendaknya menyampaikan materi dengan cara yang menyenangkan, contoh dan soal latihan yang diberikan tingkat kesulitannya
bertahap, dari yang mudah sampai yang sulit. Hal ini agar siswa mampu menyerap materi
yang diberikan.
d.
Pengulangan terhadap
penyampaian materi dan latihan, dapat membantu siswa mengingat materi terkait lebih
lama.
e.
Supaya peserta
didik dapat mengikuti proses pembelajaran, proses harus bertahap dari yang
sederhana hingga yang kompleks.
f.
Peserta didik
yang telah belajar dengan baik harus segera diberi hadiah, dan yang belum baik harus
segera diperbaiki.
g.
Dalam belajar,
motivasi tidak begitu penting, karena perilaku peserta didik terutama ditentukan
oleh penghargaan eksternal dan bukanolehintrinsic
motivation. Yang lebih penting dari ini ialah adanya respon yang benar terhadap
stimulus.
h.
Materi yang
diberikan kepada peserta didik harus ada manfaatnya untuk kehidupan anak kelak setelah
dari sekolah.
i.
Thorndike berpendapat, bahwa cara
mengajar yang baik bukanlah mengharapkan murid tahu bahwa apa yang telah di
ajarkan, tetapi guru harus tahu apa yang hendak diajarkan. Dengan ini guru
harus tahu materi apa yang harus diberikan, respon apa yang diharapkan dan
kapan harus memberi hadiah atau membetulkan respons yang salah.
j.
Tujuan pendidikan harus masih dalam
batas kemampuan belajar peserta didik dan harus terbagi dalam unit-unit sedemikian rupa sehingga guru dapat menerapkan menurut bermacam-macam situasi.
Penerapan teori pembelajaran Thorndike
jika dikaitkan dengan pembelajaran PKN, teori ini cocok diterapkan pada
anak kelas rendah, karena mereka merasa
senang apabila memperoleh hadiah dari gurunya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan teori stimulus-respon, Thorndike
menyatakan bahwa cara belajar manusia dan binatang pada dasarnya sama, karena belajar pada dasarnya terjadi melalui
pembentukan asosiasi antara stimulus dan
respon. Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya
asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan
respon (R ). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang
menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan
respon dari adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya
perangsang.
Teori belajar Thorndike di sebut “ Connectionism” karena belajar merupakan
proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Teori ini sering
juga disebut “Trial and error” dalam
rangkan menilai respon yang terdapat bagi stimulus tertentu.
B. Saran
Semoga dengan adanya
makalah ini dapat menambah wawasan atau pengetahuan para pembaca tentang “teori pembelajarn menurut Thorndike”.
Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan yang terdapat dalam makalah ini,
semoga para pembaca dapat memakluminya.
Sanjaya,Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Bandung: Kencana
Prenada Media Group
No comments:
Post a Comment