MAKALAH
TEORI
BELAJAR AUSUBEL
OLEH:
KELOMPOK
IX
DEVI
AMI SAPITRI (1447040005)
RAODATUL
JANNAH (144704011)
SITI
RAHMAWATI (1447041003)
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kita panjantkan atas
kehadirat Tuhan yang maha Esa karena atas karunianyalah penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dalam tempo waktu yang telah ditentutkan. Penulis tak
lupa mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini yang tak bisa penulis ucapkan satu persatu.
Semoga makalah yang dibuat penulis
dengan sepenuh hati dapat memberikan manfaat bagi orang-orang yang membacanya.
Penulis sadar dalam penulisan makalah ini ada begitu banyak kekurangan, penulis
mengharapkan kritik dan saran bagi pihak-pihak yang membaca makalah ini, atau
untuk menjadikannya sumber belajar.
Makassar, 13 Oktober 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR……………………………………………………….......i
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………..…ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang………………………………………………….……...1
B. Rumusan
Masalah……………………………………………….……..2
C. Tujuan………………………………………………………….……....2
D. Manfaat………………….
BAB
II PEMBAHASAN
A. Teori
Belajar Ausubel…………………………………………….........4
B. Tipe
Belajar Ausubel…………...……………..…………………….…5
C. Faktor-faktor
Penghambat Teori Belajar Ausubel……………………..8
D. Kelebihan
dan Kekurangan Teori Belajar Ausubel……………………9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………….………………………10
B. Saran…………………………….………………………………….….10
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………….………11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Mengacu
kepada Standar Nasional Pendidikan (2005), salah satu kompetensi yang harus
dimiliki oleh guru/pendidik sebagai agen pembelajaran adalah “Kompetensi
Pedagogis.”. artinya guru sebagai agen pembelajaran tidak hanya memiliki tugas
dan tanggung jawab mentransfer pengetahuan kepada pelajar melainkan harus mampu
mendidik untuk mengembangkan keseluruhan potensi yang dimiliki pelajar serta memahami
proses belajar yang terjadi pada diri pelajar, sehingga guru perlu menguasai
hakikat dan konsep dasar belajar, dan mampu menerapkan dalam kegiatan
pembelajaran, karena fungsi pembelajaran adalah memfasilitasi tumbuh
berkembangnya belajar dalam diri peserta didik. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidik nasional, secara legal formal memberikan
pengertian tentang pembelajaran. Dalam pasal 1 butir 20 pembelajaran diartikan
sebagai”...proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada lingkungan belajar”.
Proses
pembelajaran menurut Teori kognitif berasal dari teori kognitif dan teori
psikologi. Aspek kognitif mempersoalkan bagaimana seseorang memperoleh
pemahaman, bagaimana pemahaman mengenai dirinya dan lingkungannya
dan bagaimana ia berhubungan dengan lingkungan secara sadar. David Paul
Ausubel, seorang tokoh ahli psikologi kognitif yang dilahirkan di New York pada
tahun 1918.Sebagai salah satu tokoh ahli psikologi kognitif, David Ausubel
mengembangkan teori psikologi kognitif merupakan salah satu cabang dari
psikologi umum. Ia meninggal pada pada tanggal 9 Juli 2008. (www.davidausubel.org).
Menurut
Ausubel, seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam skema
yang telah ia punya. Dalam proses itu seseorang dapat
memperkembangkan skema yang ada atau dapat
mengubahnya. Dalam proses belajar ini siswa mengonstruksi apa yang
ia pelajari sendiri. Teori Belajar bermakna Ausuble ini sangat dekat dengan konstruktivesme.
Keduanya menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena,
dan fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai. Keduanya
menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian
yang sudah dipunyai siswa. Keduanya mengandaikan bahwa dalam proses belajar itu
siswa aktif.
Ausubel
berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui
proses belajar yang bermakna. Sama seperti Bruner dan Gagne, Ausubel
beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada di
tingkat pendidikan dasar- akan bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam
kegiatan langsung. Namun untuk siswa pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka
kegiatan langsung akan menyita banyak waktu. Untuk mereka, menurut Ausubel,
lebih efektif kalau guru menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi,
diagram, dan ilustrasi.
Inti
dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar akan
mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran
yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada
dalam struktur kognisi siswa. Langkah-langkah yang biasanya dilakukan guru
untuk menerapkan belajar bermakna Ausubel adalah sebagai berikut: Advance organizer,
Progressive differensial, unifying reconciliation, dan consolidation.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
teori belajar Ausubel?
2. Bagaimana
tipe belajar menurut Ausubel?
3. Bagaimana
penerapan teori belajar Ausubel dalam proses pembelajaran?
C. Tujuan
1. Mengetahui
Bagaimana teori belajar Ausubel
2. Mengetahui
Bagaimana tipe belajar menurut Ausubel
3. Mengetahui
Bagaimana penerapan teori belajar Ausubel dalam proses pembelajaran
D. Manfaat
1. Dapat
Mengetahui Bagaimana teori belajar Ausubel
2. Dapat
Mengetahui Bagaimana tipe belajar menurut Ausubel
3. Dapat
Mengetahui Bagaimana penerapan teori belajar Ausubel dalam proses pembelajaran
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Teori
Belajar Ausubel
Teori
pembelajaran Ausubel merupakan salah satu dari sekian banyaknya teori
pembelajaran yang menjadi dasar dalam mild learning. David Ausubel adalah
seorang ahli psikologi pendidikan. Menurut Ausubel bahan subjek yang dipelajari
siswa mestilah “bermakna” (meaningfull). Pembelajaran
bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada
konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur
kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah
dipelajari dan diingat siswa.
Pembelajaran
bermakna adalah suatu proses pembelajaran di mana informasi baru
dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang
sedang melalui pembelajaran.
Pembelajaran
bermakna terjadi apabila siswa boleh menghubungkan fenomena baru
ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan subjek itu mesti sesuai
dengan keterampilan siswa dan mesti relevan dengan struktur kognitif yang
dimiliki siswa. Oleh karena itu, subjek mesti dikaitkan dengan konsep-konsep yang
sudah dimiliki para siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar
terserap olehnya. Dengan demikian, faktor intelektual-emosional siswa terlibat
dalam kegiatan pembelajaran.
Faktor-faktor
utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur
kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang
studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif
menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul waktu informasi baru
masuk ke dalam struktur kognitif itu; demikian pula sifat proses interaksi yang
terjadi. Jika struktur kognitif itu stabil, dan diatur dengan baik, maka
arti-arti yang sahih dan jelas atau tidak meragukan akan timbul dan cenderung
bertahan. Tetapi sebaliknya jika struktur kognitif itu tidak stabil, meragukan,
dan tidak teratur, maka struktur kognitif itu cenderung menghambat belajar.
B. Belajar
menurut Ausubel ada 3 , yaitu:
1. Belajar dengan penemuan
yang bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi
pelajaran yang dipelajari itu. Atau sebaliknya, siswa terlebih dahulu menmukan
pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan baru tersebut ia
kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
2. Belajar dengan penemuan yang
tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa
tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
3. Belajar
menerima (ekspositori) yang bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun
secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan
yang baru ia peroleh itu dikaitkan dengan pengetahuan lain yang telah dimilikMakna
diciptakan melalui beberapa bentuk kesetaraan representasi antara
bahasa dan simbol. Ada dua macam sistem dalam belajar yaitu penerimaan, yang digunakan
dalam belajar verbal bermakna, dan discovery, yang terlibat dalam pembentukan
konsep dan pemecahan masalah
Karya Ausubel
sering dibandingkan dengan Bruner. Ausubel lebih menekankan pada pemberian
metode secara lisan dalam proses membaca dan menulis, dan Bruner lebih
menekankan pada proses yang berlangsung.
Teori Teori Belajar Bermakna dari
David P Ausubel
Pembelajaran
Ausubel merupakan salah satu dari sekian banyaknya teori pembelajaran yang
menjadi dasar dalam mild learning.
David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Menurut Ausubel bahan
subjek yang dipelajari siswa mestilah “bermakna” (meaningfull). Pembelajaran bermakna merupakan suatu
proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam
struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta,
konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat
siswa.
Pembelajaran
bermakna adalah suatu proses pembelajaran di mana informasi baru
dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang
sedang melalui pembelajaran.
Pembelajaran
bermakna terjadi apabila siswa boleh menghubungkan fenomena baru
ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan subjek itu mesti sesuai
dengan keterampilan siswa dan mesti relevan dengan struktur kognitif yang
dimiliki siswa. Oleh karena itu, subjek mesti dikaitkan dengan konsep-konsep
yang sudah dimiliki para siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut
benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian, faktor intelektual-emosional
siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
Faktor-faktor
utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur
kognitif, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada
waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan validitas dan
kejelasan arti-arti yang timbul waktu informasi baru masuk ke dalam struktur
kognitif itu; demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi. Jika struktur
kognitif itu stabil, dan diatur dengan baik, maka arti-arti yang sahih dan
jelas atau tidak meragukan akan timbul dan cenderung bertahan. Tetapi
sebaliknya jika struktur kognitif itu tidak stabil, meragukan, dan tidak
teratur, maka struktur kognitif itu cenderung menghambat belajar.
`Menurut
Ausubel, seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam skema
yang telah ia punya. Dalam proses itu seseorang dapat
memperkembangkan skema yang ada atau dapat
mengubahnya. Dalam proses belajar ini siswa mengonstruksi apa yang
ia pelajari sendiri.
Teori
Belajar bermakna Ausuble ini sangat dekat dengan Konstruktivesme. Keduanya
menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan
fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai. Keduanya
menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru k4yedalam konsep atau
pengertian yang sudah dipunyai siswa. Keduanya mengandaikan bahwa dalam proses
belajar itu siswa aktif.
Ausubel
berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui
proses belajar yang bermakna. Sama seperti Bruner dan Gagne, Ausubel
beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada di
tingkat pendidikan dasar- akan bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam
kegiatan langsung. Namun untuk siswa pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka
kegiatan langsung akan menyita banyak waktu. Untuk mereka, menurut Ausubel,
lebih efektif kalau guru menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi,
diagram, dan ilustrasi.
Inti
dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar akan
mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran
yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada
dalam struktur kognisi siswa. Langkah-langkah yang biasanya dilakukan guru
untuk menerapkan belajar bermakna Ausubel adalah sebagai berikut: Advance
organizer, Progressive differensial, unifying reconciliation, dan consolidation
C. Tipe
Belajar
Menurut Ausubel dan
Robinson dalam Slameto (2010, 24) ada empat macam tipe belajar :
a. Belajar
menerima bermakna (Meaningful
Reception Learning)
Belajar
menerima bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis
disampaikan kepada pelajar sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru
itu dikaitkan dengan pengetahuan yang ia miliki.
b. Belajar
menerima yang tidak bermakna (Reception
learning)
Belajar
menerima yang tidak bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara
logis disampaikan kepada pelajar sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang
baru itu dihafalkan tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan yang ia miliki.
c. Belajar
penemuan bermakna (Meaningful discovery learning)
Belajar
dengan penemuan bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya
dengan materi pelajaran yang dipelajarinya atau pelajar menemukan pengetahuannya
dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan baru itu ia kaitkan dengan
pengetahuan yang sudah ada.
d. Belajar
penemuan yang tidak bermakna (Discovery
learning)
Belajar
dengan penemuan tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan
sendiri oleh pelajar tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya,
kemudian dia hafalkan.
E. Faktor-Faktor
Penghambat Belajar Bermakna
Menurut
Bell (1978:133) ada beberapa faktor yang menghalangi pembelajaran bermakna :
1.Pelajar
mungkin tidak memproses tingkat perkembangan mental yang diperlukan untuk terjadinya
pembelajaran.
2. Pelajar mungkin
tidak cukup termotivasi.
3.
Para guru diperdayakan sehingga mereka percaya bahwa
definisi-definisi, aturan pemecahan masalah, dan langkah-langkah pembuktian
teorema merupakan hal yang bermakna bagi pelajar.
F. Penerapan
Teori Ausubel dalam Mengajar
Dahar (2011, 100) mengatakan bahwa untuk dapat menerapkan teori Ausubel dalam
mengajar, sebaiknya kita perhatikan apa yang dikemukakan oleh Ausubel dalam
bukunya yang berjudul Educational
Psychology: A Cognitive View, pernyataan
itu berbunyi : “The most important
single factor influencing learning is
what the learner already knows. Ascertain this and teach him accordingly." Ausubel
mengatakan faktor terpenting yang mempengaruhi belajar ialah apa yang telah
diketahui pelajar. Yakinilah hal ini dan ajarlah ia demikian." Untuk
menerapkan konsep belajar Ausubel dalam mengajar, selain konsep-konsep yang
telah dibahas terdahulu ada beberapa konsep lain yang perlu diperhatikan yaitu
konsep pengaturan awal, diferensiasi progresif, penyesuaian integratif, dan
belajar superordinat (Dahar, 2011, 100). Teori belajar ausubel sesuai
untuk digunakan pada pendidikan tingkat rendah maupun tingkat tinggi, namun
teori belajar ini akan lebih efektif apabila digunakan pada tingkat rendah
karena Ausubel berpendapat bahwa guru harus mengembangkan potensi belajar
kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna, sama seperti Bruner dan
Gagne, Ausubel berpendapat bahwa potensi belajar kognitif siswa terutama mereka
yang berada di pendidikan tingkat rendah karena mereka dilibatkan secara
langsung dalam kegiatan. Sedangkan untuk mereka di tingkat tinggi jika
dilibatkan dalam kegiatan langsung akan menyita banyak waktu. Ausubel
berpendapat mereka lebih efektif apabila guru memberikan penjelasan dan peta
konsep.
G Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar
Ausubel
Kelebihan teori belajar Ausubel,
1. Informasi
yang diperoleh secara bermakna lebih lama diingat.
2. Informasi
baru yang terkait dengan konsep-konsep yang telah ada sebelumnya akan
menguatkan konsep yang telah ada sebelumnya.
3. Informasi
yang dilupakan setelah pernah dikuasai akan meninggalkan bekas.
Kekurangan teori
belajar Ausubel,
Kekurangan
teori Ausubel ini yaitu kurang bisa diterapkan pada kelas tingkat tinggi karena
siswa yang berada pada tingkat tinggi tidak dapat belajar dengan pendekatan
bermakna karena mereka kurang efektif
apabila diberikan pembelajaran bermakna yang mana pembelajaran bermakna disini
adalah memberikan kegiatan secara langsung, untuk pendidikan tingkat tinggi
menyita banyak waktu. Mereka lebih efektif jika hanya diberi penjelasan, peta
konsep dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut
Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi yaitu berhubungan
dengan cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada pelajar melalui
penerimaan (reception learning) atau
penemuan (discovery learning) dan menyangkut cara bagaimana
pelajar dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada,
yaitu belajar bermakna (meaningful learning) atau hafalan (rote meaningful). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses yang
mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam
struktur kognitif seseorang.
Ausubel
mengemukakan bahwa belajar menerima dan belajar menemukan adalah dua hal yang
berbeda. Pada belajar menerima, isi pokok yang akan dipelajari diberikan kepada
pelajar dalam bentuk catatan. Sedangkan dalam belajar penemuan, metode dan
tujuan tidak sepenuhnya beriring. Ausubel juga menjelaskan bahwa
perbedaan antara belajar hafalan dan belajar bermakna sering dicampuradukkan
dengan perbedaan antara belajar menerima dan belajar menemukan.
B. Saran
Mempelajari
teori Ausubel memberikan banyak pengetahuan baru untuk kita. Pembelajaran di
sekolah memberikan siswa terlalu banyak tekanan, siswa di paksa untuk memahami
pelajaran dalam waktu sesingkat mungklin tanpa mempertimbangkan apakah
pelajaran itu telah dipahami secara sempurna oleh siswa itu atau tidak. Teori
Ausubel hadir untuk memberikan pemahaman pada guru bahwa siswa tersebut harus
melakukan pendekatan terhadap pemikirannya agar pelajaran seperti apapun yang
mereka pelajari mereka akan dengan mudah pelajaran tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani,
Dewi. 2008. Teori Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka
Ausubel.
2000. The Acquisition and Retention
of Knowledge: A Cognitive View. New York : SPRINGER-SCIENCE+BUSINESS
MEDIA, B.V
Bell, F.H. 1978. Teaching and Learning Mathematics. Lowa:WBC
Biser, Eileen. 1984. Application of Ausubel's Theory of Meaningful Verbal
Learning
to Curriculum, Teaching and Learning of Deaf Students. Tersedia
pada : http://files.eric.ed.govfulltextED247712.pdf diakses pada tanggal 9
Oktober 2015
Budiningsih, Asri. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Dahar,
Ratna Wilis. 2011. Teori-Teori
Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga
Slameto.
2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta
Thompson, Thomas. 2004.The Learning Theories of David P. Ausubel : The Importance of Meaningful and Reception Learning. Tersedia pada
: http://ww2.coastal.edu/dsmith/edet720/ausubelref.htm diakses pada tanggal 9
Oktober 2015
No comments:
Post a Comment