MAKALAH
STRATEGI PEMBELAJARAN
OLEH
KELAS
: M3.1
KELOMPOK
6 :
SUTRYANY
( 1447042002 )
RESKY
ANUGERAH ( 1447042003)
AUNIA
SYARIF ( 1447042004)
IKA
KARTIKA KUSUMA WARDANI (1447042005)
NABILAH KHAIRUNNISA (1447042006)
NURUL MUHLISA (144704
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji patut disampaikan kepada Allah SWT. Serta tak
lupa pula kita kirimkan salawat dan
salam kepada junjungan kita Nabi Mugammad Saw. atas selesainya pembuatan
makalah kami yang berjudul “Strategi
Pembelajaran”
Seperti kata
pepatah, “Tak ada gading yang tak retak”, hasil kami tidaklah sesempurna apa
yang di inginkan pembaca. Namun, kami sudah berusaha semaksimal mungkin dalam
menyelesaikan makalah ini. Untuk itu kritik dan saran sangat kami butuhkan
untuk memperbaiki dam makalah ini lebih baik.
Oleh karena itu,
kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi bacaan yang bermanfaat bagi
semua terutama kami selaku penulis.
Makassar,
10 Mei2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
.............................................................................................. i
DAFTAR ISI
............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN.......….............................................................................. 1
1.1 LatarBelakang
............................................................................................... 1
1.2 RumusanMasalah
......................................................................................... 1
1.3 Tujuan
............................................................................................................ 1
BAB II
PEMBAHASAN.......................................................................................... 2
2.1 Pengertian Strategi
Pembelajaran ................................................................ 2
2.2 Jenis-Jenis Strategi
Pembelajaran ................................................................ 3
A.
Strategi
Pembelajaran Ekspositori
......................................................... 3
B.
Strategi
Pembelajaran Inquiry ..........................................................
6
C.
Strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah .............................................. 8
D.
Strategi
Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir......................13
E.
Strategi
Pembelajaran Kooperatif ...........................................................14
F.
Strategi
Pembelajararan Kontekstual
......................................................18
G.
Strategi
Pembelajaran Afektif
..................................................................19
BAB
III PENUTUP
.................................................................................................. 21
A. Kesimpulan
.......................................................................................... 21
B. Saran
.................................................................................................... 21
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................ 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Pemahaman tentang pendekatan
pembelajaran, strategi pembelajaran dan metode pembelajaran adalah hal yang
sangat penting, terutama dalam konteks penguasaan konsepsional terhadap
pembelajaran. Strategi pembelajaran harus mengandung penjelasan tentang metode atau
prosedur dan teknik yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung.
Pemilihan strategi pembelajaran
sangatlah penting. Artinya, bagaimana pengajar dapat memilih kegiatan
pembelajaran yang paling efektif dan efisien untuk menciptakan pengalaman
belajar yang baik, yaitu yang dapat memberikan fasilitas kepada peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran (Gafur, 1989). Namun, harus diingat bahwa tidak
ada satupun strategi pembelajaran yang paling sesuai untuk semua kondisi dan
situasi yang berbeda, walaupun tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sama.
Oleh karena itu, dibutuhkan kreativitas dan ketrampilan pengajar dalam memilih
dan menggunakan strategi pembelajaran, yaitu yang disusun berdasarkan
karakteristik peserta didik dan situasi kondisi yang dihadapinya.
Strategi pembelajaran yang akan
dipilih dan digunakan oleh pengajar bertitik tolak dari tujuan awal
pembelajaran. Dengan demikian, penerapannya pun harus disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran, sehingga diharapkan terdapat keselarasan antara tujuan dan
pelaksanaan
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa
itu strategi pembelajaran ?
2.
Apa
saja jenis-jenis strategi pembelajaran ?
1.3 Tujuan
1.
Untuk
mengetahui apa itu strategi pembelajaran
2.
Mengetahui
jenis-jenis strategi pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
STRATEGI
Pada awalnya
istilah strategi pembelajaran digunakan dalam dunia militer yang diartian
sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer yang diartiakan sebagai cara
penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan.
Strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai
tujuan.
Beberapa
pengertian strategi menurut para ahli
1.
Dick dan
Carey (2005:7)
Strategi pembelajaran adalah komponen-komponen dari
suatu set materi termasuk aktivitas sebelum pembelajaran, dan partisipasi
peserta didik yang merupakan prosedur pembelajaran yang digunakan kegiatan
selanjutnya.
2.
Suparman
(1997:157)
Strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan
kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran peserta didik, peralatan dan bahan,
dan waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan.
3.
Kemp (1995)
Stategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu dalam
arti arah dari semua keputusan
strategi adalah pencapaian tujuan.
Dengan demikian mendahului penentuan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang
jelas yang dapat diukur keberhasilannya sebab tujuan adalah roh dalam
implementasi suatu strategi pembelajaran.
2.2 JENIS-JENIS
STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Strategi
Pembelajaran Ekspositori (SPE)
Strategi pembelajaran ekspositori
adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi
secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar
siswa dapat menguasai materi pembelajaran secara optimal.
a. Prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran
ekspositori
a. Beriorentasi pada tujuan
Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam strategi
pembelajaran ekspositori melalui metode ceramah, namun tidak berarti proses
penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran; justru tujuan itulah yang harus
menjadi pertimbangan utama dalam penggunaan strategi ini.
b. Prinsip komunikasi
Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai sebagai proses komunikasi, yang
menunjukkkan pada proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada
seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan).
c. Prinsip kesiapan
Dalam teori belajar koneksionisme,”kesepian” merupakan salah satu hukum
belajar.
d. Prinsip berkelanjutan
Proses
pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk mau mempelajari
materi pelajaran lebih lanjut.
Keberhasilan penggunaan strategi ekspositori
sangat tergantung pada kemampuan guru untuk bertutur atau menyampaikan materi
pelajaran. Ada beberapa langkah dalam penerapan strategi ekspositori, yaitu:
1. Persiapan (preparation)
2. Penyajian (presentation)
3. Menghubungkan (correlation)
4. Menyimpulkan (generalization)
5. Penerapan (aplication)
b. Keunggulan dan kelemahan strategi ekspositori
1. Keunggulan
a. Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa
megontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat
mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
b. Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat
efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas,
sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
c. Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa
dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga
sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan
demonstrasi).
d. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa
digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
2. Kelemahan
a. Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat
dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara
baik. Untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan
strategi yang lain.
b. Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan
setiap individu baik perbedaan kemampuan,perbedaan pengetahuan, minat, dan
bakat serta pebedaan gaya belajar.
c. Karena strategi lebih banyak diberikan melalui
ceramah, maka akan sulit mengembangkan kamampuan siswa dalam hal kemampuan
sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berfikir kritis.
d. keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat
tergantung kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa
percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi dan berbagai kemampuan bertutur
(berkomunikasi), dan kemampuan mengelola kelas.
e. Oleh karena gaya komunikasi strategi pembelajaran
lebih banyak terjadi satu arah (one-way
communication), maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan
materi pembelajaran akan sangat terbatas pula.
2. Strategi
Pembelajaran Inquiry (SPI)
Strategi
pembelajaran ingkuiri adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir dan mencari jawaban
masalah yang strategi heyristic, yang berasal dari bahasa yunani, yaitu
heuriskein yang berarti saya menemukan . SPI berangkat dari asumsi bahwa sejak
manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri
pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam sekitarnya merupakan
kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan
untuk mengenal segala sesuatu melalui indra pengecapan,pendengaran,
penglihatan, dan indra indra lainnya yang berkembang dengan menggunakan otak
dan pemikirannya.
Tujuan strategi
pembelajaran inquiri :
a.
Meningkatkan
ketelibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses bahan belajarnya,
b.
Mengurangi
ketergantungan peserta didik pada guru untuk mendapatkan pengalaman belajarnya,
c.
Melatih
peserta didik menggali dan memamfaatkan lingkungan sebagai sumber belajarnya,
d.
Memberi
pengalaman belajar seumur hidup.
Adapun ciri utama
strategi pembelajaran inqkuiri.
1.
Strategi
ingkuiri mrekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan. Artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
2.
Seluruh
aktifitas siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri sesuatu
yang di pertanyakan, sehingga menumbuhkan rasa percaya diri.
3.
Strategi
ingkuiri bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berfikir secara sisitematis,
logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai begian dari
proses mental.
a.
Prinsip
Penggunaan SPI
1.
Berorientasi
pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari strategi inquiri adalah pengembangan
kemampuan berpikir. Oleh sebab itu, strategi pembelajaran ini selain
berorientasi kepada hasil belajar juga
berorientasi pada proses belajar.
2.
Prinsip
interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses
interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi dengan guru, bahkan
interaksi siswa dengan lingkungan.
3.
Prinsip
bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan SPI
adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap
pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
4.
Prinsip
belajar untuk berpikir
Belajar
bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses
berpikir ( learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh
otak kiri maupun otak kanan; baik otak reptil, otak limbik, maupun otak
neokortek. Pembelajaran berpikir adalah pemamfaatan dan penggunaan otak secara
maksimal.
5.
Prinsip
keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan.
Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan
kebebasan untuk mencoba sesuatu dengan pengembangan kemampuan logika dan
nalarnya.
b.
Langkah
Pelaksanaan SPI
Secara umum prosees pembelajaran dengan menggunakan SPI
dapat mengikuti langkah langkah sebagai berikut
a.
Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk
membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru
mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Pada langkah
ini guru merangsan dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi
ini adalah:
§ Menjelaskan topik, tujuan, dan
hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
§ Menjelaskan pokok pokok
kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.
§ Menjelaskan pentingnya topik
kegiatan belajar untuk memberikan motivasi belajar siswa.
b.
Merumuskan
masalah
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan masalah,
diantaranya :
§ Masalah hendaknya dirumuskan
sendiri oleh siswa.
§ Masalah yang dikaji adalah
masalah yang mengandung teka teki yang jawabannya pasti. Artinya,guru perlu
mendorong agar siswa dapat merumuskanmasalah yang menurut guru jawabannya
sebenarnya sudah ada, tinggal tinggal siswa mencari dan jawabannya sudah pasti.
§ Konsep-konsep dalam masalah
adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya,
sebelum masalah itu dikaji sebih jauh melalui proses inkuiri, guru perlu yakin
terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang
ada dalam rumusan masalah.
c.
Merumuskan
hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara
dari suatu permasalahan yang sedang dikaji/. Sebagai jawaban sementara
hipotesis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk
berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir.potensi berpikir
itu dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira
(berhipotesis) dari suatu permasalahan. Manakala individu dapat membuktikan
tebakannya, maka ia akan sampai pada posisi yang bisa mendorong untuk berpikir
lanjut. Oleh sebab itu, potensi untuk mengembangkan kemampuan menebak pada
setiap individu harus di bina.
d.
Mengumpulkan
data
Pengumpulan data adalah aktivitas
menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental
yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data
bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga
membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi pikirnya.
e.
Menguji
hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses
menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi
yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
f.
Merumuskan
kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses
mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
3. Strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran
berbasis masalah merupakan salah satu setrategi pembelajaran yang dapat membawa
siswa pada pembentukan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Dengan pendekatan ini
memberikan peluang bagi siswa untuk melakukan penelitian dengan berbasis
masalah nyata dan autentik.
c.
Konsep
Dasar Dan Karakteristik SPBM
Sanjaya (2008) menyatakan bahwa
Pembelajaran Berbasis Masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan pada proses
penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari
SPBM:
1.
SPBM merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran, artinya dalam implementasi SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa.
2.
aktivitas pembelajaran
diarahkan untuk menyelesaikan masalah.
SPBM menempatkan masalah sebagai kata
kunci dari proses pembelajaran.
3.
pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah
Strategi pembelajaran dengan pemecahan
masalah dapat diterapkan apabila guru memiliki beberapa pertimbangan sebagai
berikut:
1.
Guru menginginkan agar siswa dapat
mengingat materi pelajaran, menguasai bahan dan memahami secara penuh
permasalahan yang akan dipelajari.
2.
Guru menginginkan untuk
mengembangkan keterampilan berfikir siswa, yaitu kemampuan menganalisis
situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal
adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam
membuat judgment secara objektif.
3.
Guru menginginkan kemampuan siswa
untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa.
4.
Guru memotivasi siswa untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajarnya.
5.
Guru menginginkan agar siswa
memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam
kehidupannya (hubungan antara teori dengan kenyataan).
(Gordon, 2001.,Karjcik, 2003; Slavin, Madden,
Dolan & Wasik, 1994; Torp dan Sage, 1998) mendeskripsikan bahwa model
pembelajaran berbasis masalah ini memiliki fitur-fitur sebagai berikut:
1.
Pertanyaan atau masalah perangsang
2.
Fokus interdisipliner
3. Investigasi
autentik
4.
Produksi artepak dan exhibit
5.
Kolaborasi
Pembelajaran
berbasis masalah dilakukan secara benar sesuai dengan prinsip dan karakteristik
pembelajaran, maka ada beberapa dampak tidak langsung yang dapat diperoleh
siswa setelah pembelajaran berbasis
masalah diimplementasikan dalam proses pembelajaran dikelas, yaitu:
a.
Keterampilan melakukan
penelitian/penyelidikan sebagai dasar pemecahan masalah secara ilmiah.
b.
Perilaku dan keterampilan sosial.
c.
Keterampilan belajar mandiri.
d.
Hakikat Masalah Dalam SPBM
Strategi
Pembelajaran Inkuiri (SPI) dan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)
memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut terletak pada jenis masalah serta tujuan
yang ingin dicapai.
Masalah
dalam SPI adalah masalah yang bersifat tertutup. Dalam SPI, tugas guru pada
dasarnya mengggiring siswa melalui proses tanya jawab pada jawaban yang sebenarnya sudah pasti. Tujuan SPI adalah
menumbuhkan keyakinan dalam diri siswa tentang jawaban dari suatu masalah.
Masalah
dalam SPBM adalah masalah yang bersifat terbuka.Tujuan SPBM adalah kemampuan
siswa untuk berfikir kritis, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan
alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam
rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
Hakikat
masalah dalam SPBM adalah kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang
diharapkan. Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari adanya keresahan, keluhan,
kerisauan, atau kecemasan. Oleh karena itu, maka materi pelajaran tidak
terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, Tetapi dapat
bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu
sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Di bawah ini kriteria pemilihan
bahan pelajaran dalam SPBM.
1.
Bahan pelajaran harus mengandung
isu-isu yang mengandung konflik yang bisa bersumber dari berita; rekaman video
dan yang lainnya.
2.
Bahannya bersifat familiar dengan
siswa, sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik.
3.
Bahan yang dipilih merupakan bahan
yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak (universal).
4.
Bahan yang dipilih merupakan bahan
yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai
kurikulum yang berlaku.
5.
Bahan yang dipilih sesuai dengan
minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk mempelajarinya.
e.
Tahapan-Tahapan Pembelajaran
Berbasis Masalah
Banyak
ahli yang menjelaskan bentuk peranan SPBM. Sanjaya (2008) yang mengutip
pendapat John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan 6
langkah SPBM yang kemudian dia namakan metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu :
1. Merumuskan
masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
2. Menganalisis
masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara dari berbagai sudut
pandang.
3. Merumuskan
hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai
dengan pengetahuan untuk memecahkan masalah.
4. Mengumpulkan
data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan
untuk pemecahan masalah.
5. Pengujian
Hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil dan merumuskan kesimpulan sesuai
dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
6. Merumuskan
rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi
yang dapat dilakukan sesuai dengan rumusan .
David
Johnson & Johnson mengemukakan ada 5 langkah SPBM melalui kegiatan
kelompok.
1.
Mengedefinisikan masalah, yaitu
merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang
mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan
dikaji.
2.
Mendiagnosis masalah, yaitu
menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta menganalisis berbagai faktor,
dari baik faktor yang bisa mengahambat maupun faktor yang dapat mendukung dalam
penyelesaian masalah.
3.
Merumuskan alternatif strategi,
yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas.
4.
Menentukan dan menerapkan strategi
pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat
dilakukan.
5.
Melakukan evaluasi, baik evaluasi
proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruh
kegiatan, sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari
penerapan strategi yang diterapkan.
Sesuai
dengan tujuan SPBM adalah untuk menumbuhkan sikap ilmiah, dari beberapa bentuk
SPBM yang dikemukakan para ahli secara umum SPBM bisa dilakukan dengan langkah-langkah
:
1. Menyadari Masalah
Implementasi
SPBM harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada
tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau
lingkungan sosial.
2. Merumuskan Masalah
Bahan
pelajaran dalam bentuk topik yang dapat dicari dari kesenjangan, selanjutnya
difokuskan pada masalah apa yang pantas untuk dikaji. Rumusan masalah sangat
penting, sebab selanjutnya akan berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi
tentang masalah dan berkaitan dengan data-data apa yang harus dikumpulkan untuk
menyelesaikannya.
3. Merumuskan Hipotesis
Sebagai
proses berpikir ilmiah yang merupakan perpaduan dari berpikir deduktif dan induktif, maka merumuskan hipotesis merupakan
langkah penting yang tidak boleh ditinggalkan. Kemampuan yang diharapkan dari
siswa dalam tahapan ini adalah siswa dapat menentukan sebab akibat dari masalah
yang ingin diselesaikan.
4. Mengumpulkan Data
Sebagai
proses berpikir empiris keberadaan data dalam proses berpikir ilmiah merupakan
hal yang sangat penting. Sebab, menentukan cara penyelesaian masalah sesuai
dengan hipotesis yang diajukan harus sesuai dengan data yang ada proses
berpikir ilmiah bukan proses berimanjinasi akan tetapi proses yang didasarkan
pada pengalaman. Oleh karena itu, dalam tahapan ini siswa didorong untuk
mengumpulkan data relevan.
5. Menguji Hipotesis
Berdasarkan
data yang dikumpulkan, akhirnya siswa menentukan hipotesis mana yang diterima
dan mana yang ditolak.
6. Menentukan Pilihan Penyelesaian
Menentukan
pilihan penyelesaian merupakan akhir dari proses SPBM. Kemampuan yang
diharapkan dari tahapan ini adalah kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan
serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi sehubungan dengan
alternatif yang dipilihnya, termasuk memperhitungkan akibat yang akan terjadi
pada setiap pilihan.
4. Strategi Pembelajaran
Peningkatan Kemampuan Berfikir (SPPKB)
Model pembelajaran peningkatan
kemampuan berfikir (sppkb) adalah model pembelajaran yang bertumpuh kepada
pengembangan kemampuan berfikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau
pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan.
a. Hakikat kemampuan berfikir dalam SPPKB
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berfikir atau SPPKB merupakan
model pembelajaran yang bertumpu pada proses perbaikan dan peningkatan
kemampuan berfikir siswa.
b. Karakteristik SPPKB
1. Proses pembelajaran melalui SPPKB menekankan kepada
proses mental siswa secara maksimal.
2. SPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya
jawab secara terus menerus.
3. SPPKB adalah proses pembelajaran yang menyandarkan
kepada dua sisi yang sama pentingnya, yaitu sisi proses dan hasil belajar.
c. Tahapan-tahapan pembelajaran SPPKB
1. Tahap orientasi
Pada tahap ini guru mengondisikan siswa pada posisi siap untuk melakukan
pembelajaran.
2. Tahap pelacakan
Tahapan pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk memahami pengalaman dan
kemampuan dasar siswa sesuai dengan tema atau poko persoalan yang akan
dibicarakan.
3. Tahap konfroransi
Tahapan konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang harus
dipacahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa.
4. Tahap inkuiri
Tahap inkuiri adalah tahapan terpenting dalam SPPKB. Pada tahap inilah
siswa belajar berfikir yang sesungguhnya.
5. Tahap akomodasi
Tahap akomodasi adalah tahapan pembentukan pengetahuan baru melalui proses
penyimpulan.
6. Tahap transfer
Tahap transfer adalah tahapan penyajian masalah baru yang sepadan dengan
masalah yang disajikan.
5.
Strategi Pembelajaran Kooperatif/ Kelompok
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan
belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting
dalam strategi pembelajaran kooperatif yaitu: (a) adanya peserta dalam
kelompok, (b) adanya aturan kelompok, (c) adanya upaya belajar setiap kelompok,
dan (d) adanya tujuan yang harus dicapai dalam kelompok belajar.. Strategi
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem
pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai
latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda
(heterogen), sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan
memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok tersebut menunjukkan prestasi
yang dipersyaratkan
a. Karakteristik dan prinsip-prinsip SPK
1. Karakteristik SPK
a. Pembelajaran secara Tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. TIM merupakan
tempat untuk mencapai tujuan.
b. Didasarkan pada manajemen kooperatif
Sebagai mana pada umumnya, manajemen mempunyai empat fungsi pokok, yaitu fungsi
perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol.
c. Kemauan untuk bekerjasama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara
kelompok.Oleh sebab itu, prinsip bekerjasama perlu ditekankan dalam proses
pembelajaran kooperatif.
d. Keterampilan bekerja sama
Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dan
kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama.
2. Prinsip-Prinsip pembelajaran Kooperatif
a. Prinsip ketergantungan positif (positive
interdependence)
Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat
tergantung pada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya.
a. Tanggung jawab perseorangan (individual
accountability)
Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama.Oleh karena
keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota
kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya.
b. Interaksi Tahap Muka (face to face promotion
interaction)
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada
setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberi informasi dan saling
membelajarkan.
c. Partisipasi dan Komunikasi (participation
communication)
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi
aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka
dalam kehidupan dimasyarakat kelak.
d. Produser Pembelajaran Kooperatif
1. Penjelasan Materi
Tahapan penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-popok materi
pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok.
2. Belajar Dalam Kelompok
Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran,
selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang
telah dibentuk sebelumnya.
3. Penilaian
Penilaian dala SPK bisa dilakukan dengan tes atau tulis.
4. Pengakuan Tim
Pengakuan tim (team recognition) adalah penetapan tim yang dianggap paling
menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau
hadiah.
e. Keunggulan dan Kelemahan SPK
1. Keunggulan SPK
a. Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantungkan pada
guru,akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri,
menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
b. SPK dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide
atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide
orang lain.
c. SPK dapat membantu anak unutk respek pada orang lain
dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
d. SPK dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk
lebih bertanggung jawab dalam belajar.
e. SPK merupakan suatu stratategi yang cukup ampuh untuk
meningkatkan perstasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk
mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpernasional yang positif dengan
yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage
waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
f. Melalui SPK dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
menguji ide dan pemahamannya sendiri,menerima umpan balik.
g. SPK dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan
informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat
meningkatkan motivasi dan memberikan ransangan untuk berfikir.
2. keterbatasan SPK
a. Untuk memahami dan mengerti filosofis SPK memang butuh
waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa
dapat mengerti dan memahami filsafat cooveratif learning.
b. Ciri utama dari SPK adalah bahwa siswa saling
membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa perr teaching yang efektif, maka
dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar
yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai
oleh siswa.
c. Penilaian yang diberikan dalam SPK didasarkan kepada
hasil kerja kelompok, namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya
hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
d. Keberhasilan SPK dalam upaya mengembangkan kesadaran
berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan, hal yang
sekali-sekali penerapan strategi ini.
e. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan
yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan
yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual.
7. Strategi
Pembelajaran Kontekstual /Contextual Teaching Learning Contoxtual
Teaching Learning (CTL) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan dan
keterampilan siswa dapat diperoleh dari usaha siswa mengkontruksikan sendiri
pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar. Pembelajaran CTL
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran produktif yakni, konstruktivisme,
bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning
community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (autentic assement).
Landasan filosofi Contoxtual Teaching Learning adalah
kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak
hanya sekedar menghafal, siswa harus mengkontruksikan pengetahuan dibenak
mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisahkan menjadi fakta-fakta
atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat
diterapkan . Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas
oleh Jhon Dewey pada awal abad 20-an yang menekankan pada pengembangan siswa.
Menurut Zahorik, ada lima elemen yang harus
diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual
• Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating
learning)
• Pemerolehan pemngetahuan yang sudah ada (acquiring
knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian
memperhatikan detailnya.
• Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge),
yaitu dengan cara menyusun (1) hipotesis (2) melakukan sharing kepada orang
lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu (3) konsep
tersebut direvisi dan dikembangkan
• Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut
(applaying knowledge)
• Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap
strategi pengetahuan tersebut Inquiry (menemukan) merupakan bagian inti dari
kegiatan pembelajaran berbasis Contoxtual Teaching Learning CTL.
Inquiry adalah merupakan suatu teknik yang digunakan
guru untuk dapat merangsang siswa untuk lebih aktif mencari serta meneliti
sendiri pemecahan masalah tentang pengetahuan yang sedang dipelajari.
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, akan tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan.
Siklus Inqiry antara lain :
• Observasi
• Bertanya
• Mengajukan dugaan
• Pengumpulan data
• Penyimpulan
Langkah-langkah kegiatan menemukan
(Inquiry), yaitu:
• Merumuskan masalah.
Contoh : bagaimanakah silsilah raja-raja Majapahit
• Mengamati atau melakukan observasi
Contoh : membaca buku atau sumber lain untuk mendapat
informasi pendukung
• Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan,
gambar, bagan., table, dan lainnya.
Contoh : siswa membuat bagan silsilah raja-raja
Majapahit.
• Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada
teman i sekelas, guru atau audience yang lain. Contoh : karya siswa
7. Strategi Pembelajaran Afektif
Strategi pembelajaran afektif memang
berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif
berhubungan dengan nilai (value) yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran
seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam batas tertentu, afeksi dapat
muncul dalam kejadian behavioral. Akan tetapi, penilaiannya untuk sampai pada
kesimpulan yang bisa dipertanggungjawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi
yang terus menerus, dan hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan. Apabila menilai
perubahan sikap sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru di
sekolah kita tidak bisa menyimpulkan bahwa sikap anak itu baik, misalnya
dilihat dari kebiasaan berbahasa atau sopan santun yang bersangkutan sebagai
akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru. Mungkin sikap itu
terbentuk oleh kebiasaan dalam keluarga dan lingkungan keluarga. Strategi
pmbelajaran afektif pada umunya menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung
konflik atau situasi yang problematis. Melalui situasi ini diharapkan siswa
dapat mengambil keputusan nilai yang dianggapnya baik
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Strategi pembelajaran merupakan cara sistematis yang
dipilih dan digunakan seorang pembelajar untuk menyampaikan msteri
pembelajaran, sehingga memudahkan pembelajar mencapai tujuan pembelajaran
tertentu. Strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari ututann kegiatan, cara
pengorganisasian materi pelajaran dan siswa, peralatan dan bahan, serta waktu
yang digunakan dalam proses pembelajaran. Penerapan strategi pembelajaran harus
disesuaikan dengan kondisi baik internal (siswa) maupun eksternal (sarana dan
prasarana sekolah), waktu, dan perkembangan teknologi untuk mencapai tujuan
pembelajaran secara mutlak
3.2 SARAN
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah
wawasan atau pengetahuan para pembaca tentang “Strategi Pembelajaran”. Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan
yang terdapat dalam makalah ini, semoga para pembaca dapat memakluminya.
DAFTAR PUSTAKA
Mappasoro.
(2014). Strategi Pembelajaran, Makassar
: Universitas Negeri Makassar.
Sanjaya, Wina. (
2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan. Bandung : Kencana Prenada Media Group
No comments:
Post a Comment