Friday 30 October 2015

MAKALAH PPKN TEORI BELAJAR PEMROSESAN INFORMASI MENURUT GEGNE





Teori Belajar Pemrosesan Informasi
 
                                                                                                                                          









Oleh


HAMDIA SAYYADI 
NURUL MUHLISA 
SUTRYANY




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2015

 BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Teori pemrosesan informasi merupakan bagian dari teori belajar kognitivisme. Dalam konteks kognitivisme yang dianggap sebagai pelopor teori pemrosesan informasi adalah Robert M. Gagne, yang kemudian dikembangkan oleh George Miller. Asumsi yang melandasi teorinya adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne, dalam Suyono dan Hariyanto (2012:77) dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang selanjutnya diolah sehingga menghasilkan keluaran berupa hasil belajar.
Disebutkan oleh Suyono dan Hariyanto (2012:76) teori pemrosesan informasi banyak dikaitkan dengan teori pembelajaran sibernetik (cybernetics learning). Secara sederhana pengertian belajar menurut teori belajar sibernetik adalah pengolahan informasi. Proses belajar menurut teori ini meliputi kegiatan menerima, menyimpan, dan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah diterima. Belajar tidaklah hanya meliputi apa yang terlihat, yang penting bagaimana suatu proses kognitif itu terjadi di dalam diri pembelajar.
2.      Rumusan Masalah
1.      Siapakah tokoh pelopor pemrosesan informasi?
2.      Bagaimanakah yang di maksud dengan teori pemrosesan informasi?
3.      Bagaimanakah sistem pemrosesan informasi?
4.      Mengetahui kekurangan dan kelebihan dari pemrosesan informasi?
3.      Tujuan
1.      Dapat mengetahui pelopor dari teori pemrosesan informasi.
2.      Memahami dan mendalami lebih jauh mengenai teori pemrosesan informasi.
3.      Mengetahui sistem teori pemprosesan informasi
4.      Sebagai bahan perbandingan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihannya
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Tokoh Pelopor Teori Pemrosesan Informasi
Salah satu tokoh pelopor dari teori pemrosesan informasi adalah Robert Gagne yang memiliki nama lengkap Robert Milis Gagne, ia dilahirkan pada tanggal 21 Agustus 1916 di North Andover, Massachusetts dan meninggal pada tanggal 28 April tahun 2002. Setelah lulus dari SMA,Gagne melanjutkan pendidikan di Yale University. Pada   tahun 1937 Gagne mendapat gelar B.A  di Brown University dan mendapat gelar Ph.D dibidang psikologi pada tahun 1940. Robert Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan Amerika yang terkenal dengan penemuannya berupa The Condition Of Learning. Ia profesor psikologi dan pendidikan di Connecticut College untuk Perempuan (1940-1949), Pennsylvania State University (1945-1946).
Princeton (1958-1962), dan University of California di Berkeley (1966-1969), dan professor di Departemen Penelitian Pendidikan di Florida State University di Tallahassee dimulai pada tahun 1969. Ia juga menjabat sebagai direktur penelitian untuk Angkatan Udara (1949-1958) di Lackland, Texas, dan Lowry, Colorado. Dia bekerja sebagai konsultan untuk Departemen Pertahanan (1958-1961), dan di Kantor Pendidikan Amerika Serikat (1964-1966). Selain itu, ia menjabat sebagai direktur penelitian di Institut Penelitian Amerika di Pittsburgh (1962-1965).





B.  Teori Pemrosesan Informasi

Shuell (1986) dalam Schunk (2012:228) menyebutkan bahwa teori-teori pengolahan informasi memfokuskan perhatian pada bagaimana orang memperhatikan peristiwa-peristiwa lingkungan, mengkodekan informasi-informasi untuk dipelajari, dan menghubungkannya dengan pengetahuan yang ada dalam memori, menyimpan pengetahuan yang baru dalam memori, dan menariknya kembali ketika dibutuhkan. Dalam Baharuddin (2007:99) disebutkan bahwa information processing model memandang memori manusia itu seperti sebuah komputer yang mengambil atau mendapatkan informasi, mengelolanya, mengubahnya baik bentuk dan isi, kemudian menyimpannya, dan menghadirkan kembali pada saat dibutuhkan. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa teori pemrosesan informasi merupakan model dalam teori kognitivisme yang mencoba menjelaskan kerja memori manusia dalam memperoleh, menyandikan, dan mengingat informasi.
Teori belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses internal yang mencakup beberapa tahapan yakni menarik perhatian, memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa, merangsang ingatan pada pra syarat belajar, menyajikan bahan peransang ,memberikan bimbingan belajar, mendorong unjuk kerja, memberikan balikan informative, menilai unjuk kerja, dan meningkatkan retensi dan alih belajar keunggulan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi. Manfaat teori pemrosessan informasi antara lain membantu terjadinya proses pembelajaran sehingga individu mampu beradaptasi pada lingkungan yang selalu berubah, Menjadikan strategi pembelajaran dengan menggunakan cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menojol, kapabilitas belajar dapat disajikan secara lengkap, dan Prinsip perbedaan individu terlayani.
Gagne beranggapan bahwa terdapat masalah dalam pandangan sebelumnya yakni:
1.      Ide yang dikemukakan awal terkait dengan situasi spesifik, seperti anjing berliur ketika melihat makanan.
2.      Teori-teori awal berasal dari sudut belajar di laboratorium, dan tidak menjelaskan kapasitas manusia untuk mempelajari ketrampilan dan kemampuan yang kompleks.
‘’Gagne tidak mengawali dengan dengan riset laboratorium, ia berpendapat bahwa kunci untuk mengembangkan teori yang komprehensif adalah memulai dengan analisis berbagai macam kinerja dan ketrampilan yang dilakukan oleh manusia. Teori-teori sebelumnya memang menjelaskan subkomponen belajar manusia, akan tetapi subketrampilan itu bukan tujuan utama dari belajar’’ (Gagne, 1977 & 1984, dalam Margaret G. Bell, 2013).
                
‘’Ada beberapa unsur yang melandasi pandangan Gagne tentang belajar. Menurutnya, belajar bukan merupakan proses tunggal, melainkan proses yang luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku. Jadi tingkah laku itu merupakan hasil dari efek komulatif belajar. Artinya banyak ketrampilan yang telah dipelajari memberikan sumbangan bagi belajar ketrampilan yang lebih rumit, contohnya ketrampilan belajar “menjumlah“ akan berguna bagi siswa untuk belajar “mengkali” siswa tidak perlu belajar menjumlah ketika belajar mengkali’’. (Udin S. Winataputra, et. al., 2007: 3.30).

‘’Contoh model dari Pavlov oleh Gagne (1977a) dideskripsikan sebagai belajar signal atau tanda, sedangkan perspektif lain dari teori stimulus-respons (S-R) dari Thorndike dan Skinner adalah salah satu contoh terbentuknya koneksi (S-R). Saat anak mendapatkan sejumlah koneksi maka akan terbentuk rantai koneksi. Sedangkan para penganut psikologi Gestalt berpendapat bahwa belajar terjadi ketika subyek “melihat” hubungan baru dalam stuasi masalah (Gagne, 1977), (tetapi tidak menilai belajar yang telah dilakukan oleh subyek sebelumnya’’(Margaret G. Bell, 2013: 173 )

Pandangan Gagne tentang pendekatan kognitif ini didukung oleh sebuah penelitian tentang pentingnya pengetahuan dalam memahami dan mengingat sesuatu yang baru telah dilakukan oleh Recht dan Leslie keduanya meneliti tentang siswa-siswa sekolah menengah pertama yang sangat bagus membacanya dan sangat kurang membacanya. Mereka menguji pengetahuan siswa tentang olahraga baseball dan menemukan bahwa pengetahuan baseball tidak ada kaitannya dengan kemampuan membaca. Karena itu kedua peneliti tersebut membagi siswa menjadi empat kelompok, yaitu Kelompok yang mampu membaca dengan bagus sekaligus memiliki pengetahuan tentang baseball, kelompok yang mampu membaca dengan bagus tapi kurang pengetahuannya tentang baseball, kelompok yang kurang mampu membaca dengan baik tapi memiiki kemampuan yang luas tentang baseball, dan Kelompok yang memiliki kemampuan membaca yang kurang dan pengetahuan tentang baseball yang  kurang’’.(Woolfolk, dalam Baharuddin, 2007: 96) .

C.  Sistem Pemrosesan Informasi
Gredler (2013:227) menyebutkan bahwa ada dua asumsi pokok yang mendukung riset pemrosesan informasi, yaitu sistem memori adalah pengolah informasi yang aktif dan terorganisasi serta pengetahuan sebelumnya berperan penting dalam belajar. Terkait dengan asumsi tersebut maka perlu dibahas tentang hakikat sistem memori manusia dan organisasi pengetahuan dalam memori jangka panjang.
Konsepsi awal tentang memori manusia menganggap bahwa memori hanya sekedar tempat penyimpanan atau kolektor informasi yang pasif selama periode waktu yang lama. Tetapi, pada tahun 1960-an periset mulai memandang memori manusia sebagai sistem kompleks yang memproses dan mengorganisasikan semua pengetahuan kita (Gredler, 2013:227). Disebutkan pula oleh Santrock (2009:359) bahwa memori atau ingatan adalah penyimpanan informasi di setiap waktu.
Cara kerja memori manusia meliputi tiga macam sistem penyimpanan ingatan, yaitu memori sensori (sensory memory), memori jangka pendek (short-term memory,) dan memori jangka panjang (long-term memory).
1.    Sensory Memory
Sensory memory atau sensory register merupakan komponen pertama dalam system memori. Sensori memory menerima stimuli atau informasi dari lingkungan (seperti sinar, suara, bau, dan lain sebagainya) secara terus menerus melalui alat penerima (receptor) kita. Receptor disebut juga dengan alat-alat indera. Informasi yang diterima disimpan dalam sensory memory kurang lebih dua detik (Baharuddin, 2007:100).
Masih dalam Baharudin (2007:100) disebutkan bahwa keberadaan sensory memory memiliki dua implikasi dalam proses belajar. Pertama, orang harus memberikan perhatian pada informasi yang ingin diingatnya. Kedua, waktu mendapatkan atau mengambil informasi harus dalam keadaaan sadar. Setelah respon diterima oleh sensory memory, otak mulai bekerja untuk memberikan makna terhadap informasi atau ransangan tersebut. Proses ini disebut Perseption atau memersepsi. Persepsi (pengenalan pola) terjadi; yaitu proses pemberian makna terhadap sebuah input stimulus (Schunk, 2012: 231). mengacu pada kelekatan makna pada input-input lingkungan yang diterima melalu panca indera (Schunk, 2012: 244). Persepsi manusia terhadap informasi yang diterimanya berdasarkan realita obyek yang mereka tangkap dan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya (Baharuddin, 2007:101) .
Persepsi terhadap stimuli tidak seasli atau semurni stimuli sebenarnya, karena bisa dipengaruhi kondisi mental, pengalaman sebelumnya, motivasi-motivasi, pengetahuan, dan faktor lainnya (Baharuddin, 2007:101). Perhatian merupakan faktor (attention) penting dalam proses ini, Tidak semua stimuli dari lingkungan diterima manusia karena perhatian merupakan sebuah sumber yang terbatas (Schunk, 2012: 241). pada tahapan ini satu input dipilih untuk diberikan perhatian lebih lanjut berdasarkan tingkat aktivasinya yang tergantung kepada konteks (Schunk, 2012: 240). Jadi di sinilah peran proses kontrol (eksekutif) mengendalikan informasi mana yang akan dipilih untuk proses lebih lanjut.

2.    Short-Term Memory (STM)
‘’Short-term memory atau memori jangka pendek adalah sistem memori dengan kapasitas yang terbatas di mana informasi disimpan selama 30 detik, kecuali informasi tersebut diulang atau kalau tidak diproses lebih lanjut, karena jika diproses informasi bisa disimpan lebih lama’’. (Santrock, 2009:364).

Short-term memory disebut juga sebagai working memory atau memori kerja. Baddeley (1993, 1998, 2000, 2001) dalam Santrock (2009: 365) menyatakan bahwa working memory seperti meja kerja pikiran tempat berlangsungnya banyak pemrosesan informasi. Working memory terdiri atas tiga komponen utama, yaitu putaran fonologis, working memory visual ruang, dan eksekutif sentral. Input dari memori sensori menuju putaran fonologis, di mana informasi tentang cara bicara disimpan dan pengulangan terjadi dan menuju working memory visual ruang, di mana informasi visual dan  ruang, termasuk imajinasi disimpan. Eksekutif sentral tidak hanya menggabungkan informasi dari putaran fonologis dan working memory visual ruang, tetapi juga dari memori jangka panjang (retrieval).

3.    Long-Term Memory (LTM)
Long-term memory atau memori jangka panjang adalah jenis memori yang menyimpan banyak sekali informasi untuk periode waktu yang lama dalam cara yang relative permanen (Santrock, 2009: 366). Kapasitas memori jangka panjang manusia sangatlah mengejutkan dan efisiensi di mana individu-individu bisa mendapatkan kembali informasi sangatlah mengesankan. Menurut Baddeley (1998) dalam Schunk (2013:258) representasi pengetahuan dalam LTM tergantung pada frekuensi dan kontinguitas. Makin sering suatu fakta, peristiwa, atau ide dijumpai, makin kuat representasinya dalam memori. Selain itu, dua pengalaman yang terjadi berdekatan waktunya akan cenderung dihubungkan dengan memori sehingga ketika salah satunya diingatkan yang satunya akan teraktifkan. Maka, informasi dalam LTM direpresentasikan dalam struktur-struktur asosiatif. Asosiasi-asosiasi ini sifatnya kognitif, tidak seperti asosiasi dalam teori pengkondisian yang sifatnya behavioral (stimulus dan respon).
Berdasarkan isinya memori jangka panjang dapat dibedakan menjadi subjenis memori deklaratif dan prosedural. Memori deklaratif dibagi lagi menjadi memori episodik dan memori semantik. Memori deklaratif (declarative memory) adalah pengumpulan kembali informasi yang disengaja, seperti fakta atau peristiwa tertentu yang bisa dikomunikasikan secara verbal. Sedangkan memori procedural (procedural memory) adalah pengetahuan nondeklaratif dalam bentuk keterampilan dan operasi kognitif. Memori prosedural tidak bisa dikumpulkan kembali secara sadar, setidaknya dalam bentuk peristiwa atau fakta tertentu.
Psikolog kognitif Endel Tulving (1972,2000) dalam Santrock (2009:369) membedakan antara dua subjenis memori deklaratif menjadi episodik dan semantik. Memori episodik (episodic memory) adalah ingatan mengenai informasi tentang waktu dan tempat terjadinya peristiwa dalam kehidupan. Memori semantik (semantic memory) adalah pengetahuan umum tentang dunia ini. Memori semantik mencakup tentang jenis pengetahuan yang dipelajari di sekolah; pengetahuan dalam bidang keahlian yang berbeda; dan pengetahuan “sehari-hari” tentang makna kata, orang-orang terkenal, tempat-tempat penting, dan hal-hal biasa. Membantu para siswa meningkatkan memori dengan cara antara lain :
a.    Memotivasi anak-anak untuk mengingat materi dengan memahaminya daripada menghafalkannya.
b.    Membantu sisiwa-siswa dalam mengatur apa yang mereka masukkan dalam memori mereka.
c.    Mengajarkan strategi mnemonik. Mnemonik adalah bantuan memori untuk mengingat informasi. Strategi mnemonic bisa melibatkan imajinasi dan kata-kata. Beberapa jenis mnemonik antara lain metode lokus, sajak, akronim, dan metode kata kunci.

D.  Kekurangan Dan Kelebihan
1.    Kekurangan pada teori ini adalah apabila seorang guru tidak mampu menyampaikan meteri pembelajaran serta tidak dapat menciptakan metode pembelajaran yang menarik perhatian siswa, maka proses pembelajaran akan terasa membosankan. Jika tidak dapat menarik perhatian siswa yang mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak tercapai. Selain itu, apabila menghadapi siswa atau peserta didik yang benar-benar tidak mampu untuk diajak aktif berfikir, maka mengakibatkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai juga akan ikut terhambat.
2.    Kelebihan teori ini adalah dengan manggunakan teori pemprosesan informasi akan membantu meningkatkan keaktifan siswa untuk berfikir. Siswa akan berusaha mengaitkan suatu kejadian atau proses pembelajaran yang menarik dengan materi yang disampaikan, karena dalam teori pemprosesan informasi guru di tuntut untuk kreatif dalam menyampaikan materi kepada peserta didik. Yang dimaksud guru kreatif tersebut adalah guru mamp­­u menyajikan materi pembelajaran dengan menggunakan alat bantu dan metode penyampaian yang menarik, sehingga siswa akan mudah mengingat dan memahami materi yang di sampaikan.
5.      Kecocookan Dan Alasan
Teori ini cocok di kelas rendah maupun tinggi karena teori ini guru haruslah kreatif dalam kekurangan menyampaikan materinya. Dalam menjajikan materinya guru juga harus memahami tahapan dari pola pikir anak, yang di mana pada kelas lebih rendah perlu pembinaan yang intensif dan guru haruslah memiliki keterampilan khusus agar murid dapat mengerti apa yang diajarkannya. Begitupun pada kelas tinggi perlu guru yang mampu memberikan suatu media untuk peserta didik, serta perlu berfikir keras untuk menyajikan materi ajar yang menarik dan mudah dipahami.


BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Teori pemrosesan informasi merupakan bagian dari teori belajar kognitivisme. pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Teori belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses internal yang mencakup beberapa tahapan yakni menarik perhatian , memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa , merangsang ingatan pada pra syarat belajar ,menyajikan bahan peransang , memberikan bimbingan belajar, mendorong unjuk kerja ,memberikan balikan informative ,menilai unjuk kerja , dan meningkatkan retensi dan alih belajar keunggulan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi.
Manfaat teori pemrosessan informasi antara lain Membantu terjadinya proses pembelajaran sehingga individu mampu beradaptasi pada lingkungan yang selalu berubah, Menjadikan strategi pembelajaran dengan menggunakan cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menojol, kapabilitas belajar dapat disajikan secara lengkap, dan Prinsip perbedaan individu terlayani.Cara kerja memori manusia meliputi tiga macam sistem penyimpanan ingatan, yaitu memori sensori (sensory memory), memori jangka pendek (short-term memory,) dan memori jangka panjang (long-term memory).


Daftar Pustaka
http://nuraeni68.blogspot.co.id/2011/10/makalah-teori-belajar-pemrosesan.html

No comments:

Post a Comment

Hakikat Konsep serta Pentingnya Kesadaran dalam Perspektif Global (unm)

MAKALAH  PERSPEKTIF GLOBAL (  Hakikat dan Konsep serta Pentingnya Kesadaran dalam Perspektif Global ) ...