Friday 30 October 2015

MAKALAH PPKN TEORI BELAJAR BRUNNER


PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

Teori belajar BRUNER



Disusun Oleh:

ANDINI KAMAL (1447040013)
NUR FADILLAH (1447041009)
WAHIDA(1447041004)
M 3.1


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana telah memberikan kami semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah ”Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan” dapat selesai seperti waktu yang telah kami rencanakan.
Kami pun menyadari bahwa makalah yang telah kami susun dan kami kemas masih memiliki banyak kelemahan serta kekurangan-kekurangan baik dari segi teknis maupun non-teknis. Untuk itu penulis membuka pintu yang selebar-lebarnya kepada semua pihak agar dapat memberikan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan penulisan-penulisan mendatang. Dan apabila di dalam makalah ini terdapat hal-hal yang dianggap tidak berkenan di hati pembaca mohon dimaafkan.



Makassar, 14 Oktober 2015
Penyusun

Kelompok 8




DAFTAR ISI


 BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Belajar merupakan aktifitas yang berproses, tentu didalamnya terjadi  perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui tahap-tahap yang antara satu dan lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Dalam memandang proses belajar, Brunner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Pembelajaran secara umumdiberikan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Pembelajaran mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif yang berkenaan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga berkaitan dengan konsep-konsep abstrak.
Seorang guru perlu dalam menanamkan pemahaman seseorang belajar utamanya bagaimana menanamkan pengetahuan konsep-konsep dan pengetahuan prosedural.Salah satunya, untuk dapat memahami konsep-konsep dan prosedural,  guru perlu mengetahui berbagai teori belajar. Guru sebagai salah satu perancang proses dalam proses yang sengaja dirancang hingga terjadinya proses pembelajaran menuju kepada tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas tentang salah satu ahli yaitu Jerome S. Bruner dengan teori belajarnya, serta kelebihan dan kelemahan teori belajar dari Bruner agar dapat menjadi bekal persiapan profesionalitas para pendidik (guru).

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah teori belajar Jerome S. Bruner atau yang dikenal dengan teori belajar Bruner?
2.      Apakah kelebihan dan kekurangan teori belajar Bruner?
3.      Apakah pembelajaran tersebut layak digunakan di kelas rendah atau kelas tinggi Sekolah Dasar dan apa manfaatnya.
C.     Maksud dan tujuan
1.      Untuk mengetahui pembelajaran dalam teori Bruner.
2.      Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan teori pembelajaran tersebut.
3.      Untuk mengetahui seperti apa kelayakan teori belajar tersebut di jenjang Sekolah Dasar.


BAB II
PEMBAHASAN
A.  Biografi Jerome S. Bruner
Jerome S. Bruner lahir di New York tahun l915. Pada usia dua tahun ia menderita penyakit katarak dan harus dioperasi. Ayahnya meninggal ketika ia berusia 12 tahun yang menyebabkan ia harus pindah ke rumah keluarganya dan kerap kali putus sekolah dan pindah-pindah sekolah. Meskipun demikian prestasinya cukup baik ketika masuk Duke University Durham, New York City. Ia memperoleh gelar B.A pada tahun 1937 dan memperoleh Ph.D dari Harvard University tahun 1941. Bruner juga seorang profesor psikologi di Harvard University 1952-1972 dan di Oxford University 1972-1980.
 Bruner menghabiskan waktunya di New York University School of Law dan New School For Social Research di New York City. Lebih 45 tahun Bruner menekuni psikologi kognitif sebagai suatu alternatif teori behavioristik dalam psikologi sejak pertengahan abad 20. Pendekatan kognitif Bruner menjadikan reformasi pendidikan di Amerika Serikat dan juga di Inggris. Selain sebagai psikolog, ia juga termasuk Dewan Penasehat Presiden bidang sains pada masa Pesiden Jhon F. Kennedy dan Jhonson serta banyak menerima penghargaan dan kehormatan termasuk International Baldan Prize, medali emas CIBA untuk riset dari Asosiasi Psikologi Amerika. Bruner juga seorang penulis produktif. Beberapa karya tulisnya antara lain:
1.    Acts of Meaning (Harvard University Press, l99l)
2.    The Culture of Education (Harvard University press, 1996)
3.    The Process of Education (Harvard University press. 1960)
4.    Toward a Theory of Instruction (Harvard Univenity press, 1966)
5.    Beyond the Information Given; Studies in the Psychology of Knowing (Norton, 1973)
6.    Child’s Talk: Learning to Use Language (Norton, 1983)
7.    Actual Minds, Possible Worlds (Harvard, University press, 1986)
Beliau bertugas sebagai profesor psikologi di Harvard University di Amerika Serikat dan dilantik sebagi pengarah di Pusat Pengajaran Kognitif dari tahun 1961 sehingga 1972, dan memainkan peranan penting dalam Struktur Projek Madison di Amerika Serikat. Setelah itu, beliau menjadi seorang profesor Psikologi di Oxford University di Inggris.
B.  Teori Belajar Bruner
Belajar merupakan aktifitas yang berproses, tentu didalamnya terjadi  perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui tahap-tahap yang antara satu dan lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional.  Dalam memandang proses belajar, Brunner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Dengan teorinya yang disebut “(Free discovery learning)” (Budiningsih,2008).Ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya. Dengan kata lain, siswa dibimbing secara induktif untuk memahami suatu kebenaran umum. Misalnya untuk memahami konsep kejujuran, siswa pertama-tama tidak menghafal definisi kata kejujuran, tetapi mempelajari contoh-contoh konkret tentang kejujuran. Dari contoh-contoh itulah siswa dibimbing untuk mendefinisikan kata “kejujuran”.
Sementara ditinjau dari arti katanya “discover” berarti menemukan dan “discovery” adalah penemuan. Robert B. menyatakan bahwa discovery adalah proses mental di mana anak/individu mengasilmilasi konsep dan prinsip (Ahmadi,2005). Jadi, seseorang siswa dikatakan melakukan discovery bila anak terlihat menggunakan proses mentalnya dalam usaha menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Proses mental yang dilakukan, misalnya mengamati, menggolongkan, mengukur, menduga dan mengambil kesimpulan.
Selain itu Bruner menganggap, bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap (Muhbidin Syah,2006:10). Ketiga tahap itu adalah: (1) tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru, (2) tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta ditransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan (3) evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak. Teori belajar Bruner dikenal dengan teori Free Discovery learning.
Bruner mengemukakan perlunya ada teori pembelajaran yang akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran efektif di kelas. Menurut pandangan Brunner (1964) bahwa teori belajar itu bersifat deskriftif dimaksudnya untuk memberikan hasil, karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar. Sedangkan teori pembelajaran itu bersifat prespektif dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tujuan utama teori pembelajaran itu sendiri adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal, misalnya, teori belajar memprediksikan berapa usia maksimum seorang anak untuk belajar penjumlahan, sedangkan teori pembelajaran menguraikan bagaimana cara-cara mengajarkan penjumlahan.
Dalam mengajar guru tidak menyajikan bahan pembelajaran dalam bentuk final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah yaitu sebagai berikut :
a.     Stimulus (pemberian perangsang/stimuli) : Kegiatan belajar dimulai dengan memberikan pertanyaan yang merangsang berfikir si belajar, menganjurkan dan mendorongnya untuk membaca buku dan aktivitas belajar lain yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
b.     Problem Statement (mengidentifikasi masalah) : Memberikan kesempatan kepada si belajar untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan belajar kemudian memilih dan merumuskan dalam bentuk hipotesa (jawaban sementara dari masalah tersebut).
c.     Data Collection (pengumpulan data) : Memberikan kesempatan kepada para si belajar untuk mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak-banyaknya untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesa tersebut.
d.     Data Processing (pengolahan data) : Mengolah data yang telah diperoleh siswa melalui kegiatan wawancara, observasi dan lain-lain. Kemudian data tersebut ditafsirkan.
e.     Verifikasi : Mengadakan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar dan tidaknya hipotesis yang diterapkan dan dihubungkan dengan hasil dan processing.
f.      Generalisasi : Mengadakan penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan memperhatikan hasil verifikasi.
Menurut Brunner perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara menyusun mata pelajaran dan menyajikannya sesuai dengan tahap perkembangan orang tersebut. Gagasanya mengenai kurikulum spiral (a spiral curriculum)sebagai suatu cara mengorganisasikan materi pelajaran tingkat makro, menunjuk cara mengurutkan materi pelajaran mulai dari mengajarkan materi secara umum dan kemudian secara berkala kembali mengajarkan materi yang sama dalam cakupan yang lebih rinci. (Budiningsih,2008:42).
Didalam proses pembelajaran terdapat empat tema pendidikan yang perlu diperhatikan
1.        Mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan. Hal ini perlu karena struktur pengetahuan dapat menolong siswa untuk melihat bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang lain.
2.        Tentang kesiapan untuk belajar, menurut Bruner kesiapan terdiri atas penguasaan keterampilan-keterampilan yang lebih sederhana yang dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai keterampilan-keterampilan yang lebih tinggi
3.        Menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan. Dengan intuisi teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulasi-formulasi tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi-formulasi itu merupakan kesimpulan yang shahih atau tidak.
4.        Tentang motivasi atau kinginan untuk belajar dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.
Menurut Brunner perkembangan kognitif seseorang terjadi melaui tiga tahap pembelajaran yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu :
a. Tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitar, artinya dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya.
b.Tahap Ikonik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar atau visualisasi verbal. Maksudnya dalam memhami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
c. Tahap Simbolik, seseorang telah mampu memilki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol bahasa, logika, matematika dan sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak sistem simbol. Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem simbolnya. Meskipun begitu tidak berarti ia tidak lagi menggunakan sistem enaktif dan ikonik. Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu bukti masih diperlukannnya sistem enaktif dan ikonik dalam proses belajar.

C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Bruner
Kelebihan dari Teori Belajar Penemuan (Free Dicovery Learning) adalah :
1. Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah bermakna.
2. Pengetahuan yang diperoleh si belajar akan tertinggal lama dan mudah diingat.
3. Belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah sebab yang diinginkan dalam belajar agar si belajar dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang diterima.
4. Transfer dapat ditingkatkan di mana generalisasi telah ditemukan sendiri oleh si belajar daripada disajikan dalam bentuk jadi.
5. Penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai pengaruh dalam menciptakan motivasi belajar.
6. Meningkatkan penalaran si belajar dan kemampuan untuk berfikir secara bebas.
Kelemahan dari Teori Belajar Penemuan (Free Discovery Learning) adalah (Ahmadi,2005:79) :
1. Belajar Penemuan ini memerlukan kecerdasan anak yang tinggi. Bila kurang cerdas, hasilnya kurang efektif.
2. Teori belajar seperti ini memakan waktu cukup lama dan kalau kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menyebabkan kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajari.



D. Penerapan Teori Belajar Bruner
Jerome Bruner membagi alat instruksional dalam 4 macam menurut fungsinya.
·       Alat untuk menyampaikan pengalaman vicarious. Yaitu menyajikan bahan-bahan kepada murid-murid yang sedianya tidak dapat mereka peroleh dengan pengalaman langsung yang lazim di sekolah. Ini dapat dilakukan melalui film, TV, rekaman suara dll.
·       Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu gejala, misalnya model molekul atau alat pernafasan, tetapi juga eksperimen atau demonstrasi, juga program yang memberikan langkah-langkah untuk memahami suatu prinsip atau struktur pokok.
·       Alat dramatisasi, yakni yang mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa atau tokoh, film tentang alam yang memperlihatkan perjuangan untuk hidup, untuk memberi pengertian tentang suatu ide atau gejala.
·       Alat automatisasi seperti “teaching machine” atau pelajaran berprograma, yang menyajikan suatu masalah dalam urutan yang teratur dan memberi ballikan atau feedback tentang responds murid.
1. Penerapan Model Kognitif Jerome Bruner Dalam Pembelajaran
Karakteristik teori adalah Model ini sangat membebaskan peserta didik untuk belajar sendiri. Teori ini mengarahkan peserta didik untuk belajar secara discovery learning. Penerapan dalam pembelajaran adalah:
a.    Menentukan tujuan-tujuan instruksional
b.    Memilih materi pelajaran
c.    Menentukan topik-topik yang akan dipelajari oleh peserta didik.
d.   Mencari contoh-contoh, tugas, ilustrasi dsbnya., yang dapat digunakan peserta didik untuk bahan belajar
e.    Mengatur topik peserta didik  dari konsep yang paling kongkrit ke yang abstrak, dari yang sederhana ke kompleks.
f.     Mengevaluasi proses dan hasil belajar
2. Contoh Penerapan Teori Belajar Bruner dalam Pembelajaran dalam sebagai berikut :
a.Sajikan contoh dan non contoh dari konsep-konsep yang anda ajarkan.
b.Beri satu pertanyaan dan biarkan siswa untuk berusaha mencari jawabannya sendiri.
c.Ajak dan beri semangat belajar untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya.

3. Manfaat penerapan model belajar Bruner dalam pembelajaran di SD
Dalam penerapannya dalam proses pembelajaran di kelas, Bruner mengembangkan model pembelajaran penemuan.Model ini pada prinsipnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh informasi sendiri dengan bantuan guru dan biasanya menggunakan barang yang nyata.
Peranan guru dalam pembelajaran ini bukanlah sebagai seorang pemberi informasi melainkan seorang penuntun untuk mendapatkan informasi.Guru harus mempunyai cara yang baik untuk tidak secara lansung memberikan informasi yang dibutuhkan oleh siswa. Model pembelajaran ini mempunyai banyak manfaat, antara lain :
1.Pembelajar (Siswa) akan mudah mengingat materi pembelajaran apabila informasi tersebut didapatkan sendiri, bukan merupakan informasi perolehan.
2.Apabila pembelajar telah memperoleh informasi, maka dia akan mengingat lebih lama.
Jadi dalam proses mengajar menurut Bruner adanya pendekatan spiral atau lebih dikenal dengan a apiral curriculum, yaitu mengurutkan materi pelajaran mulai dari mengajarkan materi secara umum kemudian secara berkala kembali mengajarkan materi yang sama dalam cakupan yang lebih rinci, dengan memperhatikan tahapan perkembangan kognitif seseorang (enaktif, ikonik, dan simbolik).
4.    Kelayakan pembelajaran teori belajar Bruner
Pembelajaran dengan konsep teori belajar bruner hanya cocok digunakan di kelas tinggi Sekolah Dasar, dimana teori belajar ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupan siswa dibimbing secara induktif untuk memahami suatu kebenaran umum. Kemudian telah dijelaskan bahwa teori belajar ini lebih mengarah pada menemukan atau discovery yang dimana seseorang siswa dikatakan melakukan discovery bila anak terlihat menggunakan proses mentalnya dalam usaha menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip juga belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah sebab yang diinginkan dalam belajar agar si belajar dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang diterima.Belajar Penemuan ini memerlukan kecerdasan anak yang tinggi, bila kurang cerdas hasilnya kurang efektif yang dimana dalam pembelajaran kelas rendah kecerdasan seorang anak secara umumnya belum sepenuhnya terlihat. Jadi pembelajaran teori Bruner ini hanya cocok digunakan dalam pendidikan SD kelas tinggi.

BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Menurut Bruner belajar merupakan aktifitas yang berproses, tentu didalamnya terjadi  perubahan-perubahan bertahap yang menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Teori belajar Bruner hanya cocok digunakan di pendidikan Sekolah Dasar kelas tinggi.Seorang guru perlu dalam menanamkan pemahaman seseorang belajar utamanya bagaimana menanamkan pengetahuan konsep-konsep dan pengetahuan prosedural. Salah satunya, untuk dapat memahami konsep-konsep dan prosedural,  guru perlu mengetahui berbagai teori belajar. Guru sebagai salah satu perancang proses dalam proses yang sengaja dirancang hingga terjadinya proses pembelajaran menuju kepada tujuan yang ingin dicapai.
B.  Saran
Sebaiknya teori belajar Bruner ini impelentasikan dalam pengajaran pendidikan Sekolah Dasar kelas tinggi sesuai dengan penjelasan dan prosedur yang telah dijelaskan agar pembelajaran dalam berlangsung secara efektif  hingga tercapai tujuan pembelajaran yang diinginkan


DAFTAR PUSTAKA
Sujana, Nana. 1990. Teori-Teori belajar untuk Pengajaran.. Jakarta:. LPFE UI.




No comments:

Post a Comment

Hakikat Konsep serta Pentingnya Kesadaran dalam Perspektif Global (unm)

MAKALAH  PERSPEKTIF GLOBAL (  Hakikat dan Konsep serta Pentingnya Kesadaran dalam Perspektif Global ) ...