MAKALAH STRATEGI
PEMBELAJARAN
“STRATEGI PEMBELAJARAN
INQUIRY &
STRATEGI PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH”
OLEH :
RAODATUL JANNAH (1447040011)
HASNI TUHA (1447040012)
ANDINI KAMAL (1447040013)
ASMAWATI TRIPUTRI (1447040014)
NUR MAWADDAH (1447040030)
KELAS : M 3.1
PEND.GURU
SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita
panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan Rahmat-Nya kami dari
Kelompok3 dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul STRATEGI PEMBELAJARAN INQUIRY DAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH. Salam dan Shalawat tak lupa pula kita kirimkan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW dan para sahabatnya yang telah membawa kita dari alam kegelapan ke
alam yang terang benderang.
Tak
lupa pula kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Dr. WAHIRA, M.Pd sebagai dosen
mata kuliah Strategi pembelajaran yang telah memberikan banyak pengarahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Kami dari kelompok 3 meminta
maaf kepada ibu dan seluruh teman-teman apabila di dalam penyusunan makalah
kami tersebut masih ditemukan beberapa kesalahan-kesalahan yang baik secara
tidak sengaja kami lakukan. Untuk itu kami mengharapkan partisipasi yang baik
berupa saran dan kritik yang membangun untuk kedepannya yang lebih baik. Atas perhatian
dan kerjasama yang baik kami ucapkan banyak terimakasih.
Makassar, Februari 2015
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR
ISI ................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG.........................................................................................
1.2 RUMUSAN
MASALAH....................................................................................
1.3 TUJUAN
PENULISAN...................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 STRATEGI
PEMBELAJARAN INQUIRY.........................................................
2.2 STRATEGI
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH....................................
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN................................................................................................
3.2 SARAN...........................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA..........................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 STRATEGI
PEMBELAJARAN INQUIRY (SPI)
Strategi
pembelajaran ingkuiri adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir dan mencari jawaban masalah
yang strategi heyristic, yang berasal dari bahasa yunani, yaitu
heuriskein yang berarti saya menemukan . SPI berangkat dari asumsi bahwa sejak
manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri
pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam sekitarnya merupakan
kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan
untuk mengenal segala sesuatu melalui indra pengecapan,pendengaran,
penglihatan, dan indra indra lainnya yang berkembang dengan menggunakan otak
dan pemikirannya. Pengetahuan ini akan bermakna (meaningfull) manakala didasari
oleh keingintahuan itu. Dalam rangka itulah strategi ingkuiri dikembangkan.
Metode
penemuan adalah cara penyajian pelajaran yang memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Metode
ini melibatkan peserta didik dalam proses mental dalam rangka penemuaannya.
Metode penemuannya memungkinkan peserta didik menemukan sendiri informasi yang
diperlukan untuk menncapai tujuan belajarnya.
Adapun tujuan
strategi pembelajaran inquiri :
a.
Meningkatkan
ketelibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses bahan belajarnya,
b.
Mengurangi
ketergantungan peserta didik pada guru untuk mendapatkan pengalaman belajarnya,
c.
Melatih
peserta didik menggali dan memamfaatkan lingkungan sebagai sumber belajarnya,
d.
Memberi
pengalaman belajar seumur hidup.
Adapun ciri utama
strategi pembelajaran ingkuiri.
1.
Strategi
ingkuiri mrekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan. Artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
2.
Seluruh
aktifitas siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri sesuatu
yang di pertanyakan, sehingga menumbuhkan rasa percaya diri.
3.
Strategi
ingkuiri bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berfikir secara sisitematis,
logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai begian dari
proses mental.
Strategi
pembelajaran inquiri akan efektif manakala:
1.
Guru
mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang
ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam strategi inkuiri penguasaan materi
pembelajaran sebagai tujuan utama pembelajaran, akan tetapi lebih dipentingkan
adalah proses belajar,
2.
Jika
bahan ajar yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah
jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu dibuktikan,
3.
Jika
proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu,
4.
Jika
guru ingin mengajar sekelompok siswa yang rata rata memiliki kemauan dan kemampuan berfikir. Strategi inkuiri akan
kurang berhasil diterapkan pada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk
berpikir,
5.
Jika
jumlah siswa yang belajar tidak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh
guru,
6.
Jika
guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada
siswa.
PRINSIP PENGGUNAAN SPI
Dalam penggunaan SPI terdapat beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan oleh setiap guru.
1.
Berorientasi
pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari strategi inquiri adalah pengembangan
kemampuan berpikir. Oleh sebab itu, strategi pembelajaran ini selain
berorientasi kepada hasil belajar juga
berorientasi pada proses belajar. Karena keberhasilan inquiri bukan ditentukan
dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran akan tetapi sejauh mana
siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu
2.
Prinsip
interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi,
baik interaksi antara siswa maupun interaksi dengan guru, bahkan interaksi
siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti
menempatkan guru bukan sebagai sumber
belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau mengatur interaksi itu
sendiri.
3.
Prinsip
bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan SPI
adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap
pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
4.
Prinsip
belajar untuk berpikir
5.
Belajar
bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses
berpikir ( learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh
otak kiri maupun otak kanan; baik otak reptil, otak limbik, maupun otak
neokortek. Pembelajaran berpikir adalah pemamfaatan dan penggunaan otak secara
maksimal.
6.
Prinsip
keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan.
Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan
kebebasan untuk mencoba sesuatu dengan pengembangan kemampuan logika dan
nalarnya.
LANGKAH PELAKSANAAN SPI
Secara umum prosees pembelajaran dengan menggunakan SPI
dapat mengikuti langkah langkah sebagai berikut
a.
Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk
membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru
mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Pada langkah
ini guru merangsan dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi
ini adalah:
§ Menjelaskan topik, tujuan, dan
hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
§ Menjelaskan pokok pokok kegiatan
yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.
§ Menjelaskan pentingnya topik
kegiatan belajar untuk memberikan motivasi belajar siswa.
b.
Merumuskan
masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah
membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Dikatakan teka-teki
dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada
jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari
jawaban itulah yang penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu siswa akan memperoleh pengalaman yang sangan
perharga sebagai upaya pengembangkan mental melalui proses berpikir.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan masalah,
diantaranya :
§ Masalah hendaknya dirumuskan
sendiri oleh siswa.
§ Masalah yang dikaji adalah
masalah yang mengandung teka teki yang jawabannya pasti. Artinya,guru perlu
mendorong agar siswa dapat merumuskanmasalah yang menurut guru jawabannya
sebenarnya sudah ada, tinggal tinggal siswa mencari dan jawabannya sudah pasti.
§ Konsep-konsep dalam masalah
adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya,
sebelum masalah itu dikaji sebih jauh melalui proses inkuiri, guru perlu yakin
terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang
ada dalam rumusan masalah.
c.
Merumuskan
hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari
suatu permasalahan yang sedang dikaji/. Sebagai jawaban sementara hipotesis
perlu diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada
dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir.potensi berpikir itu dimulai
dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira (berhipotesis)
dari suatu permasalahan. Manakala individu dapat membuktikan tebakannya, maka
ia akan sampai pada posisi yang bisa mendorong untuk berpikir lanjut. Oleh
sebab itu, potensi untuk mengembangkan kemampuan menebak pada setiap individu
harus di bina.
d.
Mengumpulkan
data
Pengumpulan data adalah aktivitas
menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental
yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data
bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga
membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi pikirnya.
e.
Menguji
hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses
menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi
yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
f.
Merumuskan
kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses
mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI SOSIAL
Menurut
Bruce Joyce, inkuiri sosial merupakan strategi pembelajaran dari kelompok sosial (social family) sub kelompok
konsep masyarakat (concept of society). Sub kelompok ini didasarkan pada asumsi
bahwa metode pendidikan bertujuan untuk mengembangkan anggota masyarakat. Oleh
sebab itu siswa harus diberi pengalaman yang memadai bagaimana caranya
memecahkan persoalan yang muncul di masyarakat. Melalui pengalaman itu setiap
individu dapat membangun pengetahuan yang berguna bagi diri dan masyarakatnya.
KESULITAN KESULITAN IMPLEMENTASI SPI
SPI merupakan strategi pembelajaran yang
dianggap baru khususnya di Indonesia. Sebagai suatu stategi beru, dalam
penerapannya terdapat beberapa kesulitan.
·
SPI
merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir yang
berdasarkan kepada dua sayap yang sama pentingnya yaitu hasil belajar dan
proses belajar.
·
Sejak
lama tertanam budaya belajar siswa bahwa pada dasarnya adalah menerima materi
pelajaran dari guru, dengan demikian bagi mereka guru adalah sumber belajar
yang utama. Karena budaya yang seperti itu sudah terbentuk menjadi kebiasaan,
maka akan sulit mengubah pola belajar mereka dengan menjadikan belajar sebagai
proses berpikir.
·
Berhubungan
dengan sistem pendidikan kita dianggap tidak konsisten. Misalnya, sistem
pendidikan mengajukan bahwa proses pembelajaran sebaiknyya menggunakan pola
pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir melalui pendekatan
student active earning atau yang kita kenal dengan CBSA.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
Kelebihan
SPI merupakan strategi pembelajaran yang
banyak diajukan oleh karena strategi ini memiliki beberapa kelebihan,
diantaranya :
1. SPI merupakan strategi
pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap
lebih bermakna.
2. SPI dapat memberikan ruang
kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
3. SPI merupakan strategi yang
dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap
belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
4. Keuntungan lain adalah strategi
pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas
rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan
terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
5. Tidak menjadikan guru sebagai
satu-satunya sumber belajar, karena peserta didik belajar dengan memanfaatkan
berbagai jenis sumber belajar.
Kelemahan
Disamping memiliki keunggulan, SPI juga mempunyai
kelemahan, diantaranya :
1.
Jika
SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol
kegiatan dan keberhasilan siswa.
2.
Strategi
ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan
kebiasaan siswa dalam belajar.
3.
Kadang-kadang
dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering
guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
4.
Selama
kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi
pelajaran, maka SPI akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
5.
Tidak
sesuai untuk kelas yang besar jumlah peserta didiknya.
6.
Memerlukan
fasilitas yang memadai.
7.
Kebebasan
yang diberikan kepada siswa tidak selamanya dapat dimanfaatkan secara optimal,
kadang siswa malah kebingungan memanfaatkannya.
2.2 STRATEGI
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Pembelajaran
berbasis masalah merupakan salah satu setrategi pembelajaran yang dapat membawa
siswa pada pembentukan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Dengan pendekatan ini
memberikan peluang bagi siswa untuk melakukan penelitian dengan berbasis
masalah nyata dan autentik.
TEORI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Beberapa
Dukungan Teori Tentang Pembelajaran Berbasis Masalah Sebagai suatu pendekatan pembelajaran, maka
pembelajaran berbasis masalah didasarkan oleh landasan yang kuat oleh berbagai
ahli.
1. John Dewey.
Pandangan
Dewey tentang pendidikan melihat sekolah sebagai pencerminan masyarakat yang
lebih besar dan kelas menjadi labolatorium untuk penyelidikan dan pengentasan
masalah kehidupan nyata.
2. Piaget, Vygotsky dan Konstruktivisme
Pembelajaran berbasis masalah
meminjam pendapat Piaget bahwa apabila pelajar dilibatkan dalam proses mendapat
informasi dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, maka pembelajaran akan
menjadi bermakna. Sementara Vygostky yakin bahwa intelektual berkembang ketika
individu menghadapi pengalaman baru dan membingungkan dan ketika mereka
berusaha mengatasi deskripansi yang timbul oleh pengalaman-pengalaman ini.
Menurut Vygotsky siswa memiliki dua tingkat perkembangan berbeda yaitu:
a)
Tingkat perkembangan actual, yang
menentukan fungsi intelektual individu saat ini dan kemampuannya untuk
mempelajari sendiri hal-hal tertentu.
b)
Tingkat perkembangan potensial
yaitu yang dapat difungsikan atau
dicapai oleh individu dengan bantuan orang lain, misalnya guru, orang tua atau
bahkan teman sebaya yang lebih cerdsa, maju dan berkembang.
3. Bruner dan Discovery Learning
Bruner
berpendapat bahwa pada hakekatnya tujuan pembelajaran bukan hanya memperbesar
dasar pengetahuan siswa, tetapi juga untuk menciptakan berbagai kemungkinan
untuk invention (penciptaan) dan discovery (penemuan).
Bruner
menganggap sangat penting peran dialog dan interaksi social dalam proses
pembelajaran.Berdasarkan dari konsep Bruner, maka seorang guru yanga akan
menggunakan pendekatan berbasis masalah harus menekankan pada beberapa hal
berikut ini dalam proses pembelajarannya:
a.
Memberikan tekanan yang kuat untuk
membangun keterlibatan aktif semua siswa dalam setiap langkah dan proses
pembelajaran yang dilakukan .
b.
Mendorong siswa untuk mengkonstruksi
pengetahuan oleh siswa sendiri tanpa dominasi oleh guru.
c.
Guru memberikan
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk di dalami dalam berbagai kegiatan
penyelidikan hingga siswa sampai pada penemuan ide-ide dan mengkonstruksinya
menjadi bangunan teori, paling tidak sampai pada pemahamannya yang mendalam
tentang teori.
d.
Orentasi yang digunakan adalah induktif bukan orentasi deduktif.
KONSEP DASAR DAN
KARAKTERISTIK SPBM
Sanjaya (2008) menyatakan bahwa
Pembelajaran Berbasis Masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan pada proses
penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari
SPBM:
1.
SPBM merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran, artinya dalam implementasi SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa.
2.
aktivitas pembelajaran
diarahkan untuk menyelesaikan masalah.
SPBM menempatkan masalah sebagai kata
kunci dari proses pembelajaran.
3.
pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah
Kunandar
(2007:35) menyatakan bahwa pembelajaran
berbasis masalah adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi
siswa untuk belajar tentang cara berpikir dan keterampilan penyelesaian masalah
serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari mata
pelajaran. Sedangkan Faizin dan Sulistio (2008)
adalah pembelajaran yang terpusat melalui msalah-masalah yang relevan.
Zulharman (2008) yang menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah
merupakan pembelajaran yang bertolak dari problem yang ada dari konteks nyata.
NCTM
(2000) menyatakan bahwa memecahkan masalah berarti menemukan cara atau jalan
mencapai tujuan atau solusi yang tidak dengan mudah menjadi nyata, sedangkan
poyla (Hudoyo,1979) mendifinisikan pemecahan masalah adalah sebagai usaha untuk
mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai tujuan yang tidak dengan
segera dapat dicapai
Word
(2000) dan Stepein (1993) yang menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah
adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu
masalah melalui tahapan-tahapan metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki
keterampilan untuk memecahkan.
Strategi pembelajaran dengan pemecahan
masalah dapat diterapkan apabila guru memiliki beberapa pertimbangan sebagai
berikut:
1.
Guru menginginkan agar siswa dapat
mengingat materi pelajaran, menguasai bahan dan memahami secara penuh
permasalahan yang akan dipelajari.
2.
Guru menginginkan untuk
mengembangkan keterampilan berfikir siswa, yaitu kemampuan menganalisis
situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal
adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam
membuat judgment secara objektif.
3.
Guru menginginkan kemampuan siswa
untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa.
4.
Guru memotivasi siswa untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajarnya.
5.
Guru menginginkan agar siswa
memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam
kehidupannya (hubungan antara teori dengan kenyataan).
(Gordon, 2001.,Karjcik, 2003; Slavin, Madden,
Dolan & Wasik, 1994; Torp dan Sage, 1998) mendeskripsikan bahwa model
pembelajaran berbasis masalah ini memiliki fitur-fitur sebagai berikut:
1.
Pertanyaan atau masalah perangsang
2.
Fokus interdisipliner
3. Investigasi
autentik
4.
Produksi artepak dan exhibit
5.
Kolaborasi
Pembelajaran
berbasis masalah dilakukan secara benar sesuai dengan prinsip dan karakteristik
pembelajaran, maka ada beberapa dampak tidak langsung yang dapat diperoleh
siswa setelah pembelajaran berbasis
masalah diimplementasikan dalam proses pembelajaran dikelas, yaitu:
a.
Keterampilan melakukan
penelitian/penyelidikan sebagai dasar pemecahan masalah secara ilmiah.
b.
Perilaku dan keterampilan sosial.
c.
Keterampilan belajar mandiri.
HAKIKAT MASALAH DALAM SPBM
Strategi
Pembelajaran Inkuiri (SPI) dan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)
memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut terletak pada jenis masalah serta tujuan
yang ingin dicapai.
Masalah
dalam SPI adalah masalah yang bersifat tertutup. Dalam SPI, tugas guru pada
dasarnya mengggiring siswa melalui proses tanya jawab pada jawaban yang sebenarnya sudah pasti. Tujuan SPI adalah
menumbuhkan keyakinan dalam diri siswa tentang jawaban dari suatu masalah.
Masalah
dalam SPBM adalah masalah yang bersifat terbuka.Tujuan SPBM adalah kemampuan
siswa untuk berfikir kritis, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan
alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam
rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
Hakikat
masalah dalam SPBM adalah kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang
diharapkan. Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari adanya keresahan, keluhan,
kerisauan, atau kecemasan. Oleh karena itu, maka materi pelajaran tidak
terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, Tetapi dapat
bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu
sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Di bawah ini kriteria pemilihan
bahan pelajaran dalam SPBM.
1.
Bahan pelajaran harus mengandung
isu-isu yang mengandung konflik yang bisa bersumber dari berita; rekaman video
dan yang lainnya.
2.
Bahannya bersifat familiar dengan
siswa, sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik.
3.
Bahan yang dipilih merupakan bahan
yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak (universal).
4.
Bahan yang dipilih merupakan bahan
yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai
kurikulum yang berlaku.
5.
Bahan yang dipilih sesuai dengan
minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk mempelajarinya.
TAHAPAN-TAHAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Banyak
ahli yang menjelaskan bentuk peranan SPBM. Sanjaya (2008) yang mengutip
pendapat John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan 6
langkah SPBM yang kemudian dia namakan metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu :
1.
Merumuskan masalah, yaitu langkah
siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
2.
Menganalisis masalah, yaitu langkah
siswa meninjau masalah secara dari berbagai sudut pandang.
3.
Merumuskan hipotesis, yaitu langkah
siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan untuk
memecahkan masalah.
4.
Mengumpulkan data, yaitu langkah
siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan
masalah.
5.
Pengujian Hipotesis, yaitu langkah
siswa mengambil dan merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan
penolakan hipotesis yang diajukan.
6.
Merumuskan rekomendasi pemecahan
masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan
sesuai dengan rumusan .
David
Johnson & Johnson mengemukakan ada 5 langkah SPBM melalui kegiatan
kelompok.
1.
Mengedefinisikan masalah, yaitu
merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang
mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan
dikaji.
2.
Mendiagnosis masalah, yaitu
menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta menganalisis berbagai faktor,
dari baik faktor yang bisa mengahambat maupun faktor yang dapat mendukung dalam
penyelesaian masalah.
3.
Merumuskan alternatif strategi,
yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas.
4.
Menentukan dan menerapkan strategi
pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat
dilakukan.
5.
Melakukan evaluasi, baik evaluasi
proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruh
kegiatan, sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari
penerapan strategi yang diterapkan.
Sesuai
dengan tujuan SPBM adalah untuk menumbuhkan sikap ilmiah, dari beberapa bentuk
SPBM yang dikemukakan para ahli secara umum SPBM bisa dilakukan dengan
langkah-langkah :
1. Menyadari Masalah
Implementasi
SPBM harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada
tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau
lingkungan sosial.
2. Merumuskan Masalah
Bahan
pelajaran dalam bentuk topik yang dapat dicari dari kesenjangan, selanjutnya
difokuskan pada masalah apa yang pantas untuk dikaji. Rumusan masalah sangat
penting, sebab selanjutnya akan berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi
tentang masalah dan berkaitan dengan data-data apa yang harus dikumpulkan untuk
menyelesaikannya.
3. Merumuskan Hipotesis
Sebagai
proses berpikir ilmiah yang merupakan perpaduan dari berpikir deduktif dan induktif, maka merumuskan hipotesis
merupakan langkah penting yang tidak boleh ditinggalkan. Kemampuan yang
diharapkan dari siswa dalam tahapan ini adalah siswa dapat menentukan sebab
akibat dari masalah yang ingin diselesaikan.
4. Mengumpulkan Data
Sebagai
proses berpikir empiris keberadaan data dalam proses berpikir ilmiah merupakan
hal yang sangat penting. Sebab, menentukan cara penyelesaian masalah sesuai
dengan hipotesis yang diajukan harus sesuai dengan data yang ada proses
berpikir ilmiah bukan proses berimanjinasi akan tetapi proses yang didasarkan
pada pengalaman. Oleh karena itu, dalam tahapan ini siswa didorong untuk
mengumpulkan data relevan.
5. Menguji Hipotesis
Berdasarkan
data yang dikumpulkan, akhirnya siswa menentukan hipotesis mana yang diterima
dan mana yang ditolak.
6. Menentukan Pilihan Penyelesaian
Menentukan
pilihan penyelesaian merupakan akhir dari proses SPBM. Kemampuan yang
diharapkan dari tahapan ini adalah kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang memungkinkan dapat
dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi sehubungan
dengan alternatif yang dipilihnya, termasuk memperhitungkan akibat yang akan
terjadi pada setiap pilihan.
Pola
secara sederhana mengelompokkan langkah pemecahan masalah menjadi 4 (empat)
langkah yaitu : 1) memahami masalah, 2) membuat rencana pemecahan, 3)
melaksanakan rencana dan 4) melihat kembali.
Aktivitas pemecahan masalah merupakan
variasi dan pengalaman “Guide Discovery”.
Kadang-kadang masalah itu muncul secara alamiah. Masalah terbaik bagi anak
adalah berpikir tentang keterlibatannya dengan berbagai cara, dengan
menggabungkan berbagai informasi secara benar, dan memiliki lebih dari satu
upaya jalan keluarnya. Tahapan-tahapan dalam menggunakan strategi pembelajaran
pemecahan masalah sebagai berikut :
1.
Menyadari adanya masalah dengan
mengidentifikasi.
2.
Mengumpulkan informasi.
3.
Merancang solusi.
4.
Menguji coba solusi.
5.
Mengambil kesimpulan.
6.
Menyampaikan hasil.
Richard
I. Arend (2008) mengemukakan langkah-langkah melaksanakan pembelajaran berbasis
masalah sebagai berikut :
Fase
|
Kegiatan
|
Perilaku Guru
|
1
|
Memberikan orientasi tentang
permasalahan kepada siswa
|
1.
Guru membahas tujuan pelajaran
2.
Guru mendeskripsikan berbagai
kebutuhan logistik
3.
Guru memberikan motivasi kepada
siswa untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan pemecahan maslah.
|
2
|
Mengorganisir siswa untuk meneliti
|
Guru
membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisikan tugas-tugas belajar
yang terkait dengan permasalahannya.
|
3
|
Membantu investigasi mandiri dan
kelompok
|
Guru
mendorong siswa mendapat informasi yang tepat, melaksanakan ekperimen dan
memberi penjelasan dan solusi.
|
4
|
Mengembangkan dan mempresentasikan
arteifak dan exhibit
|
Guru
membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan artifak dan exhibit yang
tepat seperti laporan, rekaman video dan model-model Guru membantu siswa
menyampaikan/mempresentasikan kepada orang lain.
|
5
|
Menganalisis dan mengevaluasi
proses mengatasi masalah
|
Guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap investigasinya dan
proses-proses yang mereka gunakan.
|
Beberapa
catatan khusus untuk setiap langkah tersebut di atas yang perlu mendapat
perhatian dalam Implementasi pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai
berikut :
1. Pada
saat guru menjelaskan tujuan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus disadari
oleh seorang guru
a.
Tujuan yang diinginkan dalam
pembelajaran berbasis masalah bukanlah untuk mempelajari sejumlah informasi
baru tetapi menginvestigasi berbagai permasalahan penting untuk
membangun/membuat siswa menjadi mandiri.
b.
Pertanyaan atau permasalah yang akan
diinvestigasi, bukan masalah yang harus memerlukan “YA atau TIDAK”, tetapi
permasalahan yang memerlukan jawaban dengan kemampuan berpikir yang lebih
kompleks.
2. Mengorganisikan
siswa untuk meneliti
Dalam
mengorganisir siswa baik dalam kelompok kecil maupun mandiri perlu diperhatikan
dan diberikan orientasi yang jelas kepada siswa tentang permasalahan yang akan
dibahas, hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan video pendek, berita
dikoran dan sebagainya.
3. Pengempulan
dan investigasi
Pada
fase kegiatan ini guru harus benar-benar mendorong siswa untuk aktif dalam
mengumpulkan data dan informasi yang sebanyak-banyaknya tentang permasalahan
yang sedang dibahas.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Penataan Lingkungan Belajar Dalam
Pembelajaran Berbasis Masalah
Lingkungan
belajar merupakan salah satu komponen yang harus mendapat perhatian guru dalam
pembelajaran berbasis masalah, agar pembelajaran berlangsung lancar tanpa
adanya disturbsi. Ada beberapa hal yang akan diperhatikan dalam penataan
lingkungan belajar sebagai berikut :
1.
Menangani situasi multitugas
Pada
kelas yang gurunya menggunakan pembelajaran berbasis masalah banyak tugas-tugas
yang harus diselesaikan oleh siswa yang terjadi secara simultan. Untuk membuat
pekerjaan kelas yang multi tugas ini bekerja secara efektif, maka guru
sebaiknya memberikan bimbingan kepada siswa untuk :
a)
Bekerja secara mandiri dan bekerja
bersama-sama.
b)
Guru hendaknya mengembangkan cuing
sistem untuk memperingatkan siswa dan membantu mereka menjalani transisi dari
satu tipe tugas ke tipe tugas belajar lainnya.
c)
Guru membuat chart dan jadwal yang
tentang tugas-tugas yang harus dijadwalkan dan tenggang waktu penyelesaiannya
masing-masing tugas tersebut.
d)
Guru memantau kemajuan masing-masing
siswa atau kelompok siswa selama multitugas.
2. Menyesuaikan
dengan tingkat penyelesaian yang berbeda
Salah
satu masalah rutian yang dihadapi oleh guru-guru di berbagai tingkatan sekolah
mulai dari tingkat terendah sampai pada perguruan tinggi pun juga terjadi
adalah tinglat penyelesaian tugas yang berbeda.
Untuk
mengelola kondisi penyelesaian tugas seperti di atas, diperlukan kemampuan guru
untuk mensiasati dengan beberapa kegiatan berikut ini :
1)
Buat aturan waktu yang tegas,
prosedur tugas downtime activities.
2)
Untuk siswa yang menyelesaikan tugas
lebih awal dan memiliki siswa waktu akan lebih banyak kalau diberikan bahan
bacaan yang menarik untuk dibaca yang fungsinya sebagai pengayaan bahan ajar
atau dapat juga diberikan bahan-bahan permainan edukatif.
3)
Memberikan tugas pengayaan kepada
siswa yang lebih maju dengan memberikan masalah yang menentang untuk diuji
cobakan dilaboratorium, dengan demikian siswa akan lebih terasah kemampuan
intelektualnya.
4)
Guru mendorong siswa yang lebih maju
untuk menmbantu temannya yang belum selesai (tutor sebaya).
3.Memantau
dan mengelola pekerjaan siswa
Seperti
diketahui pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang syarat dengan tugas-tugas
(multitugas) dan harus diselesaikan siswa secara simultan, konsekuensinya maka
pemantauan dan pengelolaan pekerjaan siswa menjadi suatu yang sangat krusial
dalam strategi pembelajaran ini. Ada tiga hal pokok yang perlu dilakukan guru
untuk menjamin pembelajaran berbasis masalah menjadi akuntabel yaitu :
a)
Persyaratan tugas untuk semua siswa
harus dijelaskan secara tegas dan jelas serta rinci.
b)
Pekerjaan siswa harus dipantau dan
umpan balik harus diberikan pada pekerjaan siswa yang sedang berjalan.
c)
Catatan perkembangan siswa yang
harus dibuat.
d)
Mengatur gerakan dan perilaku di
luar kelas
Apabila
guru menugaskan siswa menyelesaikan tugasnya untuk memecahkan permasalahan di
laboratorium, maka guru sudah seharusnya memastikan bahwa siswanya memahami
secara jelas apa dan bagaimana bekerja di laboratorium, atau diperpustakaan,
maka pastikan siswa mengerti bagaimana mencari bahan bacaan secara cepat dan
tepat, bagaimana mengelola bahan bacaan, membuat catatan kecil yang mudah dan
cepat dalam penggunaannya.
ASESMEN
DAN EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Pada
dasarnya sistem evaluasi pada pembelajaran dengan menggunakan strategi lainnya
dapat diterapkan pada pembelajaran berbasis masalah, yang harus disadari adalah
bahwa evaluasi yang digunakan harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,
artinya evaluasi harus dapat mengukur apa yang menjadi indikator keberhasilan
belajar.
Ø Pengukuran
Pemahaman
Pembelajaran
berbasis masalah menjangkau ke luar pengembangan pengetahuan faktual tentang
sebuah topik, yakni pengembangan pemahaman yang agak sophisticated tentang
berbagai masalah dan dunia di sekitar siswa. Untuk mengukur pemahaman siswa tentang suatu topik
dapat dibuat tes yang agak terbuka jawabannya, kepada siswa dalam bentuk
karangan essei.
Ø Mengases
Potensi Belajar
Tes
performasi kebanyakan hanya mengukur pengetahuan dan keterampilan pada titik
waktu tertentu, tetapi belum mengases potensi belajar atau kesiapan belajar
siswa. Untuk itu tes kesiapan untuk membaca dan bidang perkembangan bahasa
lainnya dapat digunakan, dan alat tes tersebut sudah banyak tersedia dan telah
memiliki tingkat vadilitas dan rehabilitas yang tidak diragukan lagi.
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
1. Keunggulan
a.
Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang
cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
b.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat menentang
kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi
siswa.
c.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan
aktivitas pembelajaran siswa.
d.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa
bagaimana mentranfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan
nyata.
e.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa
untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan.
f.
Melalui pemecahan masalah (problem solving) bisa memperlihatkan
kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran.
g.
Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih
menyenangkan dan disukai siswa.
h.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan
kemampuan siswa untuk berpikir lebih kritis dan mengembangkan kemampuan mereka
untuk menyesuaikan dengan pengetahuan.
i.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki
dalam dunia nyata.
j.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan
minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada
pendidikan formal telah berakhir.
k.
Strategi pembelajaran berbasis
masalah dapat membentuk siswa untuk memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi,
yang dibarengi dengan kemampuan inovatif dan sikap kreatif akan tumbuh dan
berkembang.
l.
Dengan strategi pembelajaran
berbasis masalah, kemandirian siswa dalam belajar akan mudah terbentuk, yang
pada akhirnya akan menjadi kebiasaan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan
yang ditemuinya dalam aktivitas kehidupan nyata sehari-hari ditengah-tengah
masyarakat.
2. Kelemahan
a.
Manakala siswa tidak memiliki minat atau
tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
b.
Keberhasilan strategi pembelajaran
melalui problem solving membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan dan pelaksanaannya.
c.
Tanpa pemahaman mengapa mereka
berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak
akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.