LAPORAN PRAKTIKUM
TUMBUHAN
Oleh
SUTRYANY
1447042002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
|
|
I.
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Hewan
Secara garis
besar, dunia hewan terdiri atas dua kelompok, yaitu Invertebrata (hewan tidak
bertulang belakang) dan Vertebrata (hewan bertulang belakang).
1.
Invertebrata
Invertebrata
meliputi filum Porifera, Coelenterata,
Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida, Mollusca, Arthropoda dan Echinodermata.
a) Porifera
1
|
b)
Coelenterata
Berdasarkan
lapisan jaringan embrionya Coelenterata
masih tergolong diploblastik. Lapisan luar tubuhnya tersusun oleh sel-sel
epidermis dan lapisan dalamnya berupa gastrodermis. Lapisan dalam melapisi
rongga gastrovaskuler. Tidak seperti Porifera, Coelenterata hanya memiliki satu lubang yang berfungsi sebagai
mulut sekaligus sebagai anus. Pada lapisan epidermis terdapat sel-sel khusus
yang dapat menghasilkan sengat. Sengat ini berfungsi untuk melumpuhkan mangsa
atau membela diri saat menghadapi musuh. Di antara epidermis dan gastrodermis
terdapat lapisan mesoglea yang kadang-kadang mengandung sel. Kebanyakan Coelenterata hidup di laut, hanya
sebagian yang hidup di air tawar. Coelenterata
mengalami pergiliran keturunan/metagenesis antara fase polip dan medusa. Polip suatu
tempat, bagian distal terdapat mulut yang dikelilingi tentakel. Medusa umumnya
berbentuk seperti payung, sisi bawah bagian tengah terdapat mulut. Ruang
digesti berupa saluran-saluran radial dengan empat cabang utama yang bermuara
pada saluran sirkuler. Reproduksi Coelenterata dapat berkembang biak
secara aseksual dan seksual. Reproduksi secara aseksual dilakukan dengan membentuk
tunas, yang kemudian lepas dari induknya dan berkembang menjadi individu baru.
Reproduksi secara seksual dilakukan dengan membentuk sperma dan ovum yang melebur
menjadi zigot, lalu tumbuh menjadi individu baru. Sebagian hermaprodit (sperma
dan ovum dihasilkan oleh individu yang sama), tapi juga ada yang gonochoris (sperma
dihasilkan oleh individu yang terpisah dari individu penghasil ovum).
c)
Platyhelminthes
Platyhelminthes
disebut juga cacing pipih. Tubuh pipih, simetri bilateral, terdapat bagian
anterior (depan) dan posterior (belakang). Cacing pipih bersifat triploblastik,
artinya memiliki tiga lapisan jaringan embrional, yakni epidermis (lapisan
luar), mesodermis (lapisan tengah), dan endodermis (lapisan dalam). Hewan ini
ada yang hidup bebas, ada juga yang parasit pada hewan atau manusia. Cacing
pipih belum memiliki rongga tubuh yang sebenarnya. Namun telah memiliki sistem
ekskresi, saraf, dan reproduksi. Cacing yang parasit alat pencernaannya kurang berkembang
d)
Nemathelminthes
(cacing gilig)
Nama
lain Nemathelminthes adalah Nematoda.
Cacing yang tergolong dalam filum Nemathelminthes bentuk tubuhnya gilig (bulat
panjang), bilateral simetris, tidak bersegmen, triploblastik, dan memiliki
rongga tubuh semu (pseudoselomata).
Sebagian cacing gilig hidup bebas di air atau di tanah, dan sebagian parasit
pada hewan atau manusia. Cacing ini berukuran kecil (mikroskopis), dan tubuh
dilapisi kutikula. Saluran pencernaan sempurna, mulut di ujung anterior
dilengkapi gigi pengait dan anus di ujung posterior. Cacing ini bernapas secara
difusi melalui seluruh permukaan tubuh dan memiliki cairan mirip darah sebagai alat
transportasi. Reproduksi cacing gilig secara seksual, ovipar, dan jenis kelamin
terpisah (gonochoris). Cacing jantan berukuran lebih kecil daripada cacing
betina.
e) Annelida
Cacing
yang tergolong dalam Annelida
tubuhnya bersegmen, triploblastik (memiliki tiga lapisan jaringan embrional,
yakni ektoderm, mesoderm, dan endoderm), selomata (memiliki rongga tubuh yang
sebenarnya). Habitat annelida tersebar di darat, air tawar, maupun di laut. Sebagian
hidup bebas, beberapa di antaranya ada yang hidup sebagai parasit. Sistem
pencernaan, saraf, ekskresi, dan reproduksinya telah berkembang dengan baik. Sebagian
cacing ini mempunyai jenis kelamin terpisah (diesis, gonochoris), dan sebagian
hermaprodit. Umumnya cacing ini menghasilkan larva bersilia yang disebut trokofor
dan memiliki cairan semacam darah yang beredar dalam sistem sirkulasi
dengan sistem peredaran tertutup. Filum Annelida terdiri dari tiga kelas, yakni
Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinae.
1)
Polychaeta
Cacing
anggota kelas ini bertubuh memanjang, agak pipih dosiventral, bersegmen, dan
panjang tubuh dapat mencapai 30 cm. Hidupnya di sekitar pantai, dalam pasir
atau pada lubang-lubang batuan di daerah pasang surut. Polychaeta biasanya aktif pada malam hari. Di sisi lateral segmen
pada tubuh cacing ini terdapat rambut-rambut (setae) yang mengelompok membentuk parapodia (kaki rambut).
Parapodia ini digunakan untuk menggali pasir atau celah-celah batuan. Sistem pencernaannya
lengkap, terdiri dari mulut-esofagus cacing ini berlangsung secara difusi
melalui seluruh permukaan kulit. Sistem sirkulasi terdiri atas pembuluh darah
dorsal dan pembuluh darah ventral yang dihubungkan oleh kanal-kanal dalam tiap
segmen. Contohnya: Nereis sp.
2)
Olygochaeta
Cacing
dalam kelas ini tubuhnya gilig, bersegmen, panjang tubuh antara 10 sampai 25
cm. Tempat Olygochaeta di darat atau
di air tawar. Tiap segmen tubuhnya terdapat sedikit setae, tanpa parapodia. Mulutnya
terdapat di ujung anterior, anus di ujung posterior. Saluran pencernaannya
terdiri dari mulut dan esofagus, tembolok (ingluvies),
lambung tebal, usus halus-anus. Bagian dorsal usus halus cacing ini terdapat lipatan
internal yang disebut tiflosol. Pada esofagusnya terdapat tiga pasang kelenjar
berkapur. Pernapasan pada Olygochaeta
secara difusi melalui permukaan tubuh yang dilapisi kutikula saat basah.
Peredaran
darahnya tertutup (tubuler) dengan lima pasang jantung berotot, pembuluh darah
dorsal dan pembuluh darah ventral. Darah dipompa dari jantung melalui pembuluh darah
dorsal ke pembuluh darah ventral, lalu ke jaringan tubuh, dan kembali lagi ke
jantung. Contohnya: Lumbricus
terrestris (cacing tanah), Pheretima sp (cacing tanah). Cacing tanah
bersifat hermaprodit, meski demikian cacing tanah tidak bisa membuahi diri
sendiri (self fertilizing). Kopulasinya berlangsung secara resiprokal, terjadi
kopulasi antara dua cacing dan saling bertukar sperma, kemudian sperma
ditampung dalam kantung sperma (vesicular seminalis). Setelah fertilisasi terbentuk
kokon, kira-kira di daerah sekitar klitelum. Selanjutnya sperma membuahi ovum
membentuk zigot. Zigot-zigot yang terbentuk berkembang menjadi cacingcacing kecil
dalam kokon. Kokon biasanya diletakkan dalam tanah yang lembap agar
cacing-cacing yang masih kecil tetap bisa bertahan hidup.
f)
Mollusca
Mollusca
disebut juga binatang lunak. Hal ini karena tubuhnya lunak, tanpa rangka. Tubuh
Mollusca pada dasarnya bersifat
bilateral simetris, terbungkus dalam cangkang berkapur dari sekretnya sendiri.
Habitat cacing ini tersebar luas mulai daratan, air tawar, sampai lautan. Tubuh
diselubungi mantel, yang membatasi tubuh dengan cangkangnya. Mollusca ada yang
bercangkang/bercangkok, tapi juga ada yang tidak bercangkang. Mollusca mempunyai
sistem respirasi, reproduksi, ekskresi, dan digesti yang kompleks. Sistem
peredaran darah terbuka, jantung terdiri dari beberapa ruangan.
g) Arthropoda
Arthropoda
merupakan kelompok hewan yang kaki dan tubuhnya beruas-ruas.Tubuhnya terdiri
dari bagian kepala, dada, dan perut. Memiliki rangka luar (eksoskeleton) dari
zat kitin, yang menyebabkan tubuh Arthropoda
kuat dan kaku. Habitatnya di darat, air tawar, maupun di laut. Arthropoda ada yang hidup bebas, ada
pula yang parasit pada tumbuhan, hewan atau manusia. Arthropoda merupakan filum terbesar jika dilihat dari jumlah
anggotanya, dominan dalam dunia hewan Avertebrata, dan sebagian besar Arthropoda adalah serangga (insekta).
Alat pernapasannya bervariasi sesuai dengan habitatnya. Arthropoda darat
bernapas dengan trakea atau paru-paru buku, sedangkan yang hidup di air
bernapas dengan insang. Jenis kelamin terpisah (gonochoris). Beberapa jenis
Arthropoda mengalami parthenogenesis. Alat ekskresinya berupa nefridium yang
berpasangan, sistem saraf tangga tali.
h)
Echinodermata
(hewan berkulit duri)
Tubuh
Echinodermata radial simetris,
permukaannya ditutupi oleh kulit berduri, memiliki 5 lengan tersusun radier.
Celah mulutnya di bagian sentral. Habitat
Echinodermata di laut. Sistem pencernaannya lengkap berupa mulut,
kerongkongan, lambung, usus, dan anus. Pergerakan dilakukan dengan bantuan kaki
ambulakral. Sistem sarafnya terdiri dari cincin oral dan tali-tali saraf
radier. Echinodermata tidak memiliki
sistem respirasi dan ekskresi yang khusus. Jenis kelaminnya terpisah.
Fertilisasi hewan ini terjadi secara eksternal.
2.
Vertebrata
Hewan
Vertebrata memiliki ruas-ruas tulang belakang sebagai perkembangan dari
notokorda. Habitatnya di darat, air tawar maupun di laut. Vertebrata memiliki bentuk
kepala yang jelas dengan otak yang dilindungi oleh cranium (tulang
kepala). Memiliki rahang dua pasang dan bernapas dengan insang, paru-paru, dan kulit.
Anggota geraknya berupa sirip, sayap, kaki dan tangan, namun juga ada yang
tidak memiliki anggota gerak. Reproduksinya secara seksual, jenis kelamin
terpisah, fertilisasi eksternal atau internal, ovipar, ovovivipar, atau
vivipar. Jantung Vertebrata berkembang baik, terbagi menjadi beberapa ruangan, darahnya
mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah. Vertebrata memiliki sepasang
mata, umumnya juga memiliki sepasang telinga.
Subfilum
Vertebrata diantaranya yakni Amfibi
dikenal sebagai hewan yang hidup di dua alam, karena kemampuannya bertahan
hidup baik di darat maupun di air. Tubuh ditutupi kulit yang selalu basah dan
tidak bersisik. Sebagian besar Amfibi mengalami metamorfosis, fase larva bernapas
dengan insang dan hidup di air, setelah dewasa bernapas dengan paru-paru dan
kulit, dan hidup di darat. Jantungnya beruang tiga, terdiri dua atrium
(serambi) dan satu ventrikel (bilik). Pada Amfibi, jenis kelamin terpisah dan
pembiakan bersifat ovipar (bertelur) Ordo-ordo dalam Amfibi:
a)
Ordo Caudata
(Urodela) bentuknya seperti kadal,
berekor, bernapas dengan paru-paru, sebagian ada yang bernapas dengan insang.
Tubuhnya jelas terbagi
b)
Ordo Salientia
(Anura) adalah bangsa katak, tidak
berekor, pandai melompat. Hewan dewasa bernapas dengan paru-paru. Kepala dan
tubuh hewan ini bersa-tu, tanpa leher. Kaki depannya pendek, kaki belakang
besar dan kuat untuk melompat. Anura memiliki selaput renang pada jari-jari kaki.
Mengalami metamorfosis, fertilisasi eksternal. Contoh Bufo terrestris (katak
bangkong), Rana pipiens (katak hijau).
3. Uniseluler
Secara sederhana perbedaan antara organisme uniseluler dan
multiseluler muncul dari jumlah sel yang hadir di dalamnya. Seperti namanya,
organisme uniseluler berisi satu sel tunggal, sedangkan organisme multiselular
mengandung lebih dari satu sel di dalamnya. Semua karakteristik fisik mereka
dan sifat dapat ditelusuri ke perbedaan jumlah sel yang dikandungnya.
Organisme uniseluler karena
kehadiran hanya satu sel di dalamnya, organisme ini jauh lebih kecil dalam
ukuran dan sangat sederhana dalam struktur. Semua organisme ini jatuh di bawah
kategori 'prokariota', atau 'entitas prokariotik', karena komposisi dan
struktur tidak rumit sama sekali. Struktur yang dikenal sebagai inti sel sama
sekali tidak ada dalam organisme, dan ini menyebabkan ketidakmampuan mereka
untuk menangani luas permukaan mereka untuk rasio volume.
Kebanyakan organisme uniseluler
begitu kecil dan mikroskopis di alam, bahwa mereka hampir tak terlihat dengan
mata telanjang manusia. Mereka tidak memiliki organ internal juga, dan ini
berarti bahwa membran yang melapisi organik sekitar organ juga absen. Karena
bentuk kehidupan yang sangat sederhana mereka, ini bisa ada di daerah-daerah
yang dianggap berbahaya bagi kehidupan manusia dan sangat asam atau radioaktif
di alam. Contoh organisme uniseluler yakni Semua bentuk bakteri, amuba dan
paramecium ragi.
Organisme multiseluler di sisi
lain, organisme ini bentuk-bentuk kehidupan yang memiliki lebih dari satu sel
hadir di dalamnya. Bahkan mereka memiliki jutaan sel hadir di dalamnya. Jumlah
yang lebih besar dari sel berarti bahwa organisme ini jauh lebih besar dalam
ukuran dan sangat kompleks dan rumit dalam komposisi dan struktur. Manusia
adalah contoh terbaik dari organisme multisel, dan sejumlah besar sel menyebabkan
kelahiran organ yang berbeda untuk melaksanakan fungsi yang berbeda. Ini juga
dikenal sebagai 'eukariota' atau 'entitas eukariotik'. Inti sel yang hadir
dalam organisme dan DNA dari organisme secara terpisah ditempatkan, tidak
seperti kasus organisme uniseluler. Semua sel-sel ini bekerja secara erat
dengan satu sama lain untuk menjaga bentuk kehidupan hidup, dan ini menyebabkan
berbagai fungsi kompleks bekerja secara bersamaan.
Organisme baik dalam kategori
sangat berbeda dalam penampilan mereka, dan meskipun organisme multisel tumbuh
untuk ukuran besar beberapa dari mereka masih mikroskopis di alam. Ini juga
dikenal sebagai Myxozoa.Contoh
organisme multiseluler yakni manusia, hewan, tumbuhan, Myxozoa dan segala macam
jamur.
II.
|
|
A.
|
1. Alat dan Bahan
a.
Mikroskop
b.
Toples
c.
Air rendaman jerami
d.
Air kolam atau air selokan
e.
Pipet tetes
f.
Kaca preparat
2. Langkah Kerja
a.
Menyiapkan semua alat dan bahan yang
dibutuhkan
b.
Memotong-motong jerami, kemudian
memasukkan jerami ke dalam toples hingga ¼ bagian
c.
Memasukkan air ke dalam toples berisi
jerami.
d.
Membiarkan toples terbuka dan
menyimpannya di tempat yang tidak terkena sinar matahari selama satu minggu
e.
Mengambil satu toples air rendaman
menggunakan pipet tetes dan letakkan di kaca preparat
f.
Kemudian amati bentuk organism dan
gambarkan yang terlihat
g.
11
|
h.
Buatlah kesimpulan dari pengamatan yang
telah dilakukan
B. Pengamatan 2: Invertebrata
1. Alat dan Bahan
a.
Cacing tanah ( Pheretima sp)
b.
Belalang (valanga sp)
c.
Kaos tangan
d.
Koran bekas atau kertas
2. Langkah kerja
a.
Siapkan alat dan bahan yang diperklukan
b.
Menempatkan belalang dan cacing tanah
pada kertas koran
c.
Mengamati ciri-ciri morfologi dari
cacing tanah dan belalang
d.
Mengusahakan saat mengamati hewan tetap
dalam keadaan hidup
e.
Menggambarkan dan memberi keterangan
bagian-bagian tubuh hewan yang di amati
f.
Mengembalikan ke habitat hewan yang
telah diamati
g.
Membuat kesimpulan dari pengamatan yang
telah dilakukan
C. Pengamatan 3 : Vertebrata
1. Alat dan Bahan
a.
Botol pembunuh
b.
Baki bedah
c.
Pentul 4 buah
d.
Alat bedah(gunting, sedotan minuman,
pinset, scalpel dan botol pembunuh).
e.
Kapas
f.
Katak sawah
g.
Alkohol (pembius)
3. Langkah kerja
1.
Pengamatan
luar
a.
Mematikan
katak
Mengambil segumpal
kapas (sebesar ruas empu jari tangan), membasahi dengan alkohol, lalu
memasukkan kedalam botol pembunuhan, kemudian memasukkan katak ke dalam botol
tersebut, lalu menutup dengan rapat dan membiarkan sampai katak terbius
b.
Mengeluarkan
katak yang telah terbius dan meletakkannya di atas baki bedah. Membiarkan kapas
dalam botol dan menutup botol dengan rapat (uapnya berbahaya)
c.
Mengamati
bagian luar katak
1)
Mata,
kelopak dan selaput tidur
2)
Lubang
hidung luar
3)
Selaput
pendengar
4)
Celah
mulut
5)
Tungkai
depan
6)
Lengan
atas
7)
Lengan
bawah
8)
Telapak
9)
Jari-jari
10)
Tungkai
belakang
11)
Paha
12)
Betis
13)
Telapak
bersatu
14)
Jari-jari
berselaput renang
15)
Kloaka
16)
Meraba
permukaan kulit dan memperhatikan warnanya
d.
Menggambar
dari arah punggung dan memberi nama bagian-bagian
e.
Membuat
kesimpulan hasil pengamatan
2.
Pengamatan
sistem pencernaan
a.
Membuka
rongga mulut dengan scalpetdan
pinset, sehingga rongga mulut terbuka. Mengamati bentuk gigi, meraba dengan
jari pada rahang atas dan gigi vomer pada langit-langit.
b.
Dengan
pinset lidahnya ditarik keluar, mengamati bentuk dan perlekatannya (cacat).
c.
Selanjutnya
pengamatan rongga perut yang berisi jeroan. Mengamati bentuk dan warnanya:
1)
Hati
sebelah kanan ada berapa lobus, mencari kantung empedu, bagaimana warnanya.
2)
Lambung
di sebelah kiri hati, mengangkat sedikit akan tampak duodenum dan pankreas.
3)
Runut
terus usus halus sampai usus tebal. Memperhatikan pertemuannya.
4)
Rektum
yang belok ke kloaka.
d.
Membuat
kesimpulan hasil pengamatan.
3.
Pengamatan
sistem peredaran darah
a.
Arah
kepala dari hati, tampak jantung dalam selaput.
b.
Menusuk
selaput pembungkus jantung dengan jarum atau ujung scalpet sampai pecah, mengamati bentuk dan bagian:
1)
Bilik
(ventrikel)
2)
Serambi
(antrium) kiri dan kanan
3)
Pembuluh
nadi utama (truncus arteriocus) yang
keluar dari vartikel kemudian bercabang menjadi dua aorta(kiri dan kanan).
4)
Menggambar
bagian jantung dan memberinya nama pada bagian tersebut.
c.
Membuat
kesimpulan hasil pengamatan.
III.
|
|
A.
Hasil
Pengamatan Praktikum 1 : Uniseluler
17
|
B. Hasil Pengamatan Praktikum 2 : Invertebrata
C. Hasil Pengamatan Praktikum 3 : Vertebrata
IV.
|
|
A.
Analisis
Pengamatan 1: Uniseluler
Praktikum
yang telah diamati yakni uniseluler. Pertama menyiapkan alat dan bahan yaitu mikroskop,
toples, air rendaman jerami, air kolam atau air selokan, pipet tetes, dan kaca
preparat. Kedua memotong-motong jerami, kemudian memasukkan jerami ke dalam
toples hingga ¼ bagian. Ketiga, memasukkan air ke dalam toples berisi jerami
dan membiarkan toples terbuka dan menyimpannya di tempat yang tidak terkena
sinar matahari selama satu minggu. Keempat adalah mengambil satu toples air
rendaman menggunakan pipet tetes dan letakkan di kaca preparat dan kemudian
amati bentuk organism dan gambarkan yang terlihat. Kelima adalah mengambil
beberapa tetes air selokan dan tempatkan di kaca preparat, mengamati dan menggambarkan
organisme yang terdapat pada air selokan menggunakan mikroskop.
Hasil
pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum diatas, air rendaman jerami
menghasilkan paramecium yang merupakan hewan uniseluler yang terdapat dalam
keluarga ciliata yang bergerak dengan bulu getar, air selokan menghasilkan
euglena. Menerapkan hewan uniseluler. Yang termasuk dalam flagellata atau
bergerak dengan bulu getar.
Kesimpulan
dari praktikum tersebut, air rendaman jerami menghasilkan paramecium yang berbeda dengan air selokan, karena dalam air
selokan mengandung lebih banyak organik.
20
|
B. Analisis Pengamatan 2: Invertebrata
Praktikum
yang telah diamati adalah invertebrate. Langkah pertama adalah menyiapkan alat
dan bahan yakni cacing tanah ( pheretima
sp), belalang (valanga sp), kaos
tangan, dan koran bekas atau kertas. Kedua adalah menempatkan belalang dan
cacing tanah pada kertas Koran dan mengamati ciri-ciri morfologi dari cacing
tanah dan belalang. Langkah ketiga adalah mengusahakan saat mengamati hewan
tetap dalam keadaan hidup dan bahakan menggambarkan dan memberi keterangan
bagian-bagian tubuh hewan yang di amati. Langkah keempat adalah mengembalikan
ke habitat hewan yang telah diamati.
Hasil
pengamat dari praktikum tersebut, cacing dan belalang termasuk dalam hewan
invertebrate atau hewan yang tidak bertulang belakang serta memiliki struktur
anatomi yang sederhana.
Kesimpulan
dari praktikum tersebut cacing dan belalang termasuk dalam kelompok invertebrata
karena tidak memiliki tulang belakang.
C. Analisis Pengamatan 3: Vertebrata
Pengamatan
yang telah dilakukan adalah vertebrata. Langkah pertama adalah menyiapkan alat
dan bahan yakni botol pembunuh, baki bedah, pentul 4 buah, alat bedah(gunting,
sedotan minuman, pinset, scalpel dan botol pembunuh) dan kapas, katak sawah,
dan alkohol (pembius). Langkah kedua adalah mematikan katak dengan mengambil segumpal kapas (sebesar ruas empu jari tangan),
membasahi dengan alkohol, lalu memasukkan kedalam botol pembunuhan, kemudian
memasukkan katak ke dalam botol tersebut, lalu menutup dengan rapat dan
membiarkan sampai katak terbius. Langkah ketiga adalah mengeluarkan katak yang telah terbius dan meletakkannya
di atas baki bedah. membiarkan kapas dalam botol dan menutup botol dengan rapat
(uapnya berbahaya). Langkah keempat adalah mengamati bagian luar katak dan bagian
dalam katak.
Hasil pengamatan yang telah
dilakukan dari praktikum di atas adalah katak memiliki atrium kanan, arteri,
vertical, paru-paru kiri, paru-paru kanan, empedu, hati, usus besar, usus
halus, ovary. Kesimpulan dari hasil praktikum ini adalah katak termasuk hewan vertebrata yaitu pada kelas amfibi,
memiliki sistem pernafasan, sistem pencernaan, sistem ekskresi dan sistem
peredaran darah lengkap dan kompleks.
V.
|
A.
Kesimpulan
Pengamatan 1: Uniseluler
Pengamatan
yang telah dilakukan bahwa air rendaman jerami menghasilkan paramecium dan air selokan mengandung
lebih banyak organik.
B.
Kesimpulan
Pengamatan 2: Invertebrata
Pengamatan
yang telah dilakukan bahwa cacing dan belalang termasuk dalam hewan yang tidak
bertulang belakang dan memiliki struktur anatomi yang sederhana.
C. Kesimpulan Pengamatan 3: Vertebrata
Pengamatan
yang telah dilakukan bahwa katak
termasuk hewan vertebrata pada kelas amfibi
yang memiliki sistem pernafasan,
pencernaan, ekskresi dan sistem peredaran darah lengkap dan kompleks.
23
|
DAFTAR PUSTAKA
Subardi. dkk 2009. Biologi 1 untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta
: Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Sulistyorini Ari. dkk 2009. Biologi 1 untuk SMA
Kelas X. Jakarta : Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional.
https://dasistalovers.wordpress.com/2010/03/01/
makalah-hewan-vertebrata dan invertebrata/.
posting pada tanggal 4 april 2016, pada jam 5.31.
http://sukasains.com/materi/mengenal-hewan-tak-bertulang-belakang
avertebrata/ di posting pada tanggal 4 april 2016,
pada jam 6.22.
No comments:
Post a Comment