Monday, 11 April 2016

Laporan Praktikum Hewan ( semester 4 )




LAPORAN PRAKTIKUM






TUMBUHAN




Oleh


SUTRYANY
1447042002







PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2016


Judul : Hewan
I.          KAJIAN PUSTAKA
A.    Hewan
Secara garis besar, dunia hewan terdiri atas dua kelompok, yaitu Invertebrata (hewan tidak bertulang belakang) dan Vertebrata (hewan bertulang belakang).
1.      Invertebrata
Invertebrata meliputi filum Porifera, Coelenterata, Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida, Mollusca, Arthropoda dan Echinodermata.
a)      Porifera
1
Porifera merupakan metazoa, permukaan tubuhnya berpori, dan hidup dalam air, terutama di laut. Bentuk tubuh seperti vas bunga atau tabung. Dilihat dari jumlah lapisan jaringan embrionalnya Porifera tergolong diploblastik. Pada dinding tubuhnya, lapisan luar terdiri dari sel-sel epidermis atau pinakosit dan lapisan dalam (endodermis) tersusun oleh sel-sel leher atau koanosit. Di antara epidermis dan endodermis terdapat lapisan tengah semacam gelatin, yang di dalamnya terdapat sel-sel menyerupai amoeba (amoebosit) dan bahan pembentuk rangka tubuh. Lapisan tengah ini sering disebut mesenkim. Bahan pembentuk rangka tubuh Porifera ada 2 macam, yaitu spikula dan spongin. Bahan penyusun spikula dapat berupa zat kapur, atau zat kersik/silica. Bahan penyusun spongin adalah protein. Macam pembentuk rangka tubuh merupakan salah satu dasar klasifikasi Porifera. Pori-pori yang terdapat di permukaan tubuh disebut ostium, merupakan celah tempat masuknya air yang membawa zat makanan. Pori tersebut berlanjut ke rongga tubuh yang disebut spongosoel atau atrium. Bila air yang masuk ke spongosoel membawa zat makanan, zat-zat ini akan dialirkan dan selanjutnya dicerna oleh sel-sel koanosit, sisanya dibuang kembali ke spongosoel yang akhirnya akan dibuang ke luar tubuh melalui lubang oskulum. Reproduksi Porifera bersifat hermaprodit, koanosit menghasilkan spermatozoid dan amoebosit menghasilkan ovum. Jika spermatozoid membuahi ovum akan membentuk zigot yang dapat berkembang menjadi embrio. Embrio akan keluar dari induk melalui oskulum, kemudian melekat di suatu tempat menjadi individu baru. Reproduksi aseksual dilakukan dengan membentuk tunas eksternal atau tunas internal (gemmula). Jika kondisi lingkungan buruk, hewan induk mati dan gemmula akan bertahan serta kelak akan tumbuh menjadi individu baru.
b)      Coelenterata
Berdasarkan lapisan jaringan embrionya Coelenterata masih tergolong diploblastik. Lapisan luar tubuhnya tersusun oleh sel-sel epidermis dan lapisan dalamnya berupa gastrodermis. Lapisan dalam melapisi rongga gastrovaskuler. Tidak seperti Porifera, Coelenterata hanya memiliki satu lubang yang berfungsi sebagai mulut sekaligus sebagai anus. Pada lapisan epidermis terdapat sel-sel khusus yang dapat menghasilkan sengat. Sengat ini berfungsi untuk melumpuhkan mangsa atau membela diri saat menghadapi musuh. Di antara epidermis dan gastrodermis terdapat lapisan mesoglea yang kadang-kadang mengandung sel. Kebanyakan Coelenterata hidup di laut, hanya sebagian yang hidup di air tawar. Coelenterata mengalami pergiliran keturunan/metagenesis antara fase polip dan medusa. Polip suatu tempat, bagian distal terdapat mulut yang dikelilingi tentakel. Medusa umumnya berbentuk seperti payung, sisi bawah bagian tengah terdapat mulut. Ruang digesti berupa saluran-saluran radial dengan empat cabang utama yang bermuara pada saluran sirkuler. Reproduksi Coelenterata dapat berkembang biak secara aseksual dan seksual. Reproduksi secara aseksual dilakukan dengan membentuk tunas, yang kemudian lepas dari induknya dan berkembang menjadi individu baru. Reproduksi secara seksual dilakukan dengan membentuk sperma dan ovum yang melebur menjadi zigot, lalu tumbuh menjadi individu baru. Sebagian hermaprodit (sperma dan ovum dihasilkan oleh individu yang sama), tapi juga ada yang gonochoris (sperma dihasilkan oleh individu yang terpisah dari individu penghasil ovum).
c)      Platyhelminthes
Platyhelminthes disebut juga cacing pipih. Tubuh pipih, simetri bilateral, terdapat bagian anterior (depan) dan posterior (belakang). Cacing pipih bersifat triploblastik, artinya memiliki tiga lapisan jaringan embrional, yakni epidermis (lapisan luar), mesodermis (lapisan tengah), dan endodermis (lapisan dalam). Hewan ini ada yang hidup bebas, ada juga yang parasit pada hewan atau manusia. Cacing pipih belum memiliki rongga tubuh yang sebenarnya. Namun telah memiliki sistem ekskresi, saraf, dan reproduksi. Cacing yang parasit alat pencernaannya kurang berkembang
d)     Nemathelminthes (cacing gilig)
Nama lain Nemathelminthes adalah Nematoda. Cacing yang tergolong dalam filum Nemathelminthes bentuk tubuhnya gilig (bulat panjang), bilateral simetris, tidak bersegmen, triploblastik, dan memiliki rongga tubuh semu (pseudoselomata). Sebagian cacing gilig hidup bebas di air atau di tanah, dan sebagian parasit pada hewan atau manusia. Cacing ini berukuran kecil (mikroskopis), dan tubuh dilapisi kutikula. Saluran pencernaan sempurna, mulut di ujung anterior dilengkapi gigi pengait dan anus di ujung posterior. Cacing ini bernapas secara difusi melalui seluruh permukaan tubuh dan memiliki cairan mirip darah sebagai alat transportasi. Reproduksi cacing gilig secara seksual, ovipar, dan jenis kelamin terpisah (gonochoris). Cacing jantan berukuran lebih kecil daripada cacing betina.
e)      Annelida
Cacing yang tergolong dalam Annelida tubuhnya bersegmen, triploblastik (memiliki tiga lapisan jaringan embrional, yakni ektoderm, mesoderm, dan endoderm), selomata (memiliki rongga tubuh yang sebenarnya). Habitat annelida tersebar di darat, air tawar, maupun di laut. Sebagian hidup bebas, beberapa di antaranya ada yang hidup sebagai parasit. Sistem pencernaan, saraf, ekskresi, dan reproduksinya telah berkembang dengan baik. Sebagian cacing ini mempunyai jenis kelamin terpisah (diesis, gonochoris), dan sebagian hermaprodit. Umumnya cacing ini menghasilkan larva bersilia yang disebut trokofor dan memiliki cairan semacam darah yang beredar dalam sistem sirkulasi dengan sistem peredaran tertutup. Filum Annelida terdiri dari tiga kelas, yakni Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinae.
1)      Polychaeta
Cacing anggota kelas ini bertubuh memanjang, agak pipih dosiventral, bersegmen, dan panjang tubuh dapat mencapai 30 cm. Hidupnya di sekitar pantai, dalam pasir atau pada lubang-lubang batuan di daerah pasang surut. Polychaeta biasanya aktif pada malam hari. Di sisi lateral segmen pada tubuh cacing ini terdapat rambut-rambut (setae) yang mengelompok membentuk parapodia (kaki rambut). Parapodia ini digunakan untuk menggali pasir atau celah-celah batuan. Sistem pencernaannya lengkap, terdiri dari mulut-esofagus cacing ini berlangsung secara difusi melalui seluruh permukaan kulit. Sistem sirkulasi terdiri atas pembuluh darah dorsal dan pembuluh darah ventral yang dihubungkan oleh kanal-kanal dalam tiap segmen. Contohnya: Nereis sp.
2)      Olygochaeta
Cacing dalam kelas ini tubuhnya gilig, bersegmen, panjang tubuh antara 10 sampai 25 cm. Tempat Olygochaeta di darat atau di air tawar. Tiap segmen tubuhnya terdapat sedikit setae, tanpa parapodia. Mulutnya terdapat di ujung anterior, anus di ujung posterior. Saluran pencernaannya terdiri dari mulut dan esofagus, tembolok (ingluvies), lambung tebal, usus halus-anus. Bagian dorsal usus halus cacing ini terdapat lipatan internal yang disebut tiflosol. Pada esofagusnya terdapat tiga pasang kelenjar berkapur. Pernapasan pada Olygochaeta secara difusi melalui permukaan tubuh yang dilapisi kutikula saat basah.
Peredaran darahnya tertutup (tubuler) dengan lima pasang jantung berotot, pembuluh darah dorsal dan pembuluh darah ventral. Darah dipompa dari jantung melalui pembuluh darah dorsal ke pembuluh darah ventral, lalu ke jaringan tubuh, dan kembali lagi ke jantung.  Contohnya: Lumbricus terrestris (cacing tanah), Pheretima sp (cacing tanah). Cacing tanah bersifat hermaprodit, meski demikian cacing tanah tidak bisa membuahi diri sendiri (self fertilizing). Kopulasinya berlangsung secara resiprokal, terjadi kopulasi antara dua cacing dan saling bertukar sperma, kemudian sperma ditampung dalam kantung sperma (vesicular seminalis). Setelah fertilisasi terbentuk kokon, kira-kira di daerah sekitar klitelum. Selanjutnya sperma membuahi ovum membentuk zigot. Zigot-zigot yang terbentuk berkembang menjadi cacingcacing kecil dalam kokon. Kokon biasanya diletakkan dalam tanah yang lembap agar cacing-cacing yang masih kecil tetap bisa bertahan hidup.
f)        Mollusca
Mollusca disebut juga binatang lunak. Hal ini karena tubuhnya lunak, tanpa rangka. Tubuh Mollusca pada dasarnya bersifat bilateral simetris, terbungkus dalam cangkang berkapur dari sekretnya sendiri. Habitat cacing ini tersebar luas mulai daratan, air tawar, sampai lautan. Tubuh diselubungi mantel, yang membatasi tubuh dengan cangkangnya. Mollusca ada yang bercangkang/bercangkok, tapi juga ada yang tidak bercangkang. Mollusca mempunyai sistem respirasi, reproduksi, ekskresi, dan digesti yang kompleks. Sistem peredaran darah terbuka, jantung terdiri dari beberapa ruangan.
g)      Arthropoda
Arthropoda merupakan kelompok hewan yang kaki dan tubuhnya beruas-ruas.Tubuhnya terdiri dari bagian kepala, dada, dan perut. Memiliki rangka luar (eksoskeleton) dari zat kitin, yang menyebabkan tubuh Arthropoda kuat dan kaku. Habitatnya di darat, air tawar, maupun di laut. Arthropoda ada yang hidup bebas, ada pula yang parasit pada tumbuhan, hewan atau manusia. Arthropoda merupakan filum terbesar jika dilihat dari jumlah anggotanya, dominan dalam dunia hewan Avertebrata, dan sebagian besar Arthropoda adalah serangga (insekta). Alat pernapasannya bervariasi sesuai dengan habitatnya. Arthropoda darat bernapas dengan trakea atau paru-paru buku, sedangkan yang hidup di air bernapas dengan insang. Jenis kelamin terpisah (gonochoris). Beberapa jenis Arthropoda mengalami parthenogenesis. Alat ekskresinya berupa nefridium yang berpasangan, sistem saraf tangga tali.
h)      Echinodermata (hewan berkulit duri)
Tubuh Echinodermata radial simetris, permukaannya ditutupi oleh kulit berduri, memiliki 5 lengan tersusun radier. Celah mulutnya di bagian sentral. Habitat Echinodermata di laut. Sistem pencernaannya lengkap berupa mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan anus. Pergerakan dilakukan dengan bantuan kaki ambulakral. Sistem sarafnya terdiri dari cincin oral dan tali-tali saraf radier. Echinodermata tidak memiliki sistem respirasi dan ekskresi yang khusus. Jenis kelaminnya terpisah. Fertilisasi hewan ini terjadi secara eksternal.
2.      Vertebrata
Hewan Vertebrata memiliki ruas-ruas tulang belakang sebagai perkembangan dari notokorda. Habitatnya di darat, air tawar maupun di laut. Vertebrata memiliki bentuk kepala yang jelas dengan otak yang dilindungi oleh cranium (tulang kepala). Memiliki rahang dua pasang dan bernapas dengan insang, paru-paru, dan kulit. Anggota geraknya berupa sirip, sayap, kaki dan tangan, namun juga ada yang tidak memiliki anggota gerak. Reproduksinya secara seksual, jenis kelamin terpisah, fertilisasi eksternal atau internal, ovipar, ovovivipar, atau vivipar. Jantung Vertebrata berkembang baik, terbagi menjadi beberapa ruangan, darahnya mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah. Vertebrata memiliki sepasang mata, umumnya juga memiliki sepasang telinga.
Subfilum Vertebrata diantaranya yakni  Amfibi dikenal sebagai hewan yang hidup di dua alam, karena kemampuannya bertahan hidup baik di darat maupun di air. Tubuh ditutupi kulit yang selalu basah dan tidak bersisik. Sebagian besar Amfibi mengalami metamorfosis, fase larva bernapas dengan insang dan hidup di air, setelah dewasa bernapas dengan paru-paru dan kulit, dan hidup di darat. Jantungnya beruang tiga, terdiri dua atrium (serambi) dan satu ventrikel (bilik). Pada Amfibi, jenis kelamin terpisah dan pembiakan bersifat ovipar (bertelur) Ordo-ordo dalam Amfibi:
a)      Ordo Caudata (Urodela) bentuknya seperti kadal, berekor, bernapas dengan paru-paru, sebagian ada yang bernapas dengan insang. Tubuhnya jelas terbagi
b)      Ordo Salientia (Anura)  adalah bangsa katak, tidak berekor, pandai melompat. Hewan dewasa bernapas dengan paru-paru. Kepala dan tubuh hewan ini bersa-tu, tanpa leher. Kaki depannya pendek, kaki belakang besar dan kuat untuk melompat. Anura memiliki selaput renang pada jari-jari kaki. Mengalami metamorfosis, fertilisasi eksternal. Contoh Bufo terrestris (katak bangkong), Rana pipiens (katak hijau).
3.      Uniseluler
Secara sederhana perbedaan antara organisme uniseluler dan multiseluler muncul dari jumlah sel yang hadir di dalamnya. Seperti namanya, organisme uniseluler berisi satu sel tunggal, sedangkan organisme multiselular mengandung lebih dari satu sel di dalamnya. Semua karakteristik fisik mereka dan sifat dapat ditelusuri ke perbedaan jumlah sel yang dikandungnya.
Organisme uniseluler karena kehadiran hanya satu sel di dalamnya, organisme ini jauh lebih kecil dalam ukuran dan sangat sederhana dalam struktur. Semua organisme ini jatuh di bawah kategori 'prokariota', atau 'entitas prokariotik', karena komposisi dan struktur tidak rumit sama sekali. Struktur yang dikenal sebagai inti sel sama sekali tidak ada dalam organisme, dan ini menyebabkan ketidakmampuan mereka untuk menangani luas permukaan mereka untuk rasio volume.
Kebanyakan organisme uniseluler begitu kecil dan mikroskopis di alam, bahwa mereka hampir tak terlihat dengan mata telanjang manusia. Mereka tidak memiliki organ internal juga, dan ini berarti bahwa membran yang melapisi organik sekitar organ juga absen. Karena bentuk kehidupan yang sangat sederhana mereka, ini bisa ada di daerah-daerah yang dianggap berbahaya bagi kehidupan manusia dan sangat asam atau radioaktif di alam. Contoh organisme uniseluler yakni Semua bentuk bakteri, amuba dan paramecium ragi.
Organisme multiseluler di sisi lain, organisme ini bentuk-bentuk kehidupan yang memiliki lebih dari satu sel hadir di dalamnya. Bahkan mereka memiliki jutaan sel hadir di dalamnya. Jumlah yang lebih besar dari sel berarti bahwa organisme ini jauh lebih besar dalam ukuran dan sangat kompleks dan rumit dalam komposisi dan struktur. Manusia adalah contoh terbaik dari organisme multisel, dan sejumlah besar sel menyebabkan kelahiran organ yang berbeda untuk melaksanakan fungsi yang berbeda. Ini juga dikenal sebagai 'eukariota' atau 'entitas eukariotik'. Inti sel yang hadir dalam organisme dan DNA dari organisme secara terpisah ditempatkan, tidak seperti kasus organisme uniseluler. Semua sel-sel ini bekerja secara erat dengan satu sama lain untuk menjaga bentuk kehidupan hidup, dan ini menyebabkan berbagai fungsi kompleks bekerja secara bersamaan.
Organisme baik dalam kategori sangat berbeda dalam penampilan mereka, dan meskipun organisme multisel tumbuh untuk ukuran besar beberapa dari mereka masih mikroskopis di alam. Ini juga dikenal sebagai Myxozoa.Contoh organisme multiseluler yakni manusia, hewan, tumbuhan, Myxozoa dan segala macam jamur.








  II.    


PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A.   

Pengamatan 1: Uniseluler
1.    Alat dan Bahan
a.    Mikroskop
b.    Toples
c.    Air rendaman jerami
d.   Air kolam atau air selokan
e.    Pipet tetes
f.     Kaca preparat
2.    Langkah Kerja
a.    Menyiapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan
b.    Memotong-motong jerami, kemudian memasukkan jerami ke dalam toples hingga ¼ bagian
c.    Memasukkan air ke dalam toples berisi jerami.
d.   Membiarkan toples terbuka dan menyimpannya di tempat yang tidak terkena sinar matahari selama satu minggu
e.    Mengambil satu toples air rendaman menggunakan pipet tetes dan letakkan di kaca preparat
f.     Kemudian amati bentuk organism dan gambarkan yang terlihat
g.   
11
Mengambil beberapa tetes air selokan dan tempatkan di kaca preparat, mengamati dan menggambarkan organisme yang terdapat pada air selokan menggunakan mikroskop
h.    Buatlah kesimpulan dari pengamatan yang telah dilakukan





















B.  Pengamatan 2: Invertebrata
1.    Alat dan Bahan
a.    Cacing tanah ( Pheretima sp)
b.    Belalang (valanga sp)
c.    Kaos tangan
d.   Koran bekas atau kertas
2.    Langkah kerja
a.    Siapkan alat dan bahan yang diperklukan
b.    Menempatkan belalang dan cacing tanah pada kertas koran
c.    Mengamati ciri-ciri morfologi dari cacing tanah dan belalang
d.   Mengusahakan saat mengamati hewan tetap dalam keadaan hidup
e.    Menggambarkan dan memberi keterangan bagian-bagian tubuh hewan yang di amati
f.     Mengembalikan ke habitat hewan yang telah diamati
g.    Membuat kesimpulan dari pengamatan yang telah dilakukan







C.  Pengamatan 3 : Vertebrata
1.    Alat dan Bahan
a.    Botol pembunuh
b.    Baki bedah
c.    Pentul 4 buah
d.   Alat bedah(gunting, sedotan minuman, pinset, scalpel dan botol pembunuh).
e.    Kapas
f.     Katak sawah
g.    Alkohol (pembius)
3.    Langkah kerja
1.        Pengamatan luar
a.         Mematikan katak
Mengambil segumpal kapas (sebesar ruas empu jari tangan), membasahi dengan alkohol, lalu memasukkan kedalam botol pembunuhan, kemudian memasukkan katak ke dalam botol tersebut, lalu menutup dengan rapat dan membiarkan sampai katak terbius
b.        Mengeluarkan katak yang telah terbius dan meletakkannya di atas baki bedah. Membiarkan kapas dalam botol dan menutup botol dengan rapat (uapnya berbahaya)
c.         Mengamati bagian luar katak
1)        Mata, kelopak dan selaput tidur
2)        Lubang hidung luar
3)        Selaput pendengar
4)        Celah mulut
5)        Tungkai depan
6)        Lengan atas
7)        Lengan bawah
8)        Telapak
9)        Jari-jari
10)    Tungkai belakang
11)    Paha
12)    Betis
13)    Telapak bersatu
14)    Jari-jari berselaput renang
15)    Kloaka
16)    Meraba permukaan kulit dan memperhatikan warnanya
d.        Menggambar dari arah punggung dan memberi nama bagian-bagian
e.         Membuat kesimpulan hasil pengamatan
2.        Pengamatan sistem pencernaan
a.         Membuka rongga mulut dengan scalpetdan pinset, sehingga rongga mulut terbuka. Mengamati bentuk gigi, meraba dengan jari pada rahang atas dan gigi vomer pada langit-langit.
b.        Dengan pinset lidahnya ditarik keluar, mengamati bentuk dan perlekatannya (cacat).
c.         Selanjutnya pengamatan rongga perut yang berisi jeroan. Mengamati bentuk dan warnanya:
1)        Hati sebelah kanan ada berapa lobus, mencari kantung empedu, bagaimana warnanya.
2)        Lambung di sebelah kiri hati, mengangkat sedikit akan tampak duodenum dan pankreas.
3)        Runut terus usus halus sampai usus tebal. Memperhatikan pertemuannya.
4)        Rektum yang belok ke kloaka.
d.        Membuat kesimpulan hasil pengamatan.
3.        Pengamatan sistem peredaran darah
a.         Arah kepala dari hati, tampak jantung dalam selaput.
b.        Menusuk selaput pembungkus jantung dengan jarum atau ujung scalpet sampai pecah, mengamati bentuk dan bagian:
1)        Bilik (ventrikel)
2)        Serambi (antrium) kiri dan kanan
3)        Pembuluh nadi utama (truncus arteriocus) yang keluar dari vartikel kemudian bercabang menjadi dua aorta(kiri dan kanan).
4)        Menggambar bagian jantung dan memberinya nama pada bagian tersebut.
c.         Membuat kesimpulan hasil pengamatan.



III.


HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM
A.    Hasil Pengamatan Praktikum 1 : Uniseluler













17
 

B.  Hasil Pengamatan Praktikum 2 : Invertebrata















C.  Hasil Pengamatan Praktikum 3 : Vertebrata















IV.  


 ANALISIS HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM
A.    Analisis Pengamatan 1: Uniseluler
Praktikum yang telah diamati yakni uniseluler. Pertama menyiapkan alat dan bahan yaitu mikroskop, toples, air rendaman jerami, air kolam atau air selokan, pipet tetes, dan kaca preparat. Kedua memotong-motong jerami, kemudian memasukkan jerami ke dalam toples hingga ¼ bagian. Ketiga, memasukkan air ke dalam toples berisi jerami dan membiarkan toples terbuka dan menyimpannya di tempat yang tidak terkena sinar matahari selama satu minggu. Keempat adalah mengambil satu toples air rendaman menggunakan pipet tetes dan letakkan di kaca preparat dan kemudian amati bentuk organism dan gambarkan yang terlihat. Kelima adalah mengambil beberapa tetes air selokan dan tempatkan di kaca preparat, mengamati dan menggambarkan organisme yang terdapat pada air selokan menggunakan mikroskop.
Hasil pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum diatas, air rendaman jerami menghasilkan paramecium yang merupakan hewan uniseluler yang terdapat dalam keluarga ciliata yang bergerak dengan bulu getar, air selokan menghasilkan euglena. Menerapkan hewan uniseluler. Yang termasuk dalam flagellata atau bergerak dengan bulu getar.
Kesimpulan dari praktikum tersebut, air rendaman jerami menghasilkan paramecium yang berbeda dengan air selokan, karena dalam air selokan mengandung lebih banyak organik.  
20
 

B.     Analisis Pengamatan 2: Invertebrata
Praktikum yang telah diamati adalah invertebrate. Langkah pertama adalah menyiapkan alat dan bahan yakni cacing tanah ( pheretima sp), belalang (valanga sp), kaos tangan, dan koran bekas atau kertas. Kedua adalah menempatkan belalang dan cacing tanah pada kertas Koran dan mengamati ciri-ciri morfologi dari cacing tanah dan belalang. Langkah ketiga adalah mengusahakan saat mengamati hewan tetap dalam keadaan hidup dan bahakan menggambarkan dan memberi keterangan bagian-bagian tubuh hewan yang di amati. Langkah keempat adalah mengembalikan ke habitat hewan yang telah diamati.
Hasil pengamat dari praktikum tersebut, cacing dan belalang termasuk dalam hewan invertebrate atau hewan yang tidak bertulang belakang serta memiliki struktur anatomi yang sederhana.
Kesimpulan dari praktikum tersebut cacing dan belalang termasuk dalam kelompok invertebrata karena tidak memiliki tulang belakang.
C.    Analisis  Pengamatan 3: Vertebrata
Pengamatan yang telah dilakukan adalah vertebrata. Langkah pertama adalah menyiapkan alat dan bahan yakni botol pembunuh, baki bedah, pentul 4 buah, alat bedah(gunting, sedotan minuman, pinset, scalpel dan botol pembunuh) dan kapas, katak sawah, dan alkohol (pembius). Langkah kedua adalah mematikan katak dengan mengambil segumpal kapas (sebesar ruas empu jari tangan), membasahi dengan alkohol, lalu memasukkan kedalam botol pembunuhan, kemudian memasukkan katak ke dalam botol tersebut, lalu menutup dengan rapat dan membiarkan sampai katak terbius. Langkah ketiga adalah mengeluarkan katak yang telah terbius dan meletakkannya di atas baki bedah. membiarkan kapas dalam botol dan menutup botol dengan rapat (uapnya berbahaya). Langkah keempat adalah mengamati bagian luar katak dan bagian dalam katak.
Hasil pengamatan yang telah dilakukan dari praktikum di atas adalah katak memiliki atrium kanan, arteri, vertical, paru-paru kiri, paru-paru kanan, empedu, hati, usus besar, usus halus, ovary. Kesimpulan dari hasil praktikum ini adalah katak termasuk hewan vertebrata yaitu pada kelas amfibi, memiliki sistem pernafasan, sistem pencernaan, sistem ekskresi dan sistem peredaran darah lengkap dan kompleks.











V.     

  KESIMPULAN
A.    Kesimpulan Pengamatan 1: Uniseluler
Pengamatan yang telah dilakukan bahwa air rendaman jerami menghasilkan paramecium dan air selokan mengandung lebih banyak organik. 
B.     Kesimpulan Pengamatan 2: Invertebrata
Pengamatan yang telah dilakukan bahwa cacing dan belalang termasuk dalam hewan yang tidak bertulang belakang dan memiliki struktur anatomi yang sederhana.
C.    Kesimpulan Pengamatan 3: Vertebrata
Pengamatan yang telah dilakukan bahwa katak termasuk hewan vertebrata  pada kelas amfibi yang memiliki sistem pernafasan, pencernaan, ekskresi dan sistem peredaran darah lengkap dan kompleks.







23
 

DAFTAR PUSTAKA
Subardi. dkk 2009. Biologi 1 untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta : Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Sulistyorini Ari. dkk 2009. Biologi 1 untuk SMA Kelas X. Jakarta : Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional.

http://sukasains.com/materi/mengenal-hewan-tak-bertulang-belakang avertebrata/ di posting pada tanggal 4 april 2016, pada jam 6.22.
  

No comments:

Post a Comment

Hakikat Konsep serta Pentingnya Kesadaran dalam Perspektif Global (unm)

MAKALAH  PERSPEKTIF GLOBAL (  Hakikat dan Konsep serta Pentingnya Kesadaran dalam Perspektif Global ) ...