Wednesday 22 April 2015

MAKALAH STRATEGI PEMBELAKJARAN KELOMPOK 1

STANDAR PROSES  PENDIDIKAN DAN GURU DALAM PENCAPAIAN 
STANDAR PROSES PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang
Penetapan standar proses pendidikan merupakan kebijakan yang sangat penting dan strategis untuk pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan. Melalui standar proses pendidikan setiap guru dan/atau pengelola sekolah dapat menentukan bagaimana seharusnya proses pembelajaran berlangsung.
Proses pembelajaran adalah merupakan suatu sistem. Dengan demikian, pencapaian standar proses untuk meningkatkan kualitas pendidikan dapat dimulai dari menganalisis setiap komponen yang dapat membentuk dan mempengaruhi proses pembelajaran. Begitu banyak komponen yang dapat mempengaruhi kualitas pendidikan, namun demikian, tidak mungkin upaya meningkatkan kualitas dilakukan dengan memperbaiki setiap komponen-komponen itu keberadaannnya terpencar, juga kita sulit menentukan kadar keterpengaruhan setiap komponen.
Namun demikian, komponen yang selama ini dianggap sangat mempengaruhi proses pendidikan adalah komponen guru. Hal ini memang wajar, sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar. Bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan, bagaimanapun leengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, tanpa diimbangi dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikannya, maka, semuanya akan kurang bermakna. Oleh sebab itu, untuk mencapai standar proses pendidikan, sebaiknya dimulai dengan menganalisis komponen guru.


Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan membawa implikasi terhadap sistem dan penyelenggaraan pendidikan termasuk pengembangan dan pelaksanaan kurikulum. Pada kenyataannya masih banyak tenaga pendidik yang merasa kesulitan dalam menerapkan kurikulum tersebut. Dalam hal ini, pendidik harus mengetahui bagaimana cara mendidik yang benar dengan cara mengelola beberapa keterampilan dasar dalam mengajar agar tercapainya tujuan pembelajaran. Keterampilan dasar mengajar adalah keterampilan yang harus dimiliki guru dari semua bidang studi. Keterampilan dasar mengajar (generic teaching skill) atau keterampilan dasar teknik intruksional yaitu keterampilan yang bersifat generik atau mendasar atau umum yang harus dikuasai oleh setiap guru, terlepas dari tingkat kelas dan bidang studi yang diajarkannya.

B.        Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan Standar Proses Pendidikan ?
2.    Apa saja fungsi dari Standar Proses Pendidikan ?
3.    Bagaimana hubungan SPP dengan standar lain ?
4.    Apa-apa saja peran guru dalam proses pembelajaran ?
5.    Apa-apa saja keterampialan dasar mengajar bagi seorang guru ?
.     
C.       Tujuan
1.    Mengetahui definisi dari Standar Proses Pendidikan
2.    Mengetahui fungsi dari SPP
3.    Menjelaskan hubungan SPP dengan standar lain
4.    Mengetahui peran guru dalam proses pembelajaran
5.    Mengetahui keterampialan dasar mengajar bagi seorang guru

BAB II
PEMBAHASAN

A.        Standar Proses Pendidikan
1.        Perlunya Standar Proses Pendidikan
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran didalam kelas diharapkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan Suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keterampilan, kecerdasan, kepribadian, akhlak mulia yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Terdapat beberapa hal yang sangat penting untuk kita kritisi dari konsep pendidikan menurut undang-undang tersebut. Pertama, pendidikan adalah usaha sadar yang terencana, hal ini berarti proses pendidikan disekolah bukanlah proses yang dilaksanakan secara asal-asalan dan untung-untungan, akan tetapi proses yang bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa diarahkan pada pencapaian tujuan.

Kedua, proses pendidikan yang terencana itu diarahkan untuk mewujudakna suasana belajar dan proses pembelajaran, hal ini berarti pendidik tidak boleh mengesampingkan proses belajar. Pendidikan tidak semata-mata berusaha untuk mencapai hasil belajar, akan tetapi bagaiman memperoleh hasil atau proses belajar yang terjadi pada diri anak. Dengan demikian, dalam pendidikan antara proses dan hasil belajar harus berjalan secara seimbang.

Ketiga, suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan dirinya, ini berarti proses pendidikan itu harus berorientasi pada siswa. Pendidikan adalah upaya pengembangan potensi anak didik. Dengan demikian, anak harus dipandang sebagai organism yang sedang berkembang dan memiliki potensi. Tugas pendidikan adalah mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik, bukan menjejalkan materi pelajaran atau memaksa agar anak dapat menghafal data dan fakta.

Keempat, akhir dari proses pendidikan adalah kemampuan anak memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Hal ini berarti proses pendidikan berujung kepada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan keterampilan anak sesuai dengan kebutuhan. Ketiga aspek inilah arah dan tujuan pendidikan yang harus diupayakan.

Tampaknya, pelaksanaan pendidikan kita di sekolah sesuai dengan harapan. Para guru disekolah masih bekerja sendiri-sendiri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikannya, seakan-akan mata plajaran yang satu terlepas dari mata pelajaran yang lainnya.

2.        Pengertian Standar Proses Pendidikan
Standar proses pendidikan adlah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

Dari pengertian diatas, ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi. Pertama, standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidika, yang berarti standar proses pendidikan dimaksdu berlaku untuk setiap lembaga pendidikan formal pada jenjang pendidikan tertentu dimnapun lembaga pendidikan itu berda secara nasional.

Keduastandar proses pendidikan berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran, yang berarti dalam standar proses pendidikan berarti tentang bagaimana seharusnya proses pembelajaran berlangsung . dengan demikian, standar proses pendidikan dimaksud dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam pengelolaan pembelajaran. Sering orang menghubungkan tidak meratanya kualitas pendidikan di sebabkan karena kualitas proses pendidikan tidak sama. Misalnya, sekolah-sekolah yang ada di kota tentu tidak sama dengan sekolah yang ada di pedesaan.

Ketiga, standar prose pendidikan di arahkan untuk mencapai stanar kompetensi lulusan. Dengan demikian, standar kompetensi lulusan merupakan sumber atau rujukan utama dalam menetukan standar proses pendidikan. Karena itu, sebenarnya standar proses pendidikan bias dirumuskan manakala tersusun standar kompetensi kelulusan.

Lemahnya proses pembelajaran yang di kembangkan guru dewasa ini seperti yang telah dijelaskan di atas, merupakan salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita. Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan selera guru. Padahal kenyataannya kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran tidak merata sesuai denga latar belakang pendidikan guru serta motivasi dan kecintaan mereka terhadap profesinya. Ada guru yang dalam pengelolaan pembelajarannya dilakukan dengan sungguh-sungguh melalui perencanaan yang matang, dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada dan memperhatikan taraf perkemangan intelektual dan perkembangan psikologi belajar anak.

3.        Fungsi Standar Proses Pendidikan

Secara umum standar proses pendidikan sebagai standar minimal yang harus dilakukan memiliki fungsi sebagai pengendali proses pendidikan untuk memperoleh kualitas hasil dan proses pembelajaran.

a)    Fungsi SPP  dalam rangka mencapai standar kompetensi yang harus dicapai.
Proses pendidikan berfungis sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidkan, yakni kompetensi yang harus dicapai dalam ikhtiar pendidikan. Bagaimanapun bagus dan idelanya suatu rumusan kompetensi, pada hakikatnya keberhasilan sangat tergantung kepada pelaksanaan proses pemebelajaran yang dilakukan oleh guru. Berkaitan dengan hal itu, SPP berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan serta program yang harus dilaksanakan oleh guru dan siswa dalam prose pembelajaran untuk mencapai tujuan tersebut.

b)    Fungsi SPP bagi guru
         Untuk mencapai tujuan pendidikan, yakni standar kompetensi yang harus dimiliki siswa, guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan di lapangan sangat menetukan keberhasilannya. Bagaimanapun idealnya suatu kurikulum tanpa diikuti oleh kemampuan guru dalam mengimplementasikannya dalam kegiatan proses pendidikan, maka kurikulum itu tidak akan memiliki makna.

c)    Fungsi SPP bagi kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah orang yang secara structural bertanggung jawab dalam pengendalian mutu pendidikan secara langsung. Dengan demikian, bagi kepala sekolah SPP berfungsi :

a.    Sebagai barometer atau alat pengukur kebrhasilan program pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah dituntut untuk menguasai dan mengontrol apakah kegiatan proses pendidikan yang dilaksanakan itu berpijak pada standar proses yang telah ditentukan atau tidak.
b.    Sebagai sumber utama dalam merumuskan berbagai kebijakan sekolah khususnya dalam menetukan dan mngusahakan ketersediaan berbagai keperluan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan proses pendidikan.

d)    Fungsi SPP bagi para pengawas
Bagi para pengawas, SPP berfungsi sebagai pedoman, patokan atau ukuran dalam melaksanakan bagian mana yang perlu disempurnakan atau dipebaiki oleh setiap guru dalam pengelolaan proses pembelajaran. Dengan demikian, para pengawas perlu memahami dengan benar hakikat SPP.

e)    Fungsi SPP bagi dewan sekolah dan dewan pendidikan
Fungsi utama dewan sekolah dan pendidikan adalah fungsi perencanaan dan pengawasan fungsi ini amat penting untuk menjaga kualitas pendidikan. Untuk melaksanakan fungsi tersebut baik dewan atau komite sekolah maupun dewan pendidikan perlu memahami SPP. Melalui pemahaman SPP, maka lembaga ini dapat melaksanakn fungsinya dalam :

a.    Menyusun program dan memberikan bantuan khususnya yang berhubungan dengan penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan oleh sekolah atau guru untuk pengelola proses pembelajaran yang sesuai dengan standar minimal.
b.    Memberikan saran-saran, usul, atau ide-ide kepada sekolah, khususnya guru, dlam pengelolaan pembelajaran yang sesuai dengan standar minimal
c.    Melaksanakan pengawasan terhadap jalannya proses pembelajaran khususnya yang dilakukan oleh para guru.

4.        Keterkaitan Standar Proses Pendidikan Dengan Standar Lain

Dalam Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional dikatakan bahwa standar nasional pendidikan adalah criteria minimal tentang system pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. Selanjutnya, selain standar proses pendidikan ada beberap standar lain yang di tetapkan dalam standar nasional itu, yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi, standar pendidik dan tenaga pendidik, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian.

Di dalam standar proses pendidikan di pengaruhi oleh semua standar yang lainnya. Pertama, hubungan antara standar proses dengan standar isi yaitu pada standar proses dijelaskan bahwa standar proses itu sendiri adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Sedangkan standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Jadi sudah jelas bahwa dalam pelaksanaan standar proses harus sesuai dengan standar isi agar sesuai dengan tujuan penyampaian kompetensi pembelajaran.

   Kedua, dalam standar proses juga harus memperhatikan standar pendidik dan tenaga kependidikan karena dengan memperhatikan hal tersebut proses pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien apalagi dengan adanya pendidik dan tenaga kependidikan yang sesuai maka pembelajaran menjadi lebih bermutu karena memiliki orang- orang yang kompeten di bidangnya.

   Ketiga, standar pengelolaan yang baik akan berpengaruh terhadap standar proses Karena pada standar pengelolaan diatur masalah pengelolaan sekolah,stategi pembelajaran yang digunakan sehingga berpengaruh terhadap proses pendidikan. Keempat, standar penilaian pendidikan dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.Penilaian digunakan untuk: menilai pencapaian kompetensi peserta didik; bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan memperbaiki proses pembelajaran. Jadi hal ini jelas sangat berpengaruh terhadap standar proses sebagai bagian evaluasi seberapa besar keberhasilan dari proses pendidikan.
Kelima, Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Dengan adanya standar kompetensi lulusan proses pembelajaran lebih jelas untuk mengetahui kompetensi apa saja yang harus dikuasai oleh seorang peserta didik sehingga proses pembelajaran tepat pada sasaran. Keenam, Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Hal ini berkaitan dengan kelangsungan dari proses pembelajaran, dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai proses pembelajaran menjadi lebih interaktif apalagi bagi siswa SD yang masih membutuhkan proses pembelajaran yang kongkret . Ketujuh, pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi satuan meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya personal sebagaimana meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Dengan adanya pembiayaan yang jelas proses pembelajaran lebih aktif apalagi ketika dalam pembelajaran membutuhkan sarana dan prasarana.

   Tiga standar minimal yang harus dimiliki guru dalam pengimplementasian standar proses pendidikan :

Standar isi, standar kompetensi lulusan dan standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah tiga standar minimal yang harus dimiliki seorang guru dalam pelaksanaan standar proses pendidikan. Standar isi meliputi ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Ketika seorang guru mengetahui hal tersebut minimal seorang guru dapat memahami tentang lingkup materi yang akan disampaikan terhadap peserta didik sehingga proses pembelajaran sesuai dengan silabus yang telah dibuat. Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dengan adanya standar kompetensi lulusan tentu saja dalam proses pembelajaran harus mencapai tujuan tersebut yaitu pendidikan harus mampu meningkatkan seluruh kemampuan yang ada pada diri manusia dan tidak hanya mementingkan dari segi kognitif saja . Maka seorang guru harus dapat mengeksplor seluruh kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Untuk mewujudkan hal tersebut maka diperlukan adanya standar pendidik dan tenaga kependidikan yang memiliki criteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Oleh karena itu, hendaknya proses pendidikan ditangani oleh orang yang ahli dalam bidangnya dan tidak hanya dari sembarang orang. Dengan adanya pendidik dan tenaga kependidikan yang baik maka proses pembelajaran menjadi lebih berarti karena memiliki sumber yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan.











B. Guru Dalam Pencapaian Standar Proses Pendidikan
1.    Peningkatan Kemampuan Professional

1)    Guru Sebagai  Jabatan  Professional
                        Meyakinkan setiap orang khususnya pada setiap guru bahwa pekerjaannya professional merupakan upaya pertama yang harus dilakukan dalam rangka pencapaian standar proses pendidikan sesuai dengan harapan. Mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi merupakan proses mengubah perilaku siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh sebab itu, dalam proses mengajar terdapat kegiatan membimbing siswa agar siswa berkembang sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya, melatih keterampilan, baik keterampilan intelektual maupun keterampilan motorik sehingga siswa dapat dan berani hidup di masyarakat yang cepat berubah dan penuh persaingan, memotivasi siswa agar mereka dapat memecahkan berbagai masalah hidup dalam masyarakat yang penuh tantangan dan rintangan, membentuk siswa yang memiliki kemampuan inovatif dan kreatif dan lain sebagainya. Oleh karena itu, seorang guru perlu memiliki kemampuan merancang dan mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang di anggap cocok dengan minat dan bakat serta sesuai dengan taraf perkembangan siswa termasuk di dalamnya memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran untuk menjamin efektifitas pembelajaran. Dengan demikian seorang guru perlu memiliki kemampuan khusus, kemampuan yang tidak mungkin di miliki oleh orang yang bukan guru. Itulah sebabnya guru adalah pekerjaan yang professional yang membutuhkan kemampuan khusus hasil proses pendidikan yang diilaksanakan oleh lembaga pendidikan keguruan.
                       
Untuk meyakinkan bahwa guru sebagai pekerjaan professional, marilah kita tinjau cirri pokok dari pekerjaan professional.
a.    Pekerjaan professional di tinjau oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya mungkin di perolah dari lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai, sehingga kinerjanya didasarkan kepada keilmuan yang di milikinya yang dapat di pertanggung jawabkan secara ilmiah.
b.    Suatu profesi menekankan kepada suatu keahlian dalam bidang tertentu yang spesifik sesuai dengan jenis profesinya, sehingga antara profesi yang satu dengan yang lainnya dapat di pisahkan secara tegas.
c.    Tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesi di dasarkan kepada latar belakang pendidikan yang dialaminya yang diakui oleh masyarakat, sehingga semakin tinggi latar belakang pendidikan akdemik sesuai dengan profsinya, semakin tinggi pula keahliannya, dengan demikian semakin tinggi pula tingkat penghargaan di terimanya.
d.    Suatu profesi selain di butuhkan oleh masyarakat juga memilki dampak terhadap social masyarakat, sehingga masyarakat memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap setiap efek yang ditimbulkannya dari pekerjaan profesinya itu.

2)    Mengajar Sebagai Pekerjaan Profesional

Cirri dan karakteristik dari  proses mengajar sebagai tugas utama profesi guru.

a.    Mengajar bukanlah hanya menyampaikan pelajaran saja, akan tetapi merupaka pekerjaan yang bertujuan dan bersifat kompleks. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya, diperlukan sejumlah keterampilan khusus yang didasarkan pada konsep dan ilmu pengetahuan yang spesifik. Artinya, setiap keputusan dalam melaksanakan aktifitas mengajar bukanlah di dasarkan kepada pertimbangan-pertimbangan subjektif atau tugas yang dapat di lakukan sekehedak hati, tetapi di dasarkan kepada suatu pertimbangan berdasarkan keilmuan tertentu, sehingga apa yang dilakukan guru dalam mengajar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Oleh karena itu, untuk menjadi seseorang guru profesioanl di perlukan latar belakang yang sesuai, yaitu latar belakang kependidikan keguruan.

b.    Sebagaimana halnya tugas seorang dokter yang berprofesi menyembuhkan penyakit pasiennya, maka tugas seorang gurupun memilki bidang keahlian yang jelas, yaitu mengantarkan siswa kearah tujuan yang diinginkan.

c.    Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan bidang keahliannya, diperlukan tingkat keahlian yang memadai. Menjadi seorang guru bukan hanya cukup memahami materi yang harus disampaikam, akan tetapi juga diperlukan kemampuan dan pemahaman tentang pengetahuan dan ketrampilan yang lain. Misalnya pemahaman tentang psikologi perkembangan manusia, pemahaman tentang teori-teori perubahan tingkah laku, termasuk kemampuan mengevaluasi proses dan hasil kerja. Oleh  karena itu seorang guru bukan hanya tahu tentang what to teach, akan tetapi juga paham tentang How to teach. Kemampuan-kemampuan semacam itu tidak mungkin datang dengan sendirinya, tetapi hanya mungkin diperoleh dari suatu lembaga pendidikan khusus, yaitu lembaga pendidikan keguruan.

d.    Tugas guru adalah mempersiapkan generasi manusia yang dapat hidup dan berperan aktif di masyarakat. Oleh karena itu, tidak mungkin pekerjaan seorang guru dapat terlepaas dari kehidupan social. Hal ini bererti apa yang di lakukan oleh guru akan mempuanyi dampak terhadap kehidupan masyarakat.

e.    Pekerjaan guru bukanlah pekerjaan yang statis, tetapi pekerjaan yang dinamis, yang selamanya harus sesuai dan menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab itu, guru di tuntut peka terhadap dinamika perkembangan masyarakat, baik perkembangan kebutuhan yang selamanya berubah, perkembangan social, budaya, politik, termasuk perkembangan teknologi.

3)    Kompetensi Professional Guru
Kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Dengan demikian, suatu kompetensi dutunjukan oleh penampilan atau unjuk kerja yang dapat dipertanggungjawabkan dalam upaya mencapai suatu tujuan. Sebagai suatu profesi, terdapat sejumlah kompetensi yang dimiliki seorang guru, yaitu :

a.    Kompetensi Pribadi
Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal. Karena itu, pribadi guru sering dianggap sebagai model atau panutan. Sebagai seorang model, guru harus mempunyai kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan kepribadian, diantaranya :

a)    Kemampuan yang berhubungan dengan pengalaman ajaran agama sesuai dengan keyakinan agama yang dianut.
b)    Kemampuan untuk menghormati dan menghargai antar umat-beragama
c)    Kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan dan system nilai yang berlaku dimasyarakat.
d)    Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru, misalnya sopan santun dan tata karma.
e)    Bersifat demokratis dan terbuka terhadap pembaruan dan kritik.

b.    Kompetensi Profesional
Kompotensi professional adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini merupakan kompetensi yang sangat penting, sebab langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Oleh karena itu, tingkat keprofesionalan seorang guru dapat dilihat dari kompetensi ini. Beberapa kemampuan yang berhubungan dengan kompetensi ini diantaranya :

a)    Kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan, misalnya paham akan tujuan pendidikan yang harus dicapai, baik tujuan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler dan tujuan pembelajaran.
b)    Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan, misalnya paham tentang tahapan perkembangan siswa, paham tentang teori-teori belajar, dan lain-lain.
c)    Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkan.
d)    Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran.
e)    Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar.
f)     Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembeljaran
g)    Kemampuan dalam menyusun program pembelajaran
h)    Kemampuan dalam melaksakan unsure-unsur penunjang, misalnya paham akan administrasi sekolah, bimbingan dan penyuluhan
i)      Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja.

c.    Kompetensi Sosial Kemasyarakatan

Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk social, meliputi :

a)    Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sebaya untuk meningkatkan kemampuan professional.
b)    Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan.
c)    Kemampuan untuk menjalin kerja sama, baik secara individual maupun secara kelompok.

2.    Mengoptimalkan Peran Guru dalam Proses Pembelajaran

Ketika Ilmu pengetahuan masih terbatas, ketika penemuan hasil-hasil teknologi belum berkembang hebat seperti sekarang ini,maka peran utama guru disekolah adalah menyampaikan ilmu pengetahuan sebagai warisan budaya masa lalu yang di anggap berguna sehingga harus dilestarikan. Dalam kondisi demikian guru berperan sebagai sumber belajar bagi siswa. Siswa akan belajar apa yang keluar dari mulut guru. Oleh karena itu, ada pepatah yang menyebutkan bagaimanapun pintarnya siswa, maka tidak mungkin dapat mengalahkan pintarnya guru.
Guru dalam proses pembelajaran mempunyi peran yang sangat penting. Bagaimanapun hebatnya kemajuan teknologi, peran guru akan tetap diperlukan. Teknologi yang konon bisa memudahkan manusia mencari dan mendapatkan informasi dan pengetahuan, tidak mungkin dapat mengganti peran guru. Beberapa peran tersebut akan dijelaskan di bawah ini :

a.    Guru sebagai sumber belajar
Peran guru sebagai sumber belajar merupakan peran yang sangat penting. Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Dikatakan guru yang baik manakala dia menguasai materi pelajaran dengan baik, sehingga benar-benar ia berperan sebgai sumber belajar bagi anak didiknya. Apapun yang ditanyakan siswa tentang materi belajarnya, guru akan menjawab pertanyaan tersebut dengan penuh keyakinan. Sebaliknya, dikatakan guru yang kurang baik, manakala ia tidak paham tentang materi yang diajarkannya. Ketidakpahaman tentang materi pelajaran biasanya ditunjukan oleh perilaku-perilaku tertentu, misalnya teknik penyampaian materi pelajaran yang monoton, ia lebih sering duduk di kursi sambil membaca, suranya lemah, tidak berani melakukan kontak mata dengan siswa, miskin dengan ilustrasi, dan lain-lain. Perilaku guru yang demikian bisa menghilangkan kepercayaan pada diri siswa, sehingga guru akan sulit mengendalikan kelas.
Sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran hendaklah guru melakukan hal-hal sebagai berikut :

a)    Sebaiknya guru memiliki bahan referensi yang lebih banyak dibandingkan siswa. Hal ini untuk menjaga agar guru memiliki pemahaman yang lebih baik tentang materi yang akan dikaji bersama siswa. Dalam perkembanagn teknologi yang sangat cepat, bisa terjadi siswa lebih pintar dibandingkan guru dalam hal penguasaan informasi. Oleh sebab itu, sebaiknya guru memilki bahan-bahan referensi yang lebih banyak dibandingkan siswa. Misalnya, melacak bahan-bahan dari internet, atau dari bahan cetak terbitan terakhir, atau berbagai informasi dari media masa.
b)    Guru dapat menunjukan sumber belajar yang dapat dipelajari oleh siswa yang biasanya memiliki kecepatan belajar di atas rata-rata siswa yang lain. Siswa yang demikian perlu diberikan perlakuan khusus, misalnya dengan memberikan bahan pengayaan dengan menunjukan sumber belajar yang berkenaan dengan materi pelajaran.

c)    Guru perlu melakukan pemetaan tentang materi pelajaran, misalnya dengan menentukan mana materi inti, yang wajib dipelajari siswa, mana materi tambahan, mana materi yang harus diingat kembali karena pernah dibahas, dan lain-lain.

b.    Guru sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Melalui usaha yang sungguh-sungguh, guru ingin agar ia mudah menyajikan bahan pelajaran dengan baik. Namun, pertanyaan tersebut menunjukan bahwa proses pembelajaran berorientasi pada guru. Oleh sebab itu, akan lebih bagus manakala pertanyaan tersebut diarahkan pada siswa, misalnya apa yang harus dilakukan agar siswa mudah mempelajari bahan pelajaran sehingga tujuan belajar tercapai secara optimal. Pertanyaan tersebut mengandung makna kalau tujuan mengajar adalah mempermudah siswa belajar. Inilah hakikat peran fasilitator dalam proses pembelajaran.
Agar dapat menjalankan peran fasilitator dalam proses pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipahami, khususnya hal-hal yang berhubungan dengan pemanfaatan berbagai media dan sumber pemebelajaran.
a)    Guru perlu memahami berbagai jenis media dan sumber belajar beserta fungsi masing-masing media tersebut. Pemahaman akn fungsi media sangat diperlukan, belum tentu suatu media cocok digunakan untuk mengajarkn semua bahan pelajaran. Setiap media memiliki karakteristik yang berbeda.
b)    Guru mempunyai keterampilan dalam merancang suatu media. Kemampuan merancang media merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru professional. Dengan perancangan media yang dianggap cocok akan memudahkan proses pembelajaran, sehingga pada gilirannya tujuan pembeljaran akan tercapai secara optimal.
c)    Guru dituntut untuk mampu mengorganisasi berbagai jenis media serta dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar. Perkembangan teknologi informasi menuntut setiap guru untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi mutakhir. Berbagai perkembangan teknologi informasi memungkinkan setiap guru bisa menggunakan berbagai pilihan media yang dianggap cocok.
d)    Sebagai fasilitator, guru dituntut agar mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa. Hal ini sangat penting, kemampuan berkomunikasi secara efisien dan efektif dapat memudahkan siswa menangkap pesan sehingga dapat meniingkatkan motivasi belajar mereka.

c.    Guru sebagai pengelola
Sebagai pengelola pembelajaran, guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelola kelas yang baik, guru dapat menjaga kelas agar tettap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa.
Menurut Ivor K. Devais, salah satu kecenderungan yang sering dilupakan adalah melupakan bahwa hakikat pembelajaran adalh belajarnya siswa dan bukan mengajarnya guru. Dalam hubungan nya dengan pengelolaan pembelajaran, Alvin C. Eurich menjelaskan prinsip-prinsip belajar yang harus diperhatikan guru, sebagai berikut :
a)    Segala sesuatu ysng dipelajri oleh siswa, maka siswa harus mempelajarinya sendiri.
b)    Setiap siswa yang belajar memiliki kecepatan masing-masing
c)    Seorng siswa akan belajar lebih banyak apabila setiap selesai melaksanakan tahapan kegiatan diberikan reinforcement.
d)    Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti
e)    Apabila siswa diberi tanggung jawab, maka ia akan lebih termotivasi untuk belajar.

Dalam melaksanakan pengelolaan pembelajaran ada dua macam kegiatan yang harus dilakukan, yaitu mengelola sumber belajar dan melaksanakan peran sebagai sumber belajar itu sendiri. Sebagai manajer, guru memilki empat fungsi umum, yaitu :

a)    Merencanakan tujuan belajar
Fungsi perencanaan merupakan fungsi yang sangat penting bagi seorang manajer. Kegiatan-kegiatan dalam melaksanakan fungsi perencanaan di antaranya meliputi memperkirakan tuntunan dan kebutuhan, menentukan tujuan, menulis silabus kegiatan pembelajaran, menentukan topic-topik yang akan dipelajari, mengalokasikan waktu, serta menentukan sumber-sumber yang diperlukan. Melalui fungsi perencanaan ini, guru berusaha menjembatankan jurang antara dimana murid berada dan kemana mereka harus pergi. Keputusan semacam ini menuntut kemampuan berpikir kreatif dan imajinatif, serta meliputi sejumlah besar kegiatan yang pada hakikatnya tidak teratur dan tidak berstruktur.
b)    Mengorganisasi berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan belajar.
Fungsi pengorganisasian bertujuan menciptakan secara sengaja suatu lingkungan pembelajaran yang kondusif serta melakukan pendelegasian tanggung jawab dalam rangka mewujudkan tujuan program pendidikan yang telah direncanakan. Pengorganisasian, pengaturan-pengaturan sumber, hanyalah alat atau sarana saja untuk mencapai apa yang harus diselesaikan. Tujuan akhirnya adlah agar siswa dapat bekerja dan belajar bersama-sama. Harus diingat, pengorganisasian yang efektif hanya dapat diciptakan manusia kala siswa bisa belajar secara individual, karena pada dasarnya tujuan yang ingin dicapai adalah siswa secara individual walaupun pelajaran itu dilaksanakan secara klasikal. Keputusan yang berhubungan dengan pengorganisasian ini memerlukan pengertian mendalam dan perhatian terhadap siswa secara individual.
c)    Memimpin, yang meliputi memotivasi, medorong, dan mestimulasi siswa.
Fungsi memimpin atau mengarahkan adalah fungsi yang bersifat pribadi yang melibatkan gaya tertentu. Tugas memimpin ini adalah berhubungan dengan membimbing, medorong, dan mengawasi murid, sehingga mereka dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tujuan akhirnya adalah untuk membangkitkan motivasi dan mendorong murid-murid sehingga mereka menerima dan melatih tanggung jawab untuk belajar sendiri.
d)    Mengawasi segala sesuatu, apakah sudah berfungsi sebagaimana mestinya atau belum dalam rangka pencapaian tujuan.
Fungsi mengawasi bertujuan untuk mengusahakan peristiwa-peristiwa yang sesuai dengan rencana yang telah disusun. Dalam batas-batas tertentu fungsi pengawasan melibatkan pengambilan keputusan yang terstruktur, walaupun proses tersebut mungkin sangat kompleks, khususnya bila mengadakan kegiatan remedial.

d.    Guru sebagai demonstrator
Yang dimaksud guru sebagai demonstrator adalah peran untuk mempertunjukan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang di sampaikan. Ada dua konteks guru sebagai demonstrasi, yaitu :
a)    Sebagai demonstrator berarti guru harus menunjukan sikap-sikap yang terpuji. Dalam setiap aspek kehidupan, guru merupakan sosok ideal bagi setiap siswa. Biasanya apa yang dilakukan guru akan menjadi acuan bagi siswa. Dengan demikian, dalam konteks ini guru berperan sebagai model dan teladan bagi setiap siswa.
b)    Sebagai demonstrator guru harus dapat menunjukan bagaimana caranya agar setiap materi pelajaran bisa lebih dipahami dan dihayati oleh setiap siswa. Oleh karena itu, sebagai demostrasi erat kaitannya dengan pengaturan strategi pembelajaran yang lebih efektif.

e.    Guru sebagai pembimbing
Siswa adalah individu yang unik. Keunikan itu bisa dilihat dari adanya  setiap perbedaan. Artinya, tidak ada dua individu yang sama. Walaupun secara fisik mungkin individu memiliki kemiripan, tetapi pada hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat, kemampuan, dan sebagainya. Di samping itu, setiap individu juga adalah makhluk yang sedang berkembang. Irama perkembangan mereka tentulah tidak sama juga. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berkembang sebagai pembimbing. Membimbing siswa agar menemukan berbagai potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidup mereka, membimbing mereka agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia ideal yang menjadi harapan setiap orang tua dan masyarakat.
Seorang guru dan siswa seperti halnya seorang petani dengan tanamannya. Seorang petani tidak bisa memaksa agar tanamannya cepat berubah dengan menarik batang atau daunya. Tanaman itu akan berubah manakala ia memiliki potensi untuk berubah serta telah sampai pada waktunya untuk berubah. Tugas seorang petani adalah menjaga agar tanaman itu tumbuh dengan sempurna, tidak terkena hama penyakit yang bisa menyebabkan tanaman tidak berkembang dan tidak tumbuh dengan sehat, yaitu dengan cara menyiram, memberi pupuk dan memberi obat pembasmi hama. Demikian juga halnya dengan seorang guru. Guru tidak bisa memaksa agar siswanya menjadi ini dan itu. Siswa akan tumbuh dan berkembang menjadi seseorang sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Tugas guru adalah menjaga, mengarahkan dan membimbing agar siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, minat dan bakatnya. Inilah makna peran pembimbing.
Agar guru berperan sebagai pembimbing yang baik, maka ada beberapa hal yang harus dimiliki, diantaranya :
a)    Guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Misalnya, pemahaman tentang potensi dan bakat yang dimilikinya. Pemahaman ini sangat penting, artinya sebab akan menemukan teknik dan jenis bimbingan yang harus diberikan kepada mereka.
b)    Guru harus memahami dan terampil dalam merencanakan, baik merencanakan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai maupun merencanakan proses pembelajaran. Proses bimbingan akan dapat dilakukan dengan baik manakala sebelumnya guru merencanakan hendak dibawa kemana siswa, apa yang harus dilakukan dan lain sebagainya. Untuk merumuskan tujuan yang sesuai guru harus memahami segala sesuatu yang berhubungan baik dengan system nilai masyarakat maupun dengan kondisi psikologi dan fisiologi siswa, yang kesemuanya itu terkandung dalam kurikulum sebagai pedoman dalam merumuskan tujuan kompetensi yang harus dimiliki. Disamping itu, guru perlu mampu merencanakan dan mengimplementasikan proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara penuh.

f.     Guru sebagai motivator
Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, tetapi karena tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk menyerahkan segala kemampuannya. Dengan demikian, bisa dikatakan siswa yang berprestasi rendah belum tentu disebabkan oleh kemampuannya yang rendah pula, tetapi mungkin disebabkan oleh tidak adanya motivasi atau dorongan .
Woodwort mengatakan bahwa suatu motif adalah set yang bisa membuat individu melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Dari definisi tersebut maka jelas, kuat lemahnya atau semangat tidaknya usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu tujuan akan ditentukan oleh kuat lemahnya motif yang dimiliki orang tersebut. Motif dan motivasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Motivasi merupakan penjelmaan dari motif yang dapat dilihat dari perilaku yang ditunjukan seseorang.
Motivasi sangat erat hubungannya dengan kebutuhan, sebab memang motivasi muncul karena kebutuhan. Seseorang akan terdorong untuk bertindak manakala dalam dirinya ada kebutuhan. Kebutuhan ini yang menimbulkan keadaan ketidakseimbangan, yaitu ketegangan, dan ketegangan itu akan hilang jika kebutuhan itu telah terpenuhi.
Proses pembelajaran akan berhasil apabila siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh karena itu, guru harus menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa. Di bawah ini dikemukakan beberapa petunjuk :

a)    Memperjelas tujuan yang ingin di capai
Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham kearah mana ia ingin di bawa. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar mereka. Semakin jelas tujuan yang ingin di capai, maka akan semakin kuat motivasi belajar siswa.

b)    Membangkitkan minat siswa
Siswa akan belajar apabila mereka memilki minat untuk belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa, diantarany :

·         Hubungkan bahan pelajaran dengan kebutuhan siswa. Minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa materi plajaran itu berguna untuk kehidupannya. Dengan demikian guru perlu mejelaskan keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan siswa.
·         Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit untuk dipelajari atau materi pelajaran yang jauh dari pengalaman siswa, akan tidak diminati pleh siswa.
·         Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara beragam, misalnya diskudi, kerja kelompok, eksperimen, dll.

c)    Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar
Siswa hanya mungkin dapat belajar dengn baik manakala ada dalam Suasana yang menyenangkan, merasa aman, bebas dari rasa takut. Usahakan agar kelas selamanya dlam suasana hidup dan segar, terbebas dari rasa tegang.

d)    Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa
Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Memberikan pujian yang wajar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan penghargaan.

3.    Keterampilan Dasar Mengajar Bagi Guru
Ada 8 keterampilan-keterampilan yang sangat mendasar, yang seharusnya dimiliki oleh seorang guru demi terwujudnya efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran, dimana keterampilan dasar ini akan sangat membantu guru dalam mengelola proses KBM di kelas. 

1.   Keterampilan Bertanya
“Bertanya” adalah bahasa verbal untuk meminta respon siswa baik berupa pengetahuan, pendapat, atau pun sekedar mengembalikan konsentrasi siswa yang terdestruc oleh berbagai kondisi selama KBM berlangsung. Dalam proses belajar mengajar, “Bertanya” memainkan peranan penting sebab “Bertanya” dapat menjadi stimulus yang efektif untuk mendorong kemampuan berpikir siswa. Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, guru perlu menunjukkan sikap yang baik ketika  mengajukan pertanyaan maupun menerima jawaban siswa. Hendaklah guru menghindari kebiasaan seperti: menjawab pertanyaan sendiri, mengulang jawaban siswa, mengulang pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan dengan jawaban serentak, menentukan siswa yang harus menjawab sebelum bertanya, dan mengajukan pertanyaan ganda. Kegiatan bertanya dalam KBM ini akan lebih efektif bila pertanyaan yang diajukan cukup berbobot, mudah dimengerti atau relevan dengan topik yang dibicarakan. Tujuan guru mengajukan pertanyaan antara lain adalah :
• Menimbulkan rasa ingin tahu
• Merangsang fungsi berpikir
• Mengembangkan keterampilan berpikir
• Memfokuskan perhatian siswa
• Mendiagnosis kesulitan belajar siswa
• Menkomunikasikan harapan yang diinginkan oleh guru dari siswanya

2.   Keterampilan memberikan penguatan
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, baik bersifat verbal maupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, bertujuan memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima (siswa), atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan respon terhadap tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Teknik pemberian penguatan dalam KBM yang bersifat verbal dapat dinyatakan melalui pujian, penghargaan atau pun persetujuan, sedangkan penguatan non verbal dapat dinyatakan melalui gesture, mimic muka (ekspresi), penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, dll. Dalam rangka pengelolaan kelas, dikenal penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif bertujuan untuk mempertahankan dan memelihara perilaku positif, sedangkan penguatan negatif merupakan penguatan perilaku dengan cara menghentikan atau menghapus rangsangan yang tidak menyenangkan. Manfaat penguatan bagi siswa adalah untuk meningkatkan perhatian (fokus) siswa dalam belajar, membangkitkan dan memelihara perilaku, menumbuhkan rasa percaya diri, dll.

3.   Keterampilan mengadakan variasi
“Variasi” dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai perubahan dalam proses interaksi belajar mengajar. Dalam konteks ini, “variasi” merujuk pada tindakan dan perbuatan guru, yang disengaja ataupun secara spontan, yang dimaksudkan untuk meningkatkan dan mengikat perhatian siswa selama pembelajaran berlangsung. Tujuan utama dari “variasi” dalam kegiatan pembelajaran ini adalah untuk mengurangi rasa boring yang membuat siswa tidak lagi fokus pada prose KBM yang sedang berlangsung. Untuk itu guru perlu melakukan berbagai “variasi” sehingga perhatian siswa tetap terpusat pada pelajaran. Beberapa “variasi” yang dapat dilakukan guru selama proses KBM diantaranya adalah: penggunaan variasi suara (teacher voice), pemusatan perhatian siswa (focusing), kesenyapan/kebisuan guru (teacher silence), kontak pandang dan gerak (eye contact and movement), gesture/gerak tubuh, ekspresi wajah guru, pergantian posisi guru dalam kelas dan gerak guru (teachers movement), variasi penggunaan media dan alat pengajaran, dll.

4.   Keterampilan menjelaskan
“Menjelaskan” adalah menyajikan informasi secara lisan, dengan sistematika yang runut untuk menunjukkan adanya korelasi/hubungan antara yang satu dengan yang lainnya. Ada 2 komponen dalam ketrampilan menjelaskan, yaitu : Merencanakan, hal ini mencakup penganalisaan masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang dikaitkan dengan penggunaan hukum atau rumus-rumus yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan. Dan penyajian, merupakan  suatu penjelasan, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, dan penggunaan balikan/feedback. Kegiatan “menjelaskan” dalam proses KBM bertujuan untuk membantu siswa memahami berbagai konsep, hukum, prosedur, dll, secara obyektif; membimbing siswa memahami pertanyaan; meningkatkan keterlibatan siswa; memberi kesempatan pada siswa untuk menghayati proses penalaran serta memperoleh feedback tentang pemahaman siswa. Apabila seorang guru menguasai “keterampilan menjelaskan” maka guru akan lebih mudah mengelola waktu dalam menyajikan materi, sehingga menjadi lebih efektif memanage waktu.  Selain itu penjelasan yang runut dan sistematis akan memudahkan siswa dalam memahami materi, yang pada gilirannya akan memperluas cakrawala pengetahuan siswa, bahkan mungkin penjelasan guru yang sistematis dan mendalam akan dapat membantu mengatasi kelangkaan buku sebagai sarana dan sumber belajar (mengingat guru adalah salah satu sumber belajar bagi siswa). 

5.    Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

a)   Membuka Pelajaran
Yang dimaksud dengan membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam proses KBM untuk menciptakan prokondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajari, dan  usaha tersebut diharapkan akan memberikan efek positif terhadap kegiatan belajar. Komponen ketrampilan membuka pelajaran meliputi: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi acuan melalui berbagai usaha, dan membuat kaitan atau hubungan di antara materi-materi yang akan dipelajari. Kalimat-kalimat awal yang diucapkan guru merupakan penentu keberhasilan jalannya seluruh pelajaran. Tercapainya tujuan pengajaran bergantung pada metode mengajar guru di awal pelajaran. Seluruh rencana dan persiapan sebelum mengajar dapat menjadi tidak berguna jika guru gagal dalam memperkenalkan pelajaran.

b)   Menutup Pelajaran
Menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri proses KBM.  Jangan akhiri pelajaran dengan tiba-tiba. Penutup harus dipertimbangkan dengan sebaik mungkin agar sesuai. Guru perlu merencanakan closing yang baik dan tidak tergesa-gesa. Jangan lupa sertakan pula doa. “Komponen-komponen dan prinsip-prinsip dalam menutup pelajaran: Merangkum Pelajaran. Sebagai penutup, hendaknya guru memberikan ringkasan dari pelajaran yang sudah disampaikan. Ringkasan pelajaran sudah tidak lagi berupa diskusi kelas atau penyampaian garis besar pelajaran, tetapi berisi ringkasan dari hal-hal yang disampaikan selama jam pelajaran dengan menekankan fakta dasar pelajaran tersebut. Menyampaikan Rencana Pelajaran Berikutnya. Waktu menutup pelajaran merupakan saat yang tepat untuk menyampaikan rencana pelajaran berikutnya. Guru dapat memberikan kilasan pelajaran untuk pertemuan berikutnya. Diharapkan hal ini dapat merangsang keinginan belajar mereka. Sebelum kelas dibubarkan, ungkapkanlah pelajaran yang akan disampaikan minggu depan dan kemukakan rencana-rencana di mana murid dapat mengambil bagian dalam pelajaran mendatang. Bangkitkan minat. Guru tentu ingin murid-muridnya kembali di pertemuan berikutnya dengan penuh semangat. Oleh karena itu, biarkan murid pulang ke rumah mereka dengan satu pertanyaan atau pernyataan yang mengesankan, yang dapat membangkitkan minat dan rasa ingin tahu mereka. Sama seperti seorang penulis yang mengakhiri sebuah bab dalam cerita bersambung, yang membuat pembaca ingin segera tahu bab berikutnya. Dengan cara yang sama, guru dapat mengakhiri pelajarannya dengan penutup yang “berklimaks” sehingga seluruh kelas menantikan pelajaran berikutnya dengan tidak sabar. Memberikan tugas. Tugas-tugas harus direncanakan dengan saksama. Perlu diingat pula sikap guru yang bersemangat dalam memberikan tugas akan mempengaruhi minat dan semangat para anggota kelas”.(Benson : 80-85).

6.   Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
Diskusi kelompok merupakan salah satu variasi kegiatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses KBM. Dalam diskusi kelompok, siswa dalam tiap kelompok kecil dapat bertukar informasi dan pengalaman, melakukan pengambilan keputusan bersama, serta belajar melakukan pemecahan masalah (problem solving). Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan berbahasa.

7.   Keterampilan mengelola kelas
Suasa belajar mengajar yang baik sangat menunjang efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran. Seorang guru harus mampu menjadi manager yang baik dalam sebuah proses KBM. Hal ini berarti bahwa guru harus terampil menciptakan suasana belajar yang kondusif serta mampu menjaga dan mengembalikan kondisi belajar yang optimal, meminimalisir gangguan yang mungkin terjadi selama proses KBM, sehingga siswa dapat fokus pada KBM yang berlangsung. Dalam melaksanakan keterampilan mengelola kelas, guru perlu memperhatikan komponen ketrampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat prefentip seperti: kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran) dan keterampilan yang bersifat represif, yaitu keterampilan yang berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.

8.   Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan
Jumlah siswa dalam bemtuk pengajaran seperti ini berkisar 3 sampai 8 orang untuk setiap kelompok kecil, dan 1 orang untuk perseorangan. Terbatasnya jumlah siswa dalam pengajaran bentuk ini memungkinkan guru memberikan perhatian secara optimal terhadap setiap siswa. Hubungan antara guru dan siswa pun menjadi lebih akrab, demikian pula hubungan antar siswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa format mengajar seperti ini ditandai oleh adanya hubungan interpersonal yang lebih akrab dan sehat antara guru dengan siswa, adanya kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan, minat, cara, dan kecepatannya, adanya bantuan dari guru, adanya keterlibatan siswa dalam merancang kegiatan belajarnya, serta adanya kesempatan bagi guru untuk memainkan berbagai peran dalam kegiatan pembelajaran. Setiap guru dapat menciptakan format pengorganisasian siswa untuk kegiatan pembelajaran kelompok kecil dan perorangan sesuai dengan tujuan, topik (materi), kebutuhan siswa, serta waktu dan fasilitas yang tersedia. Komponen-komponen dan prinsip-prinsip ketrampilan ini adalah: Ketrampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, Ketrampilan mengorganisasi, ketrampilan membimbing dan memudahkan belajar, Ketrampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar, Keterampilan merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. 

Dari delapan keterampilan dasar yang telah diuraikan  di atas, yang paling penting bagi seorang guru adalah bagaimana guru menerapkan keterampilan tersebut sehingga proses pembelajaran dapat berjalan baik. Adalah sebuah kebanggaan dan kepuasan batin tersendiri bagi seorang guru, bila siswa didiknya mampu memahami berbagai konsep yang disampaikan untuk kemudian mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian perlu diingat oleh para guru, bahwa karena proses pembelajaran yang dilakukan tidak semata-mata merupakan kegiatan transfer of knowledge namun juga transfer of moral value, maka setiap guru wajib kiranya menyisipkan pesan moral dalam setiap event tatap muka dengan siswa didiknya selama proses KBM.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berbicara tentang dunia pendidikan di Indonesia saat ini, salah satu masalah yang dihadapi adalah lemahnya proses pembelajaran. Hal Ini tak lain dikarenakan kurangnya dorongan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, akibatnya hasil dari pembelajaran tersebut hanya bersifat teoritis, miskin aplikasi.

Mengenai kompetensi pembelajaran yang harus dicapai dalam proses pembelajaran, dan pentingnya pelajaran yang akan di pelajari, dengan melibatkan peran aktif peserta didik, sehingga menjadi lebih antusias untuk megikuti pembelajaran dalam suatu proses pembelajaran sehingga tidak membosankan. Dengan demikian tercipta suatu proses pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan.

B.    Saran

Semoga dengan adanya makalah ini, pembaca dapat memahami dirinya yang berprofesi sebagai guru. Semoga makalah ini bermanfaat untuk proses pembelajaran, profesi keguruan dan menjadi pegangan bagi seorang guru.



DAFTAR PUSTAKA

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. (2010). Media Pembelajaran. Bandung : Sinar Baru       Algensindo.
Abimanyu, Soli. (2008). Strategi Pembelajaran, Jakarta : Direktorat Jendral           Pendidikan Tinggi, Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineke Cipta.
Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori Belajar. Jakarta : Erlangga
Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo
Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar
Manurung, Purbatua. Media Instruksional (AECT). Fakultas Tarbiyah IAIN-Su Press. Medan: 2011

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana. Jakarta: 2010

Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, Jakarta: Rajawali,1992


















No comments:

Post a Comment

Hakikat Konsep serta Pentingnya Kesadaran dalam Perspektif Global (unm)

MAKALAH  PERSPEKTIF GLOBAL (  Hakikat dan Konsep serta Pentingnya Kesadaran dalam Perspektif Global ) ...